Rabu, 20 April 2011

RUBELLA

RUBELLA
oleh : Redaksi [ 2008-08-02 03:21:13 ]
Penyakit rubella pada anak Campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan oleh virus rubella. biasanya ringan. Rubella disebut juga sebagai campak 3 hari, karena biasanya anak dengan rubella akan membaik dalam waktu 3 hari.
Keadaan yang paling berbahaya adalah jika virus rubella menginfeksi janin karena hal ini dapat mengakibatkan sindroma rubella kongenital. Infeksi virus pada janin dapat terjadi jika wanita yang sedang mengandung terserang virus rubella pada 4 bulan pertama usia kehamilannya.

Bagaimana virus rubella menular?

Virus yang terdapat pada percikan lendir saluran napas dapat disebarkan ke udara saat anak yang sedang terinfeksi rubella bersin, batuk, atau berbicara. Anak atau orang lain yang berdekatan dapat tertular jika menghirup udara yang mengandung virus tersebut.

Jika rubella menyerang wanita hamil pada 3 bulan pertama usia kehamilannya, maka ibu ini dapat menularkan virus pada janinnya melalui plasenta. Keadaan ini disebut sebagai infeksi rubella kongenital dan dapat menyebabkan sindroma rubella kongenital.

Bagaimana proses perjalanan penyakit rubella?

Masa inkubasi yaitu waktu yang diperlukan sejak masuknya virus rubella kedalam tubuh sampai timbulnya gejala penyakit berkisar antara 14-21 hari. Biasanya gejala bersifat ringan berupa demam. Nyeri sendi dapat terjadi pada anak perempuan yang sudah besar dan orang orang dewasa. Tanda yang paling khas adalah pembesaran kelenjar getah bening di daerah belakang kepala, belakang telinga, dan leher bagian belakang.

Umumnya pembesaran kelenjar getah bening ini disertai dengan rasa nyeri. Keadaan ini kemudian diikuti dengan munculnya ruam yang dimulai pada daerah muka dan menyebar dengan cepat ke seluruh tubuh dalam waktu 1 hari. Ruam dan demam biasanya menghilang dalam waktu 3 hari.

Infeksi rubella kongenital dapat menyebabkan sindroma rubella kongenital yang terdiri dari:
• pertumbuhan janin yang terhambat (merupakan kondisi yang paling sering terjadi)
* katarak yang dapat terjadi pada satu atau kedua mata. Katarak adalah pemutihan lensa mata sehingga mengakibatkan kebutaan menetap. Kelainan katarak ini biasanya disertai dengan bola mata yang kecil.
* kelainan jantung bawaan
* hilang fungsi pendengaran akibat proses infeksi yang terjadi pada saraf pendengaran
* radang otak dan selaput otak

Bagaimana mengobati infeksi rubella?

Tidak ada obat spesifik untuk mengobati infeksi virus rubella. Obat yang diberikan biasanya bersifat untuk meringankan gejala yang timbul. Hanya saja pada anak-anak dan orang dewasa, gejala-gejala yang timbul adalah sangat ringan.
Bayi yang lahir dengan sindroma rubella kongenital, biasanya harus ditangani secara seksama oleh para ahli. Semakin banyak kelainan bawaan yang diderita akibat infeksi kongenital, semakin besar pula pengaruhnya pada proses pertumbuhan dan perkembangan anak.

Biasanya infeksi rubella kongenital dipastikan dengan pemeriksaan serologi segera setelah bayi lahir, yaitu dengan terdeteksinya IgM Rubella (imunoglobulin M) pada darah bayi.

Bagaimana mencegah penularan virus rubella?

Cara yang paling efektif adalah dengan pemberian imunisasi. Saat ini imunisasi yang dapat diberikan untuk mencegah rubella adalah dengan pemberian vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella).

Pemberian imunisasi MMR pada wanita usia reproduktif yang belum mempunyai antibody terhadap virus rubella amatlah penting untuk mencegah terjadinya infeksi rubella kongenital pada janin. Setelah pemberian imunisasi MMR, penundaan kehamilan harus dilakukan selama 3 bulan.(Sumber :artikel kesehatan)






Rubella atau campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan suatu virus RNA dari golongan Togavirus. Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan morbiditas dan mortalitas yang rendah pada manusia normal. Tetapi jika infeksi didapat saat kehamilan, dapat menyebabkan gangguan pada pembentukan organ dan dapat mengakibatkan kecacatan.

Sejarah Epidemi

Sebelum dilakukan imunisasi massal mulai tahun 1969, di Amerika terjadi epidemi rubella tiap 6 – 9 tahun dengan epidemi terakhir pada tahun 1964 dengan perkiraan sebanyak lebih dari 20.000 kasus sindroma rubella kongenital dan 11.000 kasus keguguran. Insidens tertinggi adalah pada umur 5 – 9 tahun sebanyak 38,5 % dari kasus pada tahun 1966-1968. Meskipun insiden rubella turun sampai 99 % antara 1966-1968, 32 % dari semua kasus terjadi pada umur 15-29 tahun. Tanpa imunisasi, 10 % - 20% populasi di Amerika dicurigai terinfeksi rubella.

Tujuan imunisasi adalah eradikasi infeksi rubella kongenital. Jumlah kasus sindroma rubella kongenital yang dilaporkan turun sampai 99 % sejak tahun 1969. Setelah penurunan yang tajam dari insiden sindroma rubella kongenital, insiden mendatar sekitar 0.05 per 100.000 kelahiran hidup selama10 tahun terakhir karena infeksi rubella tetap berlanjut pada wanita usia subur. Bila semua wanita ini telah divaksinasi (idealnya) insiden sindroma rubella kongenital pasti akan turun sampai nol.

Penyebaran

Penularan virus rubella adalah melalui udara dengan tempat masuk awal melalui nasofaring dan orofaring. Setelah masuk akan mengalami masa inkubasi antara 11 sampai 14 hari sampai timbulnya gejala. Hampir 60 % pasien akan timbul ruam.
Penyebaran virus rubella pada hasil konsepsi terutama secara hematogen. Infeksi kongenital biasanya terdiri dari 2 bagian : viremia maternal dan viremia fetal. Viremia maternal terjadi saat replikasi virus dalam sel trofoblas. Kemudian tergantung kemampuan virus untuk masuk dalam barier plasenta. Untuk dapat terjadi viremia fetal, replikasi virus harus terjadi dalam sel endotel janin. Viremia fetal dapat menyebabkan kelainan organ secara luas.

Bayi- bayi yang dilahirkan dengan rubella kongenital 90 % dapat menularkan virus yang infeksius melalui cairan tubuh selama berbulan-bulan. Dalam 6 bulan sebanyak 30 – 50 %, dan dalam 1 tahun sebanyak kurang dari 10 %. Dengan demikian bayi - bayi tersebut merupakan ancaman bagi bayi-bayi lain, disamping bagi orang dewasa yang rentan dan berhubungan dengan bayi tersebut.


Gejala klinis


Gambaran klinis infeksi rubella serupa dengan penyakit lain dan kadang-kadang tidak tampak gejala dan tanda infeksi. Pada orang dewasa mula-mula terdapat gejala prodromal berupa malaise, mialgia dan sakit kepala. Pada anak-anak sering tidak diketahui gejala prodromal ini, atau apabila ada sangat minimal. Onset dari gejala prodromal sering dilaporkan dengan munculnya limfadenopati postaurikuler, yang biasanya dilanjutkan dengan munculnya ruam setelah 6-7 hari. Bercak-bercak berupa exanthema yang khas yaitu makulo papular yang sentrifugal mulai dari dada atas, abdomen kemudian ekstremitas yang akan menghilang dalam 3 hari. Kadang-kadang timbul arthralgia yang tergantung dari virulensi virus.

Pada janin, infeksi rubella dapat menyebabkan abortus bila terjadi pada trimester I.. Mula-mula replikasi virus terjadi dalam jaringan janin, dan menetap dalam kehidupan janin, dan mempengaruhi pertumbuhan janin sehingga menimbulkan kecacatan atau kelainan yang lain.

Infeksi ibu pada trimester kedua juga dapat menyebabkan kelainan yang luas pada organ. Menetapnya virus dan dan interaksi antara virus dan sel di dalam uterus dapat menyebabkan kelainan yang luas pada periode neonatal, seperti anemia hemolitika dengan hematopoiesis ekstra meduler, hepatitis, nefritis interstitial, ensefalitis, pankreatitis interstitial dan osteomielitis.


Gejala rubella kongenital dapat dibagi dalam 3 kategori :

1. Sindroma rubella kongenital yang meliputi 4 defek utama yaitu :

a. Gangguan pendengaran tipe neurosensorik. Timbul bila infeksi terjadi sebelum umur kehamilan 8 minggu. Gejala ini dapat merupakan satu-satunya gejala yang timbul.

b. Gangguan jantung meliputi PDA, VSD dan stenosis katup pulmonal.

c. Gangguan mata : katarak dan glaukoma. Kelainan ini jarang berdiri sendiri.

d. Retardasi mental

dan beberapa kelainan lain antara lain:

e. Purpura trombositopeni ( Blueberry muffin rash )

f. Hepatosplenomegali, meningoensefalitis, pneumonitis, dan lain-lain

2. Extended – sindroma rubella kongenital.. Meliputi cerebral palsy, retardasi mental, keterlambatan pertumbuhan dan berbicara, kejang, ikterus dan gangguan imunologi ( hipogamaglobulin ).

3. Delayed - sindroma rubella kongenital. Meliputi panensefalitis, dan Diabetes Mellitus tipe-1, gangguan pada mata dan pendengaran yang baru muncul bertahun-tahun kemudian.


Diagnosis


Diagnosis infeksi rubella sangat sulit karena gejalanya yang tidak khas. Timbulnya ruam selama 2-3 hari dan adanya adenopati postaurikuler dapat sebagai diagnosis awal kecurigaan infeksi rubella, tetapi untuk diagnosis pastinya diperlukan konfirmasi serologi atau virologi. Virus rubella dapat ditemukan pada struktur jaringan yang dapat diambil dari hapusan orofaring, tetapi tindakan ini sulit dilakukan.


Antibodi rubella biasanya lebih dahulu muncul saat timbul ruam. Diagnosis rubella ditegakkan bila titer meningkat 4 kali saat fase akut, dan biasanya imunitas menetap lama. Apabila pasien diperiksa beberapa hari setelah timbul ruam, diagnosis dapat ditegakkan dengan analisis antibodi IgM anti rubella dengan menggunakan sistem ELISA. IgM spesifik rubella dapat terlihat 1 – 2 minggu setelah infeksi primer dan menetap selama 1 - 3 bulan. Adanya antibodi IgM menunjukkan adanya infeksi primer, tetapi bila negatif belum tentu tidak terinfeksi.


Diagnosis prenatal dilakukan dengan memeriksa adanya IgM dari darah janin melalui CVS ( chorionoc villus sampling ) atau kordosentesis. Konfirmasi infeksi fetus pada trimester I dilakukan dengan menemukan adanya antigen spesifik rubella dan RNA pada CVS. Metode ini adalah yang terbaik untuk isolasi virus pada hasil konsepsi.


Berdasarkan gejala klinik dan temuan serologi, sindroma rubella kongenital (CRS, Congenital Rubella Syndrome) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


1. CRS confirmed. Defek dan satu atau lebih tanda/ gejala berikut :

* Virus rubella yang dapat diisolasi.
* Adanya IgM spesifik rubella
* Menetapnya IgG spesifik rubella..


2. CRS compatible. Terdapat defek tetapi konfirmasi laboratorium tidak lengkap. Didapatkan 2 defek dari item a , atau masing-masing satu dari item a dan b.

a. Katarak dan/ atau glaukoma kongenital, penyakit jantung kongenital, tuli, retinopati.

1. Purpura, splenomegali, kuning, mikrosefali, retardasi mental, meningo ensefalitis, penyakit tulang radiolusen.


3. CRS possible. Defek klinis yang tidak memenuhi kriteria untuk CRS compatible.


4. CRI ( Congenital Rubella Infection ). Temuan serologi tanpa defek.


5. Stillbirths. Stillbirth yang disebabkan rubella maternal


6. Bukan CRS. Temuan hasil laboratorium tidak sesuai dengan CRS:


Tidak adanya antibodi rubella pada anak umur < 24 bulan dan pada ibu..

Kecepatan penurunan antibodi sesuai penurunan pasif dari antibodi didapat.


Pencegahan


Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah satunya dengan cara pemberian vaksinasi. Pemberian vaksinasi rubella secara subkutan dengan virus hidup rubella yang dilemahkan dapat memberikan kekebalan yang lama dan bahkan bisa seumur hidup.

Vaksin rubella dapat diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak hamil. Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada wanita yang hamil atau akan hamil dalam 3 bulan setelah pemberian vaksin. Hal ini karena vaksin berupa virus rubella hidup yang dilemahkan dapat berisiko menyebabkan kecacatan meskipun sangat jarang.

Tidak ada preparat kimiawi atau antibiotik yang dapat mencegah viremia pada orang-orang yang tidak kebal dan terpapar rubella. Bila didapatkan infeksi rubella dalam uterus, sebaiknya ibu diterangkan tentang risiko dari infeksi rubella kongenital. Dengan adanya kemungkinan terjadi defek yang berat dari infeksi pada trimester I, pasien dapat memilih untuk mengakhiri kehamilan, bila diagnosis dibuat secara tepat.









By Rubbi Widiantoro

Infeksi virus Rubella merupakan penyakit ringan pada anak dan dewasa, tetapi apabila terjadi pada ibu yang sedang mengandung virus ini dapat menembus dinding plasenta dan langsung menyerang janin. “Rubella” atau dikenal juga dengan nama Campak Jerman adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Rubella. Virus biasanya menginfeksi tubuh melalui pernapasan seperti hidung dan tenggorokan. Anak-anak biasanya sembuh lebih cepat dibandingkan orang dewasa.
Virus ini dapat menular lewat udara. Selain itu Virus Rubella dapat ditularkan melalui urin, kontak pernafasan, dan memiliki masa inkubasi 2-3 minggu. Penderita dapat menularkan virus selama seminggu sebelum dan sesudah timbulnya “rash” (bercak merah) pada kulit. “Rash Rubella” berwarna merah jambu, akan menghilang dalam 2-3 hari, dan tidak selalu muncul untuk semua kasus infeksi.
Sindroma rubella kongenital terjadi pada 25% atau lebih bayi yang lahir dari ibu yang menderita rubella pada trimester pertama. Jika ibu menderita infeksi ini setelah kehamilan berusia lebih dari 20 minggu, jarang terjadi kelainan bawaan pada bayi. Kelainan bawaan yang bisa ditemukan pada bayi baru lahir adalah tuli, katarak, mikrosefalus, keterbelakangan mental, kelainan jantung bawaan dan kelainan lainnya.
Maka disarankan bagi para Ibu untuk melakukan tes Rubella sebelum hamil. Bayi yang terkena virus Rubella selama di dalam kandungan beresiko cacat. Gejala lain adalah berat badan rendah, trombositopeni, kelainan tulang, kelainan kelenjar endrokin, kekurangan hormon pertumbuhan, diabetes atau radang paru-paru. Jadi Rubella itu tidak berbahaya bagi calon ibu, tetapi sangat berbahaya bagi janin yang dikandungnya yang dapat mengakibatkan beberapa gangguan diatas.
Gejala infeksi Rubella :
* Pembengkakan pada kelenjar getah bening.
* Demam diatas 38 derajat Celsius.
* Mata terasa nyeri.
* Muncul bintik-bintik merah di seluruh tubuh.
* Kulit kering.
* Sakit pada persendian.
* Sakit kepala.
* Hilang nafsu makan.
Seorang ibu positif Rubella hanya apabila hasil laboratorium menunjukan Rubella IggM-nya positif, tapi apapibla Rubella IgM-nya negatif dan Rubella IgG-nya positif, Toxo IgG & IgM -, itu berarti si ibu mempunyai antibodi atau daya tahan tubuh terhadap virus Rubella, sedang virus Rubellanya sendiri tidak ada. Jadi tidak perlu mengkonsumsi obat-obatan yang berlebihan, karena selain membahayakan si Ibu juga membahayakan bagi janin.
Virus rubella
October 18, 2007 by hari2ku
Bahaya Infeksi Rubella Pada Kehamilan
Sebagaimana “anggota” TORCH lainnya (TORCH : Toksoplasma, Rubella, Cytomegalo virus, Herpes), infeksi Rubella pada kehamilan dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir mati dan kelainan kongenital atau kelainan bawaan yang dalam istilah medisnya disebut Sindrom Rubella Kongenital atau Congenital Rubella Syndrome disingkat CRS. Berdasarkan data dari WHO, paling tidak 236.000 kasus CRS terjadi setiap tahun di negara-negara berkembang dan meningkat 10 kali lipat pada saat terjadi epidemi.
CRS merupakan gabungan dari beberapa abnormalitas fisik yang berkembang pada bayi sebagai akibat dari infeksi Rubella pada ibu hamil yang ditularkan pada janin melalui plasenta. CRS pertama kali dilaporkan tahun 1941 oleh Norman Greg, seorang dokter ahli mata dari Australia. Norman menemukan katarak bawaan pada bayi yang ibunya mengalami infeksi Rubella di awal kehamilannya. Selain katarak, gejala CRS dapat berupa gangguan pendengaran atau tuli, gangguan jantung & pembuluh darah, kerusakan otak, dan lain-lain. Disamping itu, bayi dengan CRS berisiko lebih besar untuk terkena Diabetes Melitus, gangguan tiroid, gangguan pencernaan dan gangguan syaraf (pan-encephalitis). Kondisi ini disebabkan oleh infeksi virus yang menetap atau karena respon autoimun.
Mendeteksi Infeksi Rubella Pada Ibu Hamil & Janinnya
Lebih dari 50% kasus infeksi Rubella pada Ibu hamil bersifat subklinis atau tanpa gejala sehingga sering tidak disadari. Karena dapat berdampak negatif bagi janin yang dikandungnya maka deteksi infeksi Rubella pada ibu hamil yang belum memiliki kekebalan terhadap infeksi Rubella sangat penting.
Ada beberapa pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi infeksi Rubella, yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan anti Rubella IgM dan anti Rubella IgG pada contoh darah dari ibu hamil.
Risiko tertularnya janin yang dikandung oleh ibu terinfeksi Rubella bervariasi, tergantung kapan ibu terinfeksi. Jika ibu hamil terinfeksi saat usia kehamilannya < 12 minggu maka risiko janin tertular 80-90%. Jika infeksi dialami ibu saat usia kehamilan 15-30 minggu, maka risiko janin terinfeksi turun yaitu 10-20%. Namun, risiko janin tertular meningkat hingga 100% jika ibu terinfeksi saat usia kehamilan > 36 minggu. Janin yang tertular berisiko mengalami Sindrom Rubella Kongenital, terutama bila infeksi terjadi pada usia janin < 4 bulan. Meskipun infeksi dapat terjadi sepanjang kehamilan, namun jarang terjadi kelainan bila infeksi terjadi setelah usia kehamilan > 20 minggu.
Untuk memastikan apakah janin terinfeksi atau tidak maka dilakukan pendeteksian virus Rubella dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban (cairan amnion) atau darah janin. Pengambilan sampel air ketuban atau pun darah janin harus dilakukan oleh dokter ahli kandungan & kebidanan, dan hanya dapat dilakukan setelah usia kehamilan di atas 22 minggu.
Mencegah Sindroma Rubella Kongenital
Untuk perlindungan terhadap serangan virus Rubella telah tersedia vaksin dalam bentuk vaksin kombinasi yang sekaligus digunakan untuk mencegah infeksi campak dan gondongan, dikenal sebagai vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella). Vaksin Rubella dapat diberikan kepada anak yang sistem kekebalan tubuhnya sudah berkembang yaitu pada usia 12-18 bulan. Bila pada usia tersebut belum diberikan, vaksinasi dapat dilakukan pada usia 6 tahun. Sedangkan vaksinasi ulangan dianjurkan pada usia 10-12 tahun atau 12-18 tahun (sebelum pubertas).
Infeksi Rubella, pada umumnya merupakan penyakit ringan. Gejala klinis yang mencolok adalah timbulnya ruam kemerahan yang bersifat sementara. Namun bila menjangkiti ibu hamil, terutama pada awal kehamilan, dapat mendatangkan petaka bagi janin yang dikandungnya. Dapat terjadi abortus (keguguran), bayi meninggal pada saat lahir, atau mengalami sindrom Rubella Kongenital. Oleh karena itu, sebelum hamil pastikan bahwa Anda telah memiliki kekebalan terhadap virus Rubella dengan melakukan pemeriksaan anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgM.
• Jika hasil keduanya negatif, sebaiknya Anda ke dokter untuk melakukan vaksinasi, namun Anda baru diperbolehkan hamil 3 bulan setelah vaksinasi
• Jika anti-Rubella IgM saja yang positif atau anti-Rubella IgM dan anti-Rubella IgG positif, dokter akan menyarankan Anda untuk menunda kehamilan
• Jika anti-Rubella IgG saja yang positif, berarti Anda pernah terinfeksi dan antibodi yang terdapat dalam tubuh Anda dapat melindungi dari serangan virus Rubella. Bila Anda hamil, bayi Anda pun akan terhindar dari Sindroma Rubella Kongenital.

Bila Anda sedang hamil dan belum mengetahui apakah tubuh Anda telah terlindungi dari infeksi Rubella maka Anda dianjurkan melakukan pemeriksaan anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgM :
• Jika Anda telah memiliki kekebalan (anti-Rubella IgG positif), berarti janin Anda pun terlindungi dari ancaman virus Rubella
• Jika belum memiliki kekebalan (anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgM negatif)
maka :
• Sebaiknya Anda rutin kontrol ke dokter,
• Tetap menjaga kesehatan dan tingkatkan daya tubuh,
• menghindari orang yang dicurigai terinfeksi Rubella,
• segera memeriksakan diri bila diduga terinfeksi
• Jika Anda diduga terinfeksi Rubella (anti-Rubella igM positif atau keduanya positif), sebaiknya Anda segera konsultasi dengan dokter kandungan Anda. Dokter akan memberikan anjuran dan memantau kesehatan janin Anda.

Posted in hamil | 13 Comments
Like
Be the first to like this post.
-------------------------------------
Written by Dra. Ampi Retnowardani, Apt
Bila ibu hamil yang belum kebal terserang virus Rubella saat hamil
kurang dari 4 bulan, akan terjadi berbagai cacat berat pada janin.
Sebagian besar bayi akan mengalami katarak pada lensa mata, gangguan
pendengaran, bocor jantung, bahkan kerusakan otak. Cuaca mendung di
Sabtu sore itu, semakin menambah kesedihan yang tengah melanda Yenny
karena putri pertamanya dinyatakan dokter mengalami gangguan pendengaran
alias tuli. Dia tidak menyangka bahwa putrinya mengalami gangguan
pendengaran karena semenjak lahir hingga kini berusia hampir 3 bulan,
sepertinya tidak ada masalah dengan kesehatannya.
Yenny tidak menyangka kalau gejala ruam-ruam merah yang pernah dialami
saat usia kehamilannya sekitar 3 bulan, berdampak fatal pada buah
hatinya.
Rubella 'Incar' Kehamilan
Sebagaimana "anggota" TORCH lainnya (TORCH : Toksoplasma, Rubella,
Cytomegalo Virus, Herpes), infeksi Rubella pada kehamilan dapat
menyebabkan keguguran, bayi lahir mati atau gangguan terhadap janin.
Susahnya, sebanyak 50% lebih ibu yang mengalami Rubella tidak merasa
apa-apa. Sebagian lain mengalami demam, tulang ngilu, kelenjar belakang
telinga membesar dan agak nyeri. Setelah 1-2 hari muncul bercak-bercak
merah seluruh tubuh yang hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari.
Dokter tentunya juga tidak curiga bila tidak mendapat laporan dari ibu.
Walaupun ibu tidak merasa apa-apa, tetapi akibatnya dapat fatal bagi
janin. Berdasarkan data dari WHO, paling tidak 236.000 kasus Sindrom
Rubella Kongenital terjadi setiap tahun di negara-negara berkembang dan
dapat meningkat 10 kali lipat pada saat terjadi epidemi.
Tidak semua janin akan tertular. Jika ibu hamil terinfeksi saat usia
kehamilannya < 12 minggu maka risiko janin tertular 80-90 persen. Jika
infeksi dialami ibu saat usia kehamilan 15-30 minggu, maka risiko janin
terinfeksi turun yaitu 10-20 persen. Namun, risiko janin tertular
meningkat hingga 100 persen jika ibu terinfeksi saat usia kehamilan > 36
minggu.
Untungnya, Sindrom Rubella Kongenital biasanya terjadi hanya bila ibu
terinfeksi pada saat umur kehamilan masih kurang dari 4 bulan. Bila
sudah lewat 5 bulan, jarang sekali terjadi infeksi.
Tetapi, sekali terjadi Sindrom Rubella Kongenital akibatnya mengerikan.
Bayi mengalami katarak pada lensa mata, gangguan pendengaran atau tuli,
gangguan jantung, dan kerusakan otak. Di samping itu, bayi juga berisiko
lebih besar untuk terkena diabetes melitus, gangguan tiroid, gangguan
pencernaan dan gangguan syaraf (pan-encephalitis).
Mencegah Rubella
* Vaksinasi sejak kecil atau sebelum hamil. Untuk perlindungan
terhadap serangan virus Rubella telah tersedia vaksin dalam bentuk
vaksin kombinasi yang sekaligus digunakan untuk mencegah infeksi campak
dan gondongan, dikenal sebagai vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella).
Vaksin Rubella diberikan pada usia 15 bulan. Setelah itu harus mendapat
ulangan pada umur 4-6 tahun. Bila belum mendapat ulangan pada umur 4-6
tahun, harus tetap diberikan umur 11-12 tahun, bahkan sampai remaja.
Vaksin tidak dapat diberikan pada ibu yang sudah hamil.
* Deteksi status kekebalan tubuh sebelum hamil. Sebelum hamil
sebaiknya memeriksa kekebalan tubuh terhadap Rubella, seperti juga
terhadap infeksi TORCH lainnya.
* Jika anti-Rubella IgG saja yang positif, berarti Anda pernah
terinfeksi atau sudah divaksinasi terhadap Rubella. Anda tidak mungkin
terkena Rubella lagi, dan janin 100% aman.
* Jika anti-Rubella IgM saja yang positif atau anti-Rubella IgM
dan anti-Rubella IgG positif, berarti anda baru terinfeksi Rubella atau
baru divaksinasi terhadap Rubella. Dokter akan menyarankan Anda untuk
menunda kehamilan sampai IgM menjadi negatif, yaitu selama 3-6 bulan.
* Jika anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgM negatif berarti anda
tidak mempunyai kekebalan terhadap Rubella. Bila anda belum hamil,
dokter akan memberikan vaksin Rubella dan menunda kehamilan selama 3-6
bulan. Bila anda tidak bisa mendapat vaksin, tidak mau menunda kehamilan
atau sudah hamil, yang dapat dikerjakan adalah mencegah anda terkena
Rubella
* Bila sudah hamil padahal belum kebal, terpaksa anda berusaha
menghindari tertular Rubella dengan cara berikut:
* Jangan mendekati orang sakit demam
Jangan pergi ke tempat banyak anak berkumpul, misalnya Playgroup,
sekolah TK dan SD
Jangan pergi ke tempat penitipan anak
Sayangnya, hal ini tidak dapat 100% dilaksanakan karena situasi atau
karena orang lain yang terjangkit Rubella belum tentu menunjukkan gejala
demam. Kekebalan terhadap Rubella diperiksa ulang lagi umur 17-20
minggu.
* Bila ibu hamil mengalami Rubella, periksalah darah apa benar
terkena Rubella.
* Bila ibu sedang hamil mengalami demam disertai bintik-bintik
merah, pastikan apakah benar Rubella dengan memeriksa IgG danIgM Rubella
setelah 1 minggu. Bila IgM positif, berarti benar infeksi Rubella baru.
* Bila ibu hamil mengalami Rubella, pastikan apakah janin tertular
atau tidak
* Untuk memastikan apakah janin terinfeksi atau tidak maka
dilakukan pendeteksian virus Rubella dengan teknik PCR (Polymerase Chain
Reaction). Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban (cairan amnion).
Pengambilan sampel air ketuban harus dilakukan oleh dokter ahli
kandungan & kebidanan, dan baru dapat dilakukan setelah usia kehamilan
lebih dari 22 minggu.
Referensi
1. Washington State of Health. Reporting and Surveillance
Guidelines. Oktober 2002. www.co.jefferson.wa.us
2. US Department of Health and Human Service Center for Disease
Control and Prevention (CDC). Morbidity and Mortality Weekly Report.
July 2001; vol 50/No.RR-12 : 1-23

Infeksi Torch Pada Kehamilan
Berbahaya bagi janin

TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakti infeksi ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil.

kini, diagnosis untuk penyakit infeksi telah berkembang antar lain ke arah pemeriksaan secara imunologis.
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik taerhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda asing (kuman. Antibodi yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG)

TOXOPLASMA

Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.
Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesipik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi

Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah.

Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang mendapatkan obat penekan respon imun).

Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan. pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelinan mata dan atelinga, retardasi mental, kejang-kejang dn ensefalitis.

Diagnosis Toxoplasmosis secara klinis sukar ditentukan karena gejala-gejalanya tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik). Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium mutlak diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Pemeriksaan yang lazim dilakukan adalah Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma IgG.

Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi Toxoplasma, ibu-ibu sebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif pelu diulang sebulan sekali khususnya pada trimester pertma, selanjutnya tiap trimeter), serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi Toxoplasma.

RUBELLA

Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang anak-anak dan dewasa muda.

Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester pertama maka risikonya menjadi 25% (menurut America College of Obstatrician and Gynecologists, 1981).

Tanda tanda dan gejala infeksi Rubella sangat bervariasi untuk tiap individu, bahkan pada beberapa pasien tidak dikenali, terutama apabila ruam merah tidak tampak. Oleh Karena itu, diagnosis infeksi Rubella yang tepat perlu ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan laboratorium.

Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM.

Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi.

Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.

CYTOMEGALOVIRUS (CMV)

Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil.

Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung mempunyai risiko tertular sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak, ketulian, retardasi mental, dan lain-lain.

Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.

HERPES SIMPLEKS TIPE II

Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf otonom.

Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada kuli, tetapi hal ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV II pada bayi yang baru lahir dapat berakibat fatal (Pada lebih dari 50 kasus)

Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencaegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan.

Infeksi TORCH yang terjadi pada ibu hamil dapt membahayakan janin yang dikandungnya. Pada infeksi TORCH, gejala klinis yang ada searing sulit dibedakan dari penyakit lain karena gejalanya tidak spesifik. Walaupun ada yang memberi gejala ini tidak muncul sehingga menyulitkan dokter untuk melakukan diagnosis. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan untuk membantu mengetahui infeksi TORCH agar dokter dapat memberikan penanganan atau terapi yang tepat.

Panel TORCH
● Anti Toxoplasma IgG dan IgM
● Anti Rubella IgG dan IgM
● Anti CMV IgG dan IgM
● Anti HSV II IgG dan IgM

2 komentar:

Pembelajaran Bahasa Indonesia mengatakan...

apa anak yang terinfeksi rubela dapat menular pada anak yang lain? mhn penjelasannya. trima kash

harnita novia mengatakan...

Maaf baru balas comentnya soalnya saya baru baca....
Anak yang tertular rubella sangat mungkin menyebarkan rubella ke teman2nya...karena penyebabnya adalah virus maka seorang anak dengan keadaan imun yang sedang kurang baik sangat rentang terserang dan ditulari.....

Semoga bermanfaat ya informasinya....