Minggu, 25 September 2011

INFEKSI DALAM KEHAMILAN "VARISELA dan TOKSOPLASMOSIS"

BAB I
PENDAHULUAN

Varicella/chickenpox atau sering disebut cacar air, merupakan infeksi akibat virus varicella-zoster (VZV) atau human herpes virus-3 (HHV-3). Varicella memberikan gambaran khas munculnya lesi di kulit yang bersifat makulo-papuler, berkembang menjadi vesikel, pustula, dan akhirnya menjadi krusta/keropeng. varisela merupakan penyakit anak-anak yang sudah ratusan tahun dikenal orang.
Diawali dengan gejala melemahnya kondisi tubuh, pusing, demam yang kadang-kadang diiringi batuk, dalam waktu 24 jam timbul bintik-bintik yang berkembang menjadi lesi (mirip kulit yang terangkat karena terbakar) dan terakhir menjadi benjolan-benjolan kecil berisi cairan. Sekitar 250 – 500 benjolan akan timbul menyebar di seluruh bagian tubuh, tidak terkecuali pada muka, kulit kepala, mulut bagian dalam, mata, termasuk bagian tubuh yang paling intim. Namun dalam waktu kurang dari seminggu, lesi ini akan mengering dan bersamaan dengan itu terasa gatal. Dalam waktu 1 – 3 minggu bekas pada kulit yang mengering akan terlepas.
Virus varisela zoster penyebab penyakit cacar air ini berpindah dari satu orang ke orang lain melalui percikan ludah yang berasal dari batuk atau bersin penderita dan diterbangkan melalui udara atau kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi. Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui paru-paru dan tersebar ke bagian tubuh melalui kelenjar getah bening. Setelah melewati periode 14 hari virus ini akan menyebar dengan pesatnya ke jaringan kulit. Memang sebaiknya penyakit ini dialami pada masa kanak-kanak daripada kalau sudah dewasa. Sebab itu seringkali orang tua membiarkan anak-anaknya terkena cacar air lebih dini.
Gejala yang dialami pada orang dewasa lebih parah daripada pada masa kanak-kanak. Demam yang dialami lebih parah dan berlangsung lebih lama, sakit kepala serta lukanya lebih berat serta bekas luka yang ditinggalkan akan lebih dalam. Kalau pada anak-anak kebanyakan komplikasi hanya berupa infeksi varisela pada kulit, pada orang dewasa kemungkinan terjadinya komplikasi berupa radang paru-paru atau pneumonia 10 – 25 lebih tinggi daripada pada anak. Perokok dikatakan berisiko pneumonia lebih tinggi dibanding yang bukan perokok. Komplikasi yang langka tapi bisa terjadi berupa radang otak, radang sumsum tulang, kegagalan hati, hepatitis serta sindrom Reye (kelainan pada otak sekaligus hati).
Ibu hamil termasuk dalam kelompok orang dewasa yang rentan terhadap penyakit chickenpox/varisela apabila di masa mudanya belum pernah mengalaminya. Bagi ibu hamil dengan usia kehamilan 1 hingga 3 bulan, memang bisa terjadi komplikasi terhadap janin bayi, seperti keguguran, kelahiran mati atau bayi terkena sindrom congenital varicella (infeksi pada janin kuartal pertama kehamilan) yang cukup berbahaya baik bagi sang janin maupun si ibu. Namun memang prevalensi ibu hamil penderita cacar air yang mendapat komplikasi ini masih rendah (sekitar 2 dari 100 kasus). Kehamilan cenderung memperburuk perjalanan penyakit varicella. Infeksi varicella pada kehamilan meningkatkan risiko kejadian komplikasi pneumonia. Infeksi varicella pada trimester awal kehamilan memunculkan risiko kelainan kongenital, sebesar 0,4 – 2%.
Kemudian dalam kehamilan infeksi yang juga sangat mengancam jiwa ibu dan janinnya yaitu infeksi toxoplasmosis. Yang mana infeksi ini disebabkan oleh virus yang berasal dari hewan ternak seperti kucing. Kehamilan denga infeksi virus toxoplasma ini dalam menyebabkan abortus pada usi kehamilan < 13 minggu dan hidrosefalus pada usia kehamilan lebih lanjut.


















BAB II
TINJAUAN TEORI

I. VARICELLA
A. Definisi
Merupakan infeksi akut menular, disebabkan oleh virus varisela-zoster. Gambaran klinis berupa vesikel di atas kulit kemerahan yang akan berubah menjadi polimorf disertai gejala konstitusi terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. virus varisela-zoster (V-Z virus) yang sangat menular bersifat akut yang umumnya mengenai anak, yang ditandai oleh demam yang mendadak, malaise, dan erupsi kulit berupa makulopapular untuk beberapa jam yang kemudian berubah menjadi vesikel selama 3-4 hari dan dapat meninggalkan keropeng.

B. Epidemiologi
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, terutama menyerang kelompok umur anak-anak dan juga bisa menyerang orang dewasa. Penyebarannya melalui droplet lewat udara. Masa penularan lebih kurang 7 hari dihitung dari timbulnya gejala kulit.

C. Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah oleh infeksi dari virus Varicella-Zoster (VZV) Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan timbulnya penyakit varisela, sedangkan reaktivasi (keadaan kambuh setelah sembuh dari varisela) menyebabkan herves zoster.

D. Patogenesis
Infeksi virus masuk bersama airborne droplet masuk ke traktus respiratorius, tidak tertutup kemungkinan penularan juga lewat lesi kulit tapi penyebaran paling efektif melalui system respirasi. Selanjutnya virus akan berkembang di dalam sistem retikuloendotelial, kemudian akan terjadi viremia disertai gejala konstitusi yang diikuti dengan munculnya lesi di permukaan virus. Virus masuk melalui mukosa saluran pernafasan dan diduga berkembang biak pada jaringan kelenjar regional. 4 – 6 hari setelah infeksi, diduga viremia ringan terjadi, diikuti dengan virus menginfeksi dan berkembang biak di organ seperti hati, limpa dan kemungkinan organ lain.
Lebih kurang 10 – 12 hari setelah infeksi terjadi viremia kedua di mana pada saat tersebut virus bisa mencapai kulit. Rash muncul sesudah 14 hari infeksi. Lesi kulit yang terjadi berupa makula, sebagian besar berkembang menjadi papula, vesicula, pustula, dan krusta sesudah beberapa hari. Vesicula biasanya terletak pada epidermis.

E. Gejala Klinis
1. Masa inkubasi 14-21 hari
2. Pada anak yang berumur lebih muda jarang disertai gejala prodromal.
3. Pada anak yang berumur lebih tua dan orang dewasa lesi kulit muncul 2-3 hari setelah demam, malaise, sakit kepala, anorexia.
4. Lesi awal terutama pada badan kemudian menyebar ke muka dan ekstremitas juga dapat mengenai selaput lendir.
5. Lesi berupa makula eritema dalam beberapa jam akan berubah jadi papula, vesikula, pustula dan krusta.
6. Sementara proses berlangsung muncul lagi vesikel baru sehingga menimbulkan gambaran yang polimorf.
Infeksi varicella akut ( chicken pox , cacar air , waterpoken ) disebabkan oleh virus varicella zoster yang merupakan virus herpes DNA ( famili herpesviridae) dan ditularkan melalui kontak langsung atau via pernafasan. Attack Rate pada individu yang rentan sekitar 90%. Periode inkubasi 10 – 21 hari. Infeksi yang terjadi pada orang dewasa biasanya sangat berat dan dapat menimbulkan komplikasi berbahaya seperti ensepalitis dan pneumonia. Oleh karena termasuk virus herpes maka virus varicella juga memperlihatkan potensi latensi dalam ganglion syaraf. Reaktiviasi virus memberikan gejala herpes zoster.
Pada infeksi yang terjadi pada akhir kehamilan (secara kesepakatan ditetapkan 5 hari sebelum atau sesudah kelahiran) memunculkan risiko transmisi vertikal, yang dapat mengakibatkan bayi baru lahir mengalami infeksi varicella berat. Pada pasien dengan status imun rendah, bayi baru lahir, dan ibu hamil, bila sudah terjadi infeksi, prinsip terapi adalah suportif dan pemberian anti viral sesuai indikasi. Anti viral terpilih adalah acyclovir, yang akan bekerja efektif bila diberikan dalam 72 jam pertama sesudah munculnya lesi. Indikasi mutlak pemberian terapi anti viral meliputi status imun rendah, manifestasi klinis berat, serta kehamilan trimester ke-3.
Pasien dengan varicella perlu dirawat bila keadaan umum lemah, lesi luas, atau untuk keperluan isolasi. cacar air dengan mudah menular pada orang lain. Untuk mencegah penularan, terutama pada bayi atau wanita hamil yang belum pernah terinfeksi, jauhkan mereka dari penderita paling tidak selama 21 – 28 hari. Ibu hamil yang pernah terinfeksi Chickenpox mempunyai kekebalan terhadap virus tersebut. Antibodi yang dimiliki ibu ditransfer ke janin melalui Plasenta. Oleh sebab itu, ibu hamil yang sudah memiliki kekebalan tidak perlu khawatir terjadi komplikasi terhadap dirinya maupun bayinya bila berdekatan dengan orang yang menderita Chickenpox. Bila ibu tidak yakin sudah mempunyai kekebalan atau belum, bisa dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui tingkat kekebalan.
Bila tubuh memang belum memiliki kekebalan dan ibu harus berhadapan dengan orang yang menderita chickenpox, bisa diberikan zoster immune globulin (ZIG) pada hari keempat sejak terpapar penderita chickenpox. Ibu tidak bisa diberi vaksin chickepox, bila sedang hamil.

F. Diagnosis
Diagnosa ditegakkan atas dasar gambaran klinik meskipun usaha diagnosa juga dapat ditegakkan dengan melakukan biakan virus dari vesikel dalam jangka waktu 4 hari setelah munculnya ruam.
Pada tes serologi IgM varicella zoster muncul pada minggu ke 2 melalui pemeriksaan ELISA atau CFT. IgG juga meningkat dalam waktu 2 minggu setelah pemeriksaan IgM. Pemeriksaan untuk menentukan imunitas seorang wanita adalah dengan menggunakan FAMA -Fluorescent Antibody Membrane Antigen.

G. Dampak Terhadap Kehamilan
5 – 10% wanita dewasa rentan terhadap infeksi virus varicella zoster. Infeksi varicella akut terjadi pada 1 : 7500 kehamilan. Komplikasi maternal yang mungkin terjadi :
1. Persalinan preterm
2. Ensepalitis
3. Pneumonia
Penatalaksanan Terdiri Dari :
1. Topikal : Bedak dan antibiotika
2. Sistemik : Sedativa, antipiretik, antibiotika untuk infeksi sekunder, acyclovir.


1. Antivirus: Asiklovir
Biasanya diberikan pada kasus-kasus yang berat, misalnya pada penderita leukemia atau penyakit-penyakit lain yang melemahkan daya tahan tubuh
2. Antipiretik: Untuk menurunkan demam
Parasetamol atau ibuprofen. Jangan berikan aspirin pada anak anda. Pemakaian aspirin pada infeksi virus (termasuk virus varisela) telah dihubungkan dengan sebuah komplikasi fatal, yaitu sindroma Reye.
3. Antihistamin: Untuk mengurangi gatal.
4. Salep antibiotika: Untuk mengobati ruam yang terinfeksi.
5. Antibiotika: bila terjadi komplikasi pnemonia atau infeksi bakteri pada kulit
6. Dapat diberikan bedak atau losio pengurang gatal (misalnya losio kalamin).
Pengobatan varisela dibagi menjadi dua yaitu pada penderita normal dan penderita dengan imunokompromise atau penurunan sistem imun :
1. Normal
a. Neonatus  Acyclovir 500mg/m2 setiap 8 jam selama 10 hari.
b. Anak-anak  terapi sintomatis atau acyclovir 20mg/kgbb dibagi 4 dosis selama 5 hari.
c. Dewasa atau dengan kortikosteroid  Acyclovir 5x 800mg selama 7 hari.
d. Wanita hamil , Pnemonia  Acyclovir 5×800mg selama 7 hari atau acyclovir IV 10mg/kgbb setiap 8jam selama 7 hari. Terapi simptomatik namun harus dilakukan pemeriksaan sinar x torak untuk menyingkirkan kemungkinan pneumonia mengingat bahwa komplikasi pneumonia terjadi pada 16% kasus dan mortalitas sampai diatas 40%.
Bila terjadi pneumonia maka perawatan harus dilakukan di rumah sakit dan diterapi dengan antiviral oleh karena perubahan dekompensasi akan sangat cepat terjadi. Sindroma varicella kongenital dapat terjadi. Diagnosa sindroma didasarkan atas temuan IgM dalam darah talipusat dan gambaran klinik pada neonatus antara lain :
1. Hipoplasia tungkai
2. Parut kulit
3. Korioretinitis
4. Katarak
5. Atrofi kortikal
6. mikrosepali
7. PJT simetrik
8. Batuk nonproduktif
9. Nyeri dada pleuritik
10. Demam yang terus menerus
11. Dispnea
Resiko terjadinya sindroma fetal adalah 2% bila ibu menderita penyakit pada kehamilan antara 13 – 30 minggu ; dan 0.3% bila infeksi terjadi pada kehamilan kurang dari 13 minggu. Bila infeksi pada ibu terlihat dalam jangka waktu 3 minggu pasca persalinan maka resiko infeksi janin pasca persalinan adalah 24%. Bila infeksi pada ibu terjadi dalam jangka waktu 5 – 21 hari sebelum persalinan dan janin mengalami infeksi maka hal ini umumnya ringan dan “self limiting” Bila infeksi terjadi dalam jangka waktu 4 hari sebelum persalinan atau 2 hari pasca persalinan, maka neonatus akan berada pada resiko tinggi menderita infeksi hebat dengan mortalitas 30%.
2. Imunokompromise
a. Penyakit ringan  Acyclovir 5×800mg selama 7-10 hari
b. Penyakit sedang  Acyclovir IV 10mg/kgbb selama 7 hari atau lebih lama
c. Acyclovir resisten (AIDS)  Foscarnet IV 40mg/kgbb sampai penyakit teratasi

H. Komplikasi
Pada anak normal komplikasi jarang terjadi lebih sering pada orang dewasa berupa sepsis, meningitis, ensefalitis, glomerulonefretis, karditis, hepatitis, keratitis, konjungtivitis, arthritis, pnemonia.
Imunoglobulin varicella zoster (VZIG) harus diberikan pada neonatus dalam jangka waktu 72 jam pasca persalinan dan di isolasi. Plasenta dan selaput ketuban adalah bahan yang sangat infeksius.
Pada ibu hamil yang terpapar dan tidak jelas apakah sudah pernah terinfeksi dengan virus varicella zoster harus segera dilakukan pemeriksaan IgG. Bila hasil pemeriksaan tidak dapat segera diperoleh atau IgG negatif, maka diberikan VZIG dalam jangka waktu 6 minggu pasca paparan. Imunisasi varciella tidak boleh dilakukan pada kehamilan oleh karena vaksin terdiri dari virus yang dilemahkan. Varisela pada ibu hamil trimester pertama dapat menimbulkan kelainan kongenital sedangkan infeksi ibu hamil menjelang melahirkan dapat terjadi varisela congenital. Pada masa kehamilan angka kejadian Herpes Zoster tidak lebih sering terjadi dan bila terjadi maka tidak menimbulkan resiko terhadap janin. Bila serangan Herpes Zoster sangat dekat dengan saat persalinan maka varicella dapat ditularkan secara langsung pada janin sehingga hal ini harus dicegah. Untuk mengurangi risiko kerusakan akibat garukan, sebaiknya :
1. kulit dicuci sesering mungkin dengan air dan sabun menjaga kebersihan tangan
2. kuku dipotong pendek agar saat digaruk tidak terjadi infeksi
3. pakaian tetap kering dan bersih
4. diberi obat antibiotikan atau jika kasusnya berat diberi obat anti-virus asiklovir.
5. Isolasi untuk mencegah penularan
6. diet bergizi tinggi (tinggi kalori dan protein)
7. bila demam tinggi, kompres dengan air hangat
8. upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya pemberian antiseptik pada air mandi.
9. upayakan agar vesikel tidak pecah

II. TOXOPLASMOSIS
A. Defenisi
Toxoplasma gondii adalah spesies protozoa parasit pada genus Toxoplasma. T. gondii menyerang kucing, tetapi parasit dapat dibawa oleh semua mamalia. T. gondii menyebabkan penyakit toksoplasmosis.

Salah satu infeksi yang berbahaya bagi wanita hamil adalah infeksi dan berkembangnya parasit Toxoplasma gondii. Sesuai dengan nama parasit penyebabnya, ini juga disebut sebagai toksoplasmosis. Terutama pada ibu hamil, hasil positif atas pemeriksaan tokso ini perlu diperhatikan, karena berpotensi menyebabkan keguguran atau bayi cacat. Potensi penularan tokso terhadap janin selama masa kehamilan ini sangat tinggi, yaitu bisa mencapai 50%. Infeksi yang terjadi pada janin dan ibu (toksoplasmosis kongenital) ini berpotensi menyebabkan cacat bawaan terutama bila terjadi pada usia kehamilan awal (sampai usia janin 3 bulan), dan akan menurun potensinya pada usia kehamilan lanjut. Pemeriksaan toksoplasma ini seringkali dilakukan bersama dengan rubella, cytomegalovirus dan herpes simpleks, sehingga seringkali disebut sebagai pemeriksaan TORCH.

B. Penyebab
Penyakit ini bisa menular ke manusia akibat termakannya spora Toxoplasma gondii. Misalnya makan daging mentah yang mengandung telur (ookista) toksoplasma atau sayuran yang terkontaminasi telur ini. Parasit ini sendiri bisa berbiak di semua mamalia, seperti ternak atau hewan peliharaan (anjing, kucing dan burung). Sayangnya infeksi toksoplasma ini di sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala yang jelas. Oleh karenanya pemeriksaan laboratorium semacam TORCH sangat dianjurkan sebelum memulai kehamilan, atau minimal di saat awal kehamilan. Bila ditemukan hasil positif, harus dilakukan terapi sampai sembuh terlebih dahulu sebelum melanjutkan kehamilan.

C. Penanganan
Indikasi infeksi pada janin bisa diketahui dari pemeriksaan USG, yaitu terdapat cairan berlebihan pada perut (asites), perkapuran pada otak atau pelebaran saluran cairan otak (ventrikel). Sebaliknya bisa saja sampai lahir tidak menampakkan gejala apapun, namun kemudian terjadi retinitis (radang retina mata), penambahan cairan otak (hidrosefalus), atau perkapuran pada otak dan hati.
Pemeriksaan awal bisa dilakukan dengan pengambilan jaringan (biopsi) dan pemeriksaan serum (serologis). Umumnya cara kedua yang sering dilakukan. Pada pemeriksaan serologi akan dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya reaksi imun dalam darah, dengan cara mendeteksi adanya IgG (imunoglobulin G), IgM, IgA, IgE. Pemeriksaan IgM untuk ini mengetahui infeksi baru. Setelah IgM meningkat, maka seseorang akan memberikan reaksi imun berupa peningkatan IgG yang kemudian menetap. IgA merupakan reaksi yang lebih spesifik untuk mengetahui adanya serangan infeksi baru, terlebih setelah kini diketahui lgM dapat menetap bertahun-tahun, meskipun hanya sebagian kecil kasus.
Sebenarnya sebagian besar orang telah terinfeksi parasit toksoplasma ini. Namun sebagian besar diantaranya telah membentuk kekebalan tubuh sehingga tidak berkembang, dan parasit terbungkus dalam kista yang terbentuk dari kerak perkapuran (kalsifikasi). Sehingga wanita hamil yang telah memiliki lgM negatif dan lgG positif berarti telah memiliki kekebalan dan tidak perlu khawatir terinfeksi. Sebaliknya yang memiliki lgM dan lgG negatif harus melakukan pemeriksaan secara kontinyu setiap 3 bulan untuk mengetahui secara dini bila terjadi infeksi.
Bila lgM dan lgG positif disarankan melakukan pemeriksaan ulang. Bila ada peningkatan lgG yang signifikan, diduga timbul infeksi baru. Meski ini jarang terjadi, tetapi adakalanya terjadi. Untuk lebih memastikan akan dilakukan juga pemeriksaan lgA. Pemeriksaan bisa juga dilakukan dengan PCR, yaitu pemeriksaan laboratorium dari sejumlah kecil protein parasit ini yang diambil dari cairan ketuban atau darah janin yang kemudian digandakan.
Bila indikasi infeksi sudah pasti, yaitu lgM dan lgA positif, harus segera dilakukan penanganan sedini mungkin. Terapi harus dilakukan terus sampai persalinan. Bahkan setelah persalinan akan dilakukan pemeriksaan pada bayi. Bila didapat lgM positif maka bisa dipakstikan bayi telah terinfeksi. Meski hasilnya negatif sekalipun, tetap harus dilakukan pemeriksaan berkala sesudahnya. Dengan pemeriksaan dan pengobatan secara dini penularan pada bayi akan bisa ditekan seminimal mungkin. Selain itu pengobatan dini yang tepat saat awal kehamilan akan menurunkan secara signifikan kemungkinan janin terinfeksi.
Penanganan khusus yang dapat dilakukan yaitu :
1. Konseling yang berkaitan dengan infeksi toksoplasma,resiko terhadap fungsi reproduksi dan hasil konsepsi.
2. Dapat dilakukan pengobatan secara rawat jalan.
3. Selama kehamilan ibu diterapi dengan spiramisin atau setelah kehamilan 14 minggu ibu diberi terapi dengan pirimehamin dan sulfonaida. Gabungan dari obat pirimetamin dan sulfonamide atau antibiotika spiramisin dapat menanggulangi infeksi dan menghambat kelanjutan proses anomaly congenital.
4. Evaluasi kondisi antigen dan titer immunoglobulin anti toxoplasma.
5. Upayakan persalinan pervaginam dan apabila terjadi disproporsi kepala panggul yang disebabkan oleh hidrosefalus, lakukan kajian ultrasonografi ketebalan korteks untuk pilihan penyelesaian persalinan.

BAB III
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

I. Varicella
A. Data Subjektif
Seorang ibu hamil dengan umur kehamilan 11-12 minggu mengeluh, merasa sedikit demam, nyeri kepala, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah. Serta adanya bintik-bintik merah berupa gelembung berisi cairan bening pada perut dan punggung.

B. Data Objektif
1. KU : baik Kesadaran : baik
2. Status emosional : stabil
3. Tanda vital
TD :120/70 mmHg Pernafasan : 20x/mnt\
Nadi : 78x/mnt Suhu : 380C

Kulit : Terlihat adanya lesi kulit yang khas, berupa : Lesi klasik berupa “air mata” berbentuk oval dengan kemerahan pada kulit bagian dasarnya, lesi kulit timbul dibagian perut dan punggung, Lesi yang terdapat di perut dan punggung terdiri atas lesi kulit yang tidak seragam (berbeda stadium erupsinya) dan penyebaran tidak merata.

C. Assesment
1. Diagnosa Kebidanan : Ny. “X ” umur 24 tahun G1P0A0H0 UK : 11- 12 minggu dengan Varicella.
2. Diagnosa Potensial : Ibu hamil dengan varicella berpotensi Resiko terjadinya sindroma fetal 0.3% bila infeksi terjadi pada kehamilan kurang dari 13 minggu, janin dapat meninggal.
3. Masalah : Ibu mengeluh merasa sedikit demam, nyeri kepala, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah serta bintik-bintik pada perut dan punggung
4. Kebutuhan :
a. KIE tentang penyakit varicella dalam kehamilan.
b. KIE cara mencegah dan mengatasi timbulnya penyakit varicella.
Kebutuhan tindakan segera berdasarkan kondisi klien
1. Mandiri : Melakukan observasi pada klien
2. Kolaborasi : Pemeriksaan laboraturium dengan tes serologi IgM varicella zoster dan melalui pemeriksaan ELISA atau CFT, Pemeriksaan untuk menentukan imunitas seorang wanita dengan menggunakan FAMA -Fluorescent Antibody Membrane Antigen
3. Merujuk : Kerumah sakit untuk mendapatkan penanganan dan pengobatan lebih lanjut oleh dokter bagian obstetric dan ginekologi

D. Planning
1. Menjelaskan kepada ibu bahwa kondisi ibu saat ini baik.
2. Memberikan KIE mengenai penyakit varicella.
3. Menjelaskan pada ibu komplikasi bahaya penyakit varicella terhadap janin dan ibu,serta ibu harus selalu menjaga kebersihan diri dan pakaiannya.
4. Menjelaskan pada ibu gejala varicella antara lain : deman, sakit kepala, gatal-gatal, lemah, lesu.
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan Pemeriksaan laboraturium lengkap.
6. Merujuk ibu ke rumah sakit atau klinik untuk mendapatkan pengobatan dan pelayanan dari dokter obstetric dan ginekologi dan mendapatkan penanganan lebih lanjut.
7. Menjelaskan kepada ibu untuk kunjungan ulang atau jika ada keluhan.

II. Toxoplasmosis
A. Data Subjektif
Seorang ibu hamil datang ke tempat praktek dengan usia kehamilan 11-12 minggu, ibu mengeluhkan ibu mudah lelah dan tidak nafsu makan. Kemudian dari hasil anamnesa ditemukan bahwa dari dahulu hingga sekarang ibu suka terhadap hewan kucing dan memeliharanya 3 ekor dirumahnya hingga saat ini,sedangkan sang suami memiliki peliharaan 2 ekor anjing.

B. Data Objektif
1. KU : baik Kesadaran : baik
2. Status emosional : stabil
3. Tanda vital
TD : 110/70 mmHg Pernafasan : 22x/mnt
Nadi : 80x/mnt Suhu : 37.30C
C. Asessment
1. Diagnosa Kebidanan : Ny. “Z ” umur 22 tahun G1P0A0H0 UK : 11-12 minggu dengan Toxoplasmosis.
2. Diagnosa Potensial : Ibu hamil dengan toxoplasmosis berpotensi Resiko terjadinya abortus kehamilan kurang dari 13 minggu, dan terjadinya hidrosefalus pada usia kehamilan lanjut.
3. Masalah : Ibu mengeluh merasa lelah dan kurang nafsu makan
4. Kebutuhan :
1. KIE tentang penyakit toxoplasmosis dalam kehamilan.
2. KIE cara mencegah dan mengatasi timbulnya penyakit toxoplasmosis.
Kebutuhan tindakan segera berdasarkan kondisi klien
1. Mandiri : Melakukan observasi pada klien
2. Kolaborasi : Pemeriksaan laboraturium yang lebih lengkap
3. Merujuk : Kerumah sakit untuk mendapatkan penanganan dan pengobatan lebih lanjut oleh dokter bagian obstetric dan ginekologi

D. Planning
1. Menjelaskan bahwa kondisi ibu sedang baik.
2. Memberikan KIE mengenai penyakit toxoplasmosis.
3. Menjelaskan pada ibu komplikasi bahaya penyakit plasmosis terhadap janin dan ibu.
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan Pemeriksaan laboraturium yang lebih lengkap.
5. Merujuk ibu ke rumah sakit atau klinik untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut dari dokter obstetric dan ginekologi.
6. Menjelaskan kepada ibu untuk kunjungan ulang atau jika ada keluhan.




BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Varisela merupakan infeksi akut menular, disebabkan oleh virus varisela-zoster.
2. Dapat menyebabkan gangguan pada kehamilan ibu yang sedang hamil dan bahkan dapat menyeabkan janinnya meninggal.
3. Sedangkan Toksoplasmosis adalah infeksi dan berkembangnya parasit Toxoplasma gondii pada seorang ibu hamil yang mana parasit ini ditularkan melalui hewan ternak seperti kucing.
4. Ibu hamil yang terinfeksi parasit ini dapat menyebabkan terjadinya abortus pada usia kehamilan < 13 minggu dan hidrosefalus pada usia kehamilan lanjut.

B. Saran
Sebagai seorang calon tenaga bidan kita sebaiknya mengetahui dan memahi tentang infeksi yang terjadi oada kehamilan ini. Karena kehamilan dengan infeksi varisella ini 4 dari 336 kehamilan menyebabkan kecacatan pada bayi yang dilahirkannya. Sedangkan infeksi toksoplasmosis, potensi penularan tokso terhadap janin selama masa kehamilan ini sangat tinggi, yaitu bisa mencapai 50%.














DAFTAR PUSTAKA

Bari, saifuddin Abdul. 2001. Buku Acuan Nasional Peayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; Jakarta
Rabe, Thomas . 2002. Buku Saku Ilmu Kebidanan. Hipokrates ; Jakarta
Varney, Helen . 2001. Buku Saku Bidan. EGC ; Jakarta
http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/09/ varicella-zoster-dalam-kehamilan .html
http://bidanshop.blogspot.com/2009/12/varicella-dalam-kehamilan.html

1 komentar:

irma mengatakan...

coba cek ke http://distributornoni.net
sapatw bisa membantu