Senin, 03 Maret 2014

KEHAMILAN DENGAN PSIKOSA



PENDAHULUAN
Hamil merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan dalam siklus hidup wanita. Kehamilan merupakan kejadian alamiah yang terjadi akibat bertemunya sel ovum dan sperma sehingga terjadi pembuahan. Adanya makhluk asing/ janin di dalam rahim wanita mengakibatkan rahim dan tubuh tersebut menyesuaikan diri dengan keadaan yang dibutuhkan janin. Selain terjadi perubahan fisik, bentuk organ tubuh dan fungsi organ tubuh, juga terjadi perubahan psikologis pada wanita. Begitu juga saat setelah proses persalinan, keadaan dimana bayi tersebut telah lahir. Bermacam – macam respon yang dimunculkan oleh ibu. Padda umumnya kehamilan merupakan suatu proses yang sangat didamba – dambakan bagi pasangan suami istri. Namun bagi ibu yang tidak menginginkan kehmilannya kehamilan menjadi beban tersendiri bahkan hingga kearah ingin mengakhiri kehamilannya.. Wanita yang tidak dapat mengendalikan psikologisnya tidak mustahil akan mengalami depresi. Jika depresi tersebut tidak segera diatasi dengan cara yang tepat maka akan timbul gangguan jiwa (psikosis) yang menimbulkan halusinansi pada wanita tersebut. Jika telah sampai di tahap tersebut diperlukan terapi dan pengobatan khusus. Penderita biasanya sembuh setelah bayi lahir  namun dalam kehamilan selanjutnya psikosa ini dapat muncul kembali. Wanita dengan gangguan psikologis seperti ini harus mendapatkan perhatian khusus dan intensif agar tidak berpengaruh pada janinnya. PEeran tenaga kesehatan di sini sangatlah penting untuk memotivasi dan memberikan pengobatan karena kehamilan merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha  Esa sehingga mencoba mengakhiri kehamilan termasuk dalam tindakan pembunuhan.


TINJAUAN TEORI
Masalah kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian lagi menganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya.
Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosiokultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri, dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan, hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.  Hal tersebut mungkin saja dapat terjadi dikarenakan :
  • Kehamilan peristiwa yang paling rumit
  • Ketidakmatangan dalam perkembangan emosional dan psikoseksual
  • Bayang-bayang rasa cemas dan takut akan hal-hal yang mungkin akan terjadi baik pada diri ibu maupun pada bayinya
Depresi
Depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa yang merasa tidak berdaya, tidak bersemangat, tidak ada gairah hidup yang disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulasi tertentu, pengurangan aktifitas fisik ataupun mental dan kesukaran dalam berkarir serta menganalisa.
Depresi selama kehamilan merupakan gangguan mood yang sama halnya dengan depresi yang terjadi pada orang awam pada umumnya, dimana pada kejadian depresi akan terjadi perubahan kimiawi pada otak. Dalam hal ini perubahan hormonal pada saat kehamilan akan mempengaruhi kimiawi otak itu sendiri, yang nantinya akan sangat  berhubungan erat dengan kejadian depresi dan kecemasan selama kehamilan.
Gangguan ini ditandai dengan perasaan muram, murung, kesedihan atau berkurangnya dan tidak adanya minat pada aktivitas. Pasien kadang-kadang dapat sarkastik, nihilistik memikirkan hal yang sedih membutuhkan dan mengeluh. Mereka juga dapat tegang, kaku dan menolak intervensi terapeutik. Gejala penyertanya adalah perubahan nafsu makan dan pola tidur, harga diri yang rendah, hilangnya energi dan penurunan dorongan seksual. Depresi yang semakin berat dapat mengakibatkan halusinasi dan perasaan cemas yang disebut dengan gangguan jiwa (psikosa).
Psikosa
suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Keadaan ini dapat digambarkan bahwa psikosa ialah gangguan jiwa yang serius, yang timbuk karena penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereakasi secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan itu, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu. Psikosa ditandai oleh perilaku yang regresif, hiudp perasaan tidak sesuai , berkurangnya pengawasan terhadap impuls-impuls serta waham dan halusinasi.
Menninger telah menyebutkan lima sindroma klasik yang menyertai sebagian besar pola psikotik :
  1. Perasan sedik, bersalah dan tidak mampu yang mendalam
  2. keadaan terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, disertai pembicaraan dan motorilk yang berlebihan
  3. regresi ke otisme manerisme pembicaran dan perilaku, isi pikiran yanng berlawanan, acuh tak acuh terhadap harapan sosial.
  4. preokupasi yang berwaham, disertai kecurigaan, kecendrungan membela diri atau rasa kebesaran
  5. keadaan bingung dan delirium dengan disorientasi dan halusinasi.
Pada penderita psikosa sering ada gangguan bicara, kehilangan orientasi terhadap lingkungan. Aspek sosialnya membahayakan orang lain dan diri sendiri perlu perawatan RS.
Gangguan jiwa yang dapat terjadi pada kehamilan antara lain :
• Gangguan afektif pada kehamilan
• Gangguan bipolar
• Skizofrenia
• Gangguan cemas menyeluruh
• Gangguan panik
• Gangguan obsesif konvulsif
Penyebab
• Internal
Perubahan tubuh dan hormonal ibu hamil.
• Eksternal
- Kehamilan tak diinginkan
- Kehamilan berisiko
- Jarak kehamilan yang terlalu dekat
- Riwayat keguguran
- Riw. Obstetri buruk


Proses kejiwaan dalam kehamilan
Triwulan I
• Cemas ,takut,panic,gusar
• Benci pada suami
• Menolak kehamilan
• mengidam
Triwulan II
-          Kehamilan nyata
-          Adaptasi dengan kenyataan :
-          perut bertambah besar
-          terasa gerakan janin
Triwulan III
• Timbul gejolak baru menghadapi persalinan
• Perasaan bertanggung jawab
golongan ibu yang mungkin merasa takut
• Ibu yang mempunyai riwayat/pengalaman buruk pada persalinan yang lalu
• Multipara agak berumur
• Primigravida yang mendengar tentang pengalaman ngeri dan menakutkan dari teman-teman lain
Perjalanan penyakit dan pengobatan
Perjalanan penyakit bervariasi dan bergantung pada jenis penyebab penyakit.  Bagi mereka dengan psikosis manik-depresif dan skizoafektif, waktu pemulihan adalah sekitar 6 bulanm(Sneddon, 1992).  Yang paling mengalami gangguan fungsi pada saat pemeriksaan lanjutan adalah mereka yang menderita skizofrenia.  Para wanita ini sebaiknya dirujuk ke psikiater.  Keparahan psikosis postpartum mengharuskan diberikannya terapi farmakologis dan pada sebagian besar kasus dilakukan tindakan rawat inap.  Wanita ynag mengalami psikosis biasanya mengalami kesulitan merawat bayinya.
Terapi Gangguan Jiwa
Saat ini tersedia sejumlah besar obat psikotropika untuk mengatasi gangguan jiwa (Kuller dkk., 1996).  Sebagian wanita hamil yang memerlukan farmakoterapi telah menderita penyakit jiwa berat, misalnya gangguan bipolar, gangguan skizoafektif, skizofrenia atau depresi mayor berulang.  Wanita lain yang memerlukan terapi adalah mereka yang mengalami gangguan emosi yang berkembang selama kehamilan.
Antidepresan
Depresi berat memerlukan terapi dan pada sebagian besar kasus, manfaat terapi melabihi risikonya.  Antidepresan trisiklik seperti amitriptilin, doksepin, imipramin, dan nortriptilin sering digunakan untuk gangguan-gangguan depresif.  Efek samping pada ibu adalah hipotensi ortostatik dan konstipasi.  Sedasi juga sering terjadi, sehingga obat golongan ini sangat bermanfaat bagi masalah tidur yang berkaitan dengan depresi.  Inhibitor monoamin oksidase (MAOI) adalah antidepresan yang sangat efektif yang semakin jarang digunakan karena menyebabkan hipotensi ortostatik.  Pengalaman dengan inibitor selektif ambilan ulang serotonin (selective serotonin reuptake inhibitors, SSRI), termasuk fluoksetin dan sertralin, menyebabkan obat golongan ini menjadi terapi primer bagi sebagian besar penyakit depresi.  Obat-obat ini tidak menimbulkan hipotensi ortostatik atau sedasi sehingga lebih disukai daripada antidepresan lain.
Antipsikotik
Wanita dengan sindrom-sindrom kejiwaan yang berat seperti skizofrenia, gangguan skizoafektif, atau gangguan bipolar sangat mungkin memerlukan terapi antipsikotik selama kehamilan.  Antipsikotik tipikal adalah golongan antagonis dopamine.  Klozapin adalah satu-satunya antipsikotik atipikal yang tersedia, dan obat ini memiliki kerja yang berbeda tetapi tidak diketahui.  Potensi dan efek samping berbagai antipsikotik berbeda-beda.  Obat-obat yang berpotensi lebih rendah, klorpromazin dan tioridazin, memiliki efek antikolinergik yang lebih besar serta bersifat sedatif.
Litium
Keamanan litium selama kehamilan masih diperbebatkan.  Selain kekhawatiran tantang teratogenesitas, juga perlu dipertimbangkan indeks terapetiknya yang sempit.  Pernah dilaporkan toksisitas litium pada neonatus yang mendapat ASI.
Benzidiazepin
Obat golongan ini mungkin diperlukan selama kehamilan bagi wanita dengan gangguan cemas yang parah atau untuk pasien psikotik yang agitatif atau mengamuk.  Diazepam mungkin menyebabkan depresi neurologis berkepanjangan pada neonatus apabila pemberian dilakukan dekat dengan kelahiran.
Terapi Kejut Listrik (Elektroconvulsive Therapy, ECT)
Terapi dengan kejutan listrik untuk depresi selama kehamilan kadang-kadang diperlukan pada pasien dengan gangguan mood mayor yang parah dan tidak berespon terhadap terapi farmakologis.  Hasil diperoleh dengan menjalani 11 kali terapi dari umur kehamilan 23-31 minggu.  Mereka menggunakan tiamilal dan suksinilkolin, intubasi, dan ventilasi bantuan setiap kali terapi.  Mereka mendapatkan bahwa kadar epinefrin, norepinefrin, dan dopamine plasma meningkat 2-3 kali lipat dalam beberapa menit kejutan listrik.  Walaupun demikian, rekaman frekuensi denyut jantung janin serta frekuensi jantung, tekanan darah, dan saturasi oksigen ibu tetap normal.  Miller (1994) mengkaji 300 laporan kasus terapi kejut listrik selama kehamilan mendapatkan bahwa penyulit terjadi pada 10%.  Penyulit-penyulit tersebut antara lain adalah aritmia transien jinak pada bayi, perdarahan pervaginam ringan, nyeri abdomen, dan kontraksi uterus yang swasirna.  Wanita yang kurang dipersiapkan juga berisiko lebih besar mengalami aspirasi, kompresi aortokava, dan alkalosis respiratorik.  Langkah-langkah pengkajian penting adalah pengkajian servik, penghentian obat antikolinergik yang tidak esensial, pemantauan frekuensi denyut jantung janin dan uterus, hidrasi intravena, pemberian antasida cair, dan pasien dobaringkan miring kiri.  Selama prosedur, hindari hiperventilasi berlebihan dan jalan napas harus dilindungi.

Tidak ada komentar: