A. Pengertian
Ketuban pecah dini adalah pecahnya
ketuban sebelum terdapat tanda mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum
terjadi inpartu. Ketuban pecah dini merupakan pecahnya selaput janin sebelum
proses persalinan dimulai.
1.
KPD saat preterm (KPDP) adalah KPD
pada usia <37 minggu="" span="">37>
2.
KPD memanjang merupakan KPD selama
>24 jam yang berhubungan dengan peningkatan risiko infeksi intra-amnion
Ketuban dinyatakan pecah dini bila
terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini disebabkan
oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intra
uterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan mambran
disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina serviks. (Sarwono
Prawiroharjo, 2002)
Ketuban pecah dini atau sponkaneous/
early/ premature rupture of the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban
sebsalum partu : yaitu bila pembukaan pada primigravida dari 3 cm dan pada
multipara kurang dari 5 cm. (Rustam Mochtar 1998)
B.
Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh
karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau
oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh
adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban
pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah
sebagai berikut :
1.
Serviks inkompeten.
2.
Ketegangan rahim berlebihan :
kehamilan ganda, hidramion.
3.
Kelainan letak janin dan
rahim : letak sungsang, letak lintang.
4.
Kemungkinan kesempitan panggul :
bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic disproporsi).
5.
Infeksi yang menyebabkan terjadinya
biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk preteolitik sel sehingga
memudahkan ketuban pecah. (Amnionitis/ Korioamnionitis).
6.
Faktor keturunan (ion Cu serum
rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
7.
Masa interval sejak ketuban pecah
sampai terjadi kontraksi disebut fase laten
a.
Makin panjang fase laten, makin
tinggi kemungkinan infeksi
b.
Makin muda kehamilan, makin sulit
upaya pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas janin
C.
Patofisiologi
Banyak teori, mulai dari defect
kromosom kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada sebagian besar kasus ternyata
berhubungan dengan infeksi (sampai 65%)
High virulensi : Bacteroides
Low virulensi : Lactobacillus
Kolagen terdapat pada lapisan
kompakta amnion, fibroblast, jaringa retikuler korion dan trofoblas. Sintesis
maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan inhibisi
interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi,
terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase
jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/ amnion,
menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
D.
Komplikasi
ketuban pecah dini
1. Infeksi
intrapartum (korioamnionitis)
2. Persalinan
preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm
3. Prolaps tali pusat
4. Oligohidramnion
E. Pemeriksaan
Diagnostik
a. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan ganda,
anormaly janin atau melokalisasi kantong cairan amnion pada amniosintesis.
b. Amniosintesis
Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi
kematangan paru janin.
c. Pemantauan janin
Membantu dalam mengevaluasi janin
d. Protein C-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan
korioamnionitis
F.
Penatalaksanaan
Perlu dilakukan pertimbangan tentang
tata laksana yang paling tinggi mencapai well born baby dan well health mother.
Masalah berat dalam menghadapi ketuban pecah dini adalah apabila kehamilan
kurang dari 26 minggu karena untuk mempertahankannya memerlukan waktu lama.
Bila berat janin sudah mencapai 2000 gram, induksi dapat dipertimbangkan.
Kegagalan induksi disertai dengan infeksi yang diikuti histerektomi.
Selain itu, dapat dilakukan
pemberian kortikosteroid dengan pertimbangan. Tindakan ini akan menambah
reseptor pematangan paru, meningkatnya maturitas paru janin. Pemberian
betametason 12 minggu dilakukan dengan interval 24 jam dan 12 minggu tambahan,
maksimum dosis 24 minggu, masa kerjanya sekitar 2-3 hari. Bila janin setelah
satu minggu belum lahir, pemberian berakortison dapat diulang lagi.
Indikasi melakukan pada ketuban
pecah dini adalah sebagai berikut :
1.
Pertiimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan waktu apakah 6,
12, atau 24 jam. Berat janin sebaiknya lebih dari 2000 gram.
2.
Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38°c, dengan
pengukuran per rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban.
Ketuban Pecah Dini
Definisi
Ketuban pecah dini (KPD)
didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini
dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD
preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah
KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
Kejadian KPD berkisar 5-10% dari
semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus KPD
terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab kelahiran prematur
sebanyak 30%.
Penyebab
Pada sebagian besar kasus,
penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD
yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok, dan perdarahan selama kehamilan.
Beberapa faktor risiko dari KPD :
- Inkompetensi serviks (leher rahim)
- Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
- Riwayat KPD sebelumya
- Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
- Kehamilan kembar
- Trauma
- Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm 23="" kehamilan="" minggu="" pada="" span="" usia="">25mm>
- Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya
cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau manis
dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau
menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan
berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda
duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
“mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak,
nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi
yang terjadi.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan secara langsung cairan
yang merembes tersebut dapat dilakukan dengan kertas nitrazine, kertas ini
mengukur pH (asam-basa). pH normal dari vagina adalah 4-4,7 sedangkan pH cairan
ketuban adalah 7,1-7,3. Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah
apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen, lendir leher rahim, dan
air seni. Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim.
Komplikasi KPD
Komplikasi paling sering terjadi
pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan,
yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada
kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk
kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain
itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
Risiko kecacatan dan kematian janin
meningkat pada KPD preterm. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang
terjadi pada KPD preterm. Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD
preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
Penanganan Ketuban Pecah di Rumah
- Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina, segera hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah Sakit
- Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air yang keluar
- Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah infeksi, jangan berhubungan seksual atau mandi berendam
- Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk menghindari infeksi dari dubur
- Jangan coba melakukan pemeriksaan dalam sendiri
Terapi
Apabila terjadi pecah ketuban, maka
segeralah pergi ke rumah sakit. Dokter kandungan akan mendiskusikan rencana
terapi yang akan dilakukan, dan hal tersebut tergantung dari berapa usia
kehamilan dan tanda-tanda infeksi yang terjadi. Risiko kelahiran bayi
prematur adalah risiko terbesar kedua setelah infeksi akibat ketuban pecah
dini. Pemeriksaan mengenai kematangan dari paru janin sebaiknya dilakukan
terutama pada usia kehamilan 32-34 minggu. Hasil akhir dari kemampuan janin
untuk hidup sangat menentukan langkah yang akan diambil.
Kontraksi akan terjadi dalam waktu
24 jam setelah ketuban pecah apabila kehamilan sudah memasuki fase akhir.
Semakin dini ketuban pecah terjadi maka semakin lama jarak antara ketuban pecah
dengan kontraksi. Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba, dokter
biasanya akan menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin
(perangsang kontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban. Tetapi
jika memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu selama itu
untuk memberi induksi pada ibu, karena menunda induksi bisa meningkatkan resiko
infeksi.
Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi
setelah kejadian KPD, maka istirahat dan penundaan kelahiran (bila belum
waktunya melahirkan) menggunakan magnesium sulfat dan obat tokolitik. Apabila
paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian KPD, maka
induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan.
Penggunaan steroid untuk pematangan
paru janin masih merupakan kontroversi dalam KPD. Penelitan terbaru menemukan
keuntungan serta tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu
dan janin. Steroid berguna untuk mematangkan paru janin, mengurangi risiko
sindrom distress pernapasan pada janin, serta perdarahan pada otak.
Penggunaan antibiotik pada kasus KPD
memiliki 2 alasan. Yang pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah
infeksi setelah kejadian KPD preterm. Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis
bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm dapat
menyebabkan infeksi. Keuntungan didapatkan pada wanita hamil dengan KPD yang
mendapatkan antibiotik yaitu, proses kelahiran diperlambat hingga 7 hari,
berkurangnya kejadian korioamnionitis serta sepsis neonatal (infeksi pada bayi
baru lahir).
Pencegahan
Beberapa pencegahan dapat dilakukan
namun belum ada yang terbukti cukup efektif. Mengurangi aktivitas atau
istirahat pada akhir triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar