Senin, 03 Maret 2014

Asuhan Persalinan Pada Persalinan dengan Vakum Ekstraksi



Ekstraksi vakum merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstrasi pada bayi, (Sarwono, 2002).
Ekstraksi vakum, seperti juga ekstraksi forsepmerupakan suatu alat yang dipakai untuk memegang kepala janin yang maih berada dalam jalan lahir.
Tekanan vakum yang dianggap tidak berbahayauntuk bayi berkisar antara 0,4 – 0,6 kg /cm, (Mochtar, 1998).
B.   ALAT DAN TEKNIK PEMASANGAN
1. Alat yang digunakan dalam ekstraksi vakum adalah:
  1. 1 buah vakum dengan manometer
  2. Beberapa mangkuk (terbuat dari besi) dengan diameter 30, 40, 50, dan 60 mm.
  3. Selang karet
  4. Rantai besi
  5. Pompa tangan
  6. Alat penarik khusus
2. Teknik pemasangan
a)      Tindakan
  • Instruksikan kepada asisten untuk menyiapkan ekstraktor vakum dan pastikan petugas dan persiapan untuk menolong bayi sudah tersedia.
  • Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan terpenuhinya persyaratan ekstraksi vakum.
  • Masukkan tangan ke wadah yang mengandung larutan klorin 0,5%, lalu bersihkan darah dan cairan tubuh yang melekat pada sarung tangan. Lepaskan secara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut
b)      Pemasangan mangkok vakum
  • Masukkan mangkok vakum melalui introitus vagina secara miring dan setelah melewati introitus pasangkan pada kepela bayi (perhatikan agar tepi mangkok tidak terpasang pada bagian yang tidak rata atau moulage di daerah ubun-ubun kecil)
  • Dengan jari tengah dan telunjuk tahan mangkok pada posisinya  dan dengan jari tengah dan telunjuk tangamn lain lakukan pemeriksaan di sekeliling tepi mangkok untuk memastikan tidak ada bagian vagina atau porsio yang terjepit antara mangkok dan kepala.
  • Setelah hasil pemeriksaan baik, keluarkan jari tangan pemeriksaan dan tangan penahan mangkok tetap pada posisinya.
  • Instruksikan asistenuntuk menurunkan tekanan secara bertahap.
  • Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) -2 (malmstroom)setelah dua menit, naikkan hingga skala 60 (silastik)atau -6 (malstroom) dan tunggu 2 menit.
  • Sambil menunggu his, jelaskan pada pasien bahwa pada his puncak (fase acme)pasien harus mengedan sekuat dan selama mungkin. Tarik lipat lutut dan lipat siku agar tekanan abdomen menjadi lebih kuat.
c)      Penarikan
  • Pada fase acme (puncak)dari his, minta klien untuk mengedan secara simultan lakukan penarikan dengan pengait mangkuk, dengan arah sejajar lantai (tangan luar menarik pengait. Ibu jari tangan dalam pada mangkuk , telunjuk dan jari tengah pada kulit kepala bayi)
  • Bila belum berhasil dalam tarikan pertama, ulangi lagi pada tarikan kedua. Episiotomi(pada pasien dengan pertineum yang kaku)dilakukan saat kepala mendorong perineum dan tidak masuk kembali  saat suboksiput berada di bawah simfisis, arahkan tarikan ke atas hingga lahirlah berturut-turut dahi, mukadan dagu.
C.   INDIKASI
Indikasi pemakaian ekstrasi vakum adalah:
  1. Kelelahan ibu
  2. Partus tak maju
  3. Gawat janin yang ringan
  4. Toksemia gravidarum
  5. Rupture uteri iminens
  6. Ibu: memperpendek persalinan kala II, penyakit jantung kompensasi, penyakit fibrotik.
  7. Janin: adanya gawat janin
  8. Waktu: kala persalinan lama

D.   KONTRA INDIKASI
Kontra indikasi ekstraksi vakum adalah:
  1. Ibu: dengan resiko tinggi rupture uteri
  2.  Kondisi ibu tidak boleh mengejan
  3.  Panggul sempit (disproporsi kepala panggul)
  4. Janin: letak lintang, presentasi muka, presentasi bokong, preterm, kepala janin menyusul

E.   SYARAT-SYARAT
Syarat – syarat untuk dilakukanya ekstraksi vakum adalah:
  1. Pembukaan lengkap atau hampir lengkap
  2. Presentasi kepala
  3. Cukup bulan (tidak premature)
  4. Tidak ada kesempitan panggul
  5. Anak hidup dan tidak gawat janin
  6. Penurunan hodge II/III
  7. Kontraksi baik
  8. Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengedan

F.    KELEBIHAN
Kelebihan dari prosedur ekstrasi vakum adalah dapat di pergunakan pada:
  1. Pembukaan servik uteri yang belum lengkapdengan menggunakan vakum ekstrator maka pembukaan servik dapat dipercepat secara mekanis, tapi sebaiknya ekstrasi vakum baru dilakukan pada pembukaan servik uteri sekurang kurangnya 7 cm pada kepala janin belum turun (engaged)
  2. Tidak memerlukan anestesi umum
  3. Komplikasi pada ibu atau janin lebih sedikit

G.  KEKURANGAN
Kekurangan dari ekstrasi forsep adalah:
Waktu untuk melahirkan janin lebih lama dari ekstrasi forsep
Ekstrasi vakum tidak dapat digunakan pada:
  • Letak muka
  • Caput suksadaneum yang sudah besar
  • Gawat janin yang berat
  • Kondisi kepala menyusul(after coming head) pada letak sungsang
  • Disporsisi cepalo servik

H.  KOMPLIKASI
Komplikasi dari prosedur ekstraksi vakum adalah:
  1. Pada ibu:
  • Robekan pada servik uteri
  • Robekan pada dinding vagina dan perineum
  • Perdarahan akibat atonia uteri atau trauma jalan lahir, dan resikoinfeksi
  1. Pada anak:
  • Perdarahan dalam otak
  • Caput suksadeum artificialas, yang biasanya akan hilang sendiri dalam 24-48 jam
  • Ekskoriasi kulit kepala, sefalhematom, subgaleal hematoma
  • Nekrosis kulit kepala, perdarahan intracranial, jaundice, fraktur klavikula, kerusakan N VI dan VI

PROSES KEPERAWATAN
I.  Pengkajian
  1.  
    1. Data demografi:
  • Nama
  • Umur
  • Alamat
  • G P A
  1. Riwayat persalinan
  • Persalinan lampau
  • HPHT
  • Mulai jam berapa terasa his atau mulas-mulas
  1. Inspeksi
  • Perhatikan keadaan perut pasien (TFU)
  1. Perkusi
  • Menentukan batas atas fundus uteri
  1. Palpasi
  • TFU
  • Menentukan letak kepala, apakah sudah masuk PAP
  • Periksa kandung kemih
  • Periksa his
  1. Auskultasi
  • Apakah masih terdengar denyut jantung janin
  • Jika ada berapa frekuensinya
  • Dan pemeriksaan lain jika diperlukan
  1. Pemeriksaan dalam
  • Harus dilakukan dalam keadaan steril
  • Apa yang menjadi bagian terbawah janin
  • Jika letakm kepala, tentukan berapa letak penurunanya/posisinya, letak ubun-ubun kecil apakah sudah ada kaput
  • Apakah di bagian kepala terdapat bagian-bagian janin yang lain (tangan,tali pusat, kaki)
  • Berapa pembukaanya
  • Bagaimana keadaan porsio
  • Apakah ada hambatan jalan lahir
  • Keadaan ketuban
  • Posisi hodge

   II. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No.
Diagnosa keperawatan
Tujuan/kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1.
Nyeri b.d robekan pada dinding vagina
Tujuan:


  1. Ketidaknyamanan dapat diminimalkan.
  2. Klien dapat mengontrol nyeri atau menyatakan hilangnya nyeri.

Kriteria hasil
  1. Klien menunjukkan rileks, dapat beristirahat, dan peningkatan aktivitas dengan tepat
  2. Mengungkapkan penurunan rasa nyeri.
  3. Kaji ketidaknyamanan melalui syarat verbal dan non verbal. Kaji pribadi dan budaya dan budaya nyeri


  1. Ajarkan teknik pernafasan dan ralaksasi. Anjurkan klien memilih posisi yang nyaman, lebih baik miring kiri/agak tegak.
  2. Lepaskan pakaian yang berlebihan/ketat. Biarkan lingkungan sejuk/nyaman bila mungkin.
  3. Instruksikan lkien dalam menggunakan analgesic yang dikontrol.
  4. Pantau tekanan darah (TD) dan nadi ibu.

  1. Sikap dan reaksi individu terhadap nyeri adalah individual dan berdasarkan pada pengalaman masa lalu, latar belakang dan konsep diri.
  2. Membantu mengurangi ketidaknyamanan melalui control gerbang, stimuli kutan dan counterpressure.

  1. Menaikkan sirkulasi kenimetrium, menaikkan relaksasi dan kenyamanan.

  1. Memungkinkan klien untuk mengatur kontrol nyeri, kadang juga perlu medikasi.
  2. Hipotensi itu disebabkan oleh penurunan tahanan perifer saat percabangan vaskuler dilatasi adalah reaksi merugikan yang utama terhadap blok epidural.

2.
Resiko infeksi  b.d robekan pada servik uteri dan dinding vaginaTujuan:
  • § Menurunkan resiko infeksi

Kriteria hasil:
  1. Klien bebas dari infeksi
  2. Tidak terjadi pembengkakan
  3. Tidak terjadi iritasi atau kemerahan pada robekan
  4. Tinjau ulang kondisi atau factor resiko yang ada sebelumnya
  5. Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi (misal peningkatan suhu, nadi, jumlah SDP, bau/warna vagina)







  1. Lakukan perawatan kulit pre operatif sesuai protocol.



  1. Catat Hb  dan Ht, catat perkiraan kehilangan darah.






  1. Berikan antibiotic spectrum luas parenteral


  1. Menurunkan kemungkinan kontaminasi.

  1. Pecah ketuban terjadi 24 jam sebelum pembedahan dapat mengakibatkan korioamninitas sebelum intervensi bedah dan dapat mempercepat proses penyenbuhan luka.
  2. Menurunkan resiko kontaminan memasuki luka insisi, sehingga menurunkan resiko infeksi pasca operasi.
  3. Resiko infeksi pasca melahirkan dan penyembuhan yang buruk meningkat bila kadar hb rendah dan kehilangan darah yang berlebihan.
  4. Antibiotik profilaktik dapat digunakan untuk mencegah atau menurunkan resiko terjadinya proses infeksi.
3.
Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan vaskuler berlebihan.Tujuan:
  • § Mencapai kestabilan dan perbaikan keseimbangan cairan

Kriteria hasil:
klien mampu menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan yang di buktikan dengan:
  1. TTVnormal : TD:130/80 mmhg Nadi:80 x/menit, Suhu: 30° C
  2. Mukosa mulut lembab
  3. Turgor kulit baik(kembali dalam waktu kurang dari 30 detik)
  4. Volume perfusi sirkulasi adekuat dengan keluaran 30-50 ml/jam atau lebih besar
  5. Tidak terjadi perdarahan (normal tidak lebih 500 cc)
  6. Jumlah urin normal 1500 ml/hari.
  7. Kaji perubahan TTV







  1. Ukur masukan pengeluaran dan keseimbangan cairan, catat kehilangan lewat perdarahan.

  1. Timbang BB





  1. Berikan cairan IV dan lakukan observasi ketat sesuai indikasi.
  2. Lakukan tirah baring.


  1. Tinjau ulang pemerikaan darah cepat: HDL, jenis dan pencocokan silang. Kadar vibrinogen, hitung trombosit HPTT, DT dan kadar HCG.
  2. Kekurangan cairan akibat perdarahan meningkatkan frekuensi kerja jantung, menurunkan TD, mengurangi vol denyut nadi.
  3. Untuk memberikan informasi tentang status cairan, kecenderungan keseinbanhan cairan negative.
  4. Perubahan secara drastis menunjukkan gangguan vol cairan dalam tubuh.
  5. Memperbaiki volume sirkulasi darah

  1. Perdarahan dapat berkurang dengan meminimalkan aktivitas.
  2. Menentukan jumlah darah yang hilang dan dapat memberikan informasi mengenai penyebab. Ht harus dipertahankan diatas 30% untuk mendukung transport oksigen dan nutrient

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal / Bayi. Pedoman Untuk perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien. EGC. Jakarta.
Hanifa, Wiknjosastro. 2002. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo. Jakarta.
Manuaba, Ida bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. ECG. Jakarta.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Operatif, Obstetri Sosial. EGC. Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

Tidak ada komentar: