Senin, 19 April 2010

Kehilangan Figur Ayah Membuat Pria Sulit Jatuh Cinta

Kehilangan Figur Ayah Membuat Pria Sulit Jatuh Cinta
Oleh: Marjohan M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar

Dalam kehidupan ini sangat banyak pengalaman-pengalam an menarik yang dapat kita pungut dari lingkungan untuk menjadi pengalaman yang positif bagi kita (sebagai suri teladan dalam kehidupan). Persis seperti yang diungkakan oleh pribahasa populer yang berbunyi “experience is the best teacher”, pengalaman adalah guru yang terbaik dan “alam takambang jadi guru”. Paparan tulisan berikut adalah pengalaman seorang teman yang dituturkan kepada penulis tentang kesulitannya dalam jatuh cinta dan ia ketakukan kalau menjadi seorang “Gay”. Namun ia melakukan proses kreatif dan self-therapy untuk menyembuhkan problemnya. Ia menyadari bahwa kesulitan psikologisnya terjadi karena ia semapt kehilangan figur ayahn dalam hidupnya.

Pencarian figur (tokoh idola dalam hidup) mulai terjadi sejak awal kehidupan setiap orang, dan mencampai puncak identifikasi (mencari identitas diri) pada masa remaja- keseluruhan masa ini dapat juga disebut dengan “golden age”. Anak laki-laki menjadikan ayah sebagai tokoh idola, sebagai teman bermain dan ibu tempat bermanja-manja. Sebaliknya bagi anak perempuan tentu saja menjadikan ibu sebagai tokoh idola dan figur ayah tempat bermanja-manja. Makanya terlihat bahwa anak laki-laki gemar meniru prilaku ayah (meniru gaya berbicara ayah dan cara-cara yang lain) dan anak perempuan meniru prilaku ibu- mereka bermain peran sambil meniru bagaimana sang ibu marah atau menggoda bayi.

Andai figur ayah atau figur ibu sempat hilang atau susah untuk diperoleh maka figur tokoh pengganti juga bisa mengganti posisinya. Kehadiran kakek, paman dan famili laki-laki dewasa juga bisa menjadi sumber identifikasi bagi anak laki-laki. Kemudian, kehadiran figur nenek, tante dan famili perempuan yang telah dewasa juga bisa menggantikan figur ibu yang hilang.

Agaknya di lingkungan pedesaan atau pada rumah yang kekerabatannya masih luas (extended family atau keluar besar), maka kehilangan figur ayah atau ibu, karena mereka studi, meninggal dunia atau bercerai. Ini tidak akan memberi masalah yang besar bagi pencarian tokoh identitas bagi anak laki-laki/ anak perempuan. Sebab, seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa mereka bisa memperoleh tokoh panutan atau tokoh identifikasi dari kakek atau nenek, paman atau tante dan orang dewasa yang terlibat dalam pengasuhan pada mereka.

Ayah yang berkarakter smart (rajin dan bijaksana) juga bisa menularkan karakter smart tersebut pada pribadi anak laki-laki. Begitu juga bibi yang rajin dan tekun juga bisa menularkan karakter rajin/ tekun pada anak perempuan mereka. Kemudian, mengapa ada anak-anak yang berkasus di sekolah- malas, santai, menjadi pengganggu, kehilangan motivasi dan semangat bekerja/ belajar pada masa remaja? Ini bisa ditelusuri kepada bagaimana karakter ayah dan ibu mereka di rumah.

Demikian pula halnya dalam pencarian jati diri dalam hal cinta. Anak perempuan akan belajar mencintai lawan jenis berdasarkan pola cinta ibu pada ayahnya dan anak laki-laki akan belajar mencintai lawan jenis melalui cinta ayah pada ibunya. Anak-anak laki laki yang memiliki ibu sedikit pemarah cenderung mencari wanita yang agak agresif atau pemarah dan anak perempuan yang ayahnya humoris tentu juga mendambakan pasangan hidup yang juga humoris.

Lantas ayah dan ibu yang selalu betengkar, kemudian sang ibu menceritakan karakter jelek sang ayah pada anak perempuan tentu akan sangat berbahaya terhadap psikologi anak. Karena ini sangat berpotensi membuat anak perempuannya menjadi “dingin pada pria” (Kaum ibu perlu tahu bahwa tidak tepat menceritakan tentang kejelekan suami pada anak anak perempuan maupun anak laki-laki, sebab membuat anak perempuan benci dengan makhluk pria dan anak laki-laki kehilangan karakter jantannya). Begitu pula dengan ayah yang tidak punya peran apa-apa di rumah, sangat berpengaruh untuk membuat anak laki-laki kehilangan keperkasaan dalam dirinya.

Mencintai lawan jenis, sebagai mana dijelaskan di atas, sangat dipengaruhi oleh karakter orang tua. Ini juga dialami oleh teman penulis, yang bernama Abel (seorang remaja laki-laki dan bukan nama sebenarnya). Pada masa kanak-kanak, figur ayah sudah menjadi tokoh identitas baginya. Ia cukup akrab dengan ayah dan sering melakukan kebersamaaan di waktu senggang. Ia ingin gagah dan banyak teman seperti ayah, ia ingin kuat seperti ayah dan ia akan memilih karir sebagai penguasaha seperti sang ayah.

Tiba-tiba saat Abel duduk di bangku SMP, ia merasakan tidak ada ketenangan dalam rumah. Ayah dan ibu selalu bedebat, bertengkar dan adu mulut oleh hal-hal sepele. Abel menjadi bingung dan ia tidak bisa lagi berkosentrasi dalam belajar dan berkosentrasi dalam melakukan hobi membacanya. Ia menjadi remaja yang suka ke luar rumah. Di sekolah kadang kadang ia bermasalah dengan guru gara-gara lupa membuat PR.

Disiplin Abel dalam belajar dan dalam membantu pekerjaan di rumah sudah mulai berantakan. Apalagi Abel merasa lebih senang bila ia bisa tidur di rumah teman. Suatu malam temannya memutar film panas yang cocok dikosumsi oleh orang dewasa dalam kamar dan mereka nonton bareng. Pengalaman-pengalam an ekstra (pengalaman esek-esek) sering diperoleh anak lewat bergaul dengan teman. Malah dua orang remaja laki-laki atau remaja perempuan yang tidur dengan cara berbagi ranjang yang sempit sangat dikhawatirkan akan muncul prilaku lesbianisme atau homoseks karena dorongan libido yang tebentuk pada masa remaja maka mereka saling meraba-raba diri, lama-kelamaan jadi ketagihan. Untuk itu sangat dianjurkan kepada orang tua dan juga pengelola sekolah berasrama 9seperti di pesntren) agar mencegah siswa tidur pada satu kasur bersama-sama.

Di rumah teman-lah Abel mengenal film porno, bacaan porno dan bersama teman pula Abel memperoleh pengalaman menghisap rokok, mula-mulanya secara iseng dan ikut-ikutan, selanjutnya merokok sudah menjadi kebutuhan dan gaya hidup. Kalau tidak ikut menghisap rokok maka ia akan diledek dan dihina “wah kamu tidak jantan… wah kamu kayak perempuan saja”. Orang tua perlu mengenal dengan siapa anak bergaul/ berteman dan andai kata anak bermalam di rumah teman , maka orang tua juga harus tahu bagaimana kondisi sosial rumah dari teman anak kita, apakah sesuai dengan standar moral atau serba membolehkan pergaulan bebas ?.

Prahara pun datang. Akhirnya ayah Abel punya wanita simpanan (nikah siri) dan hari-hari di rumah seperti neraka. Sang ibu menjadi aneh, berkarakter sensitive- mudah marah marah atau menangis sepanjang waktu. Abel tentu saja tidak menyukai karakter ibu seperti ini. Abel membenci karakter ayah dan juga kurang simpati dengan karakter sang ibu. Akhirnya Abel tumbuh sebagai remaja tanpa idola dan remaja yang susah mengenal betapa indahnya jatuh cinta.

Satu hal yang masih tersisa pada diri Abel yaitu semangat atau motovasi belajar yang tinggi dalam suasana rumah yang berantakan . Ia mencari kesibukan positif dan mampu mengontrol diri dan meningkatkan kosentrasi belajar yang tinggi. Dalam kondisi rumah yang gersang dan suasana emosional yang penuh kebingungan Abel masih bisa meraih prestasi akademik. Ia mampu melanjutkan studi dari SMA ke perguruan tinggi yang agak favorite dan Abel masih bisa menyelesaikan studi sesuai dengan rencananya.

Namun aneh, “teman –teman Abel kok mudah jatuh cinta tapi tidak demikian bagi Abel ?”. Walau dia masih menganggap diri normal- tidak tetarik pada kaum sejenis (Aku masih normal katanya), namun ia sulit jatuh cinta pada wanita kecuali sekedar berteman akrab saja. Teman-temannya memandang bahwa Abel beruntung karena ia bisa TTM (teman tapi mesra) dengan banyak wanita remaja atau wanita dewasa berusia muda. “wah kau beruntung Abel, punya wajah cakep dan bisa punya pacar yang cantik”. Namun ia merintih dan menjerit “Aku sulit menyukai wanita dan tidak pernah merasa jatuh cinta pada wanita”.

Abel sudah berusia hampir seperempat abad (25 tahun). Teman-temanya sudah ada yang bertunangan dan jatuh cinta dengan penuh romantika. Lagi-lagi, Abel sebenarnya tidak pernah jatuh cinta. “Kalau kamu mengalami mimpi basah (wet dream), siapa yang kamu bayangkan dalam mimpimu?”. Nah itulah problemnya, ia hanya membayangkan orang lain dalam adengan romantis dan ia sebagai penonton dan ia bukan sebagai aktor dalam mimpi romantisnya. Selanjutnya ia takut menikah, takut kalau tidak bisa menjalankan peran sebagai suami sejati. Ia juga takut dan khawatir disebut sebagai homoseks atau anggota gay yang tidak sesuai dengan kodrat manusia normal. Sering Abel jadi takut dan tidak bisa tidur (insomania) bila memikirkan hal tersebut. Figur ayah yang hilang telah membuat nya ketakutan dalam menjalin cinta dengan wanita, takut kelak ia tidak bisa mebuat wanita puas atau bahagia- terutama dalam berhubungan biologis.

Abel termasuk pria yang tidak suka meratapi diri, maka ia rajin mencari artikel tentang “how to fall in love and how to love woman”. Ia mencoba menjalin cinta dengan wanita yang lugu, yang tidak tahu banyak dengan psikologi dan maskulinitas kaum pria, Dengan cara demikian ia bisa berperan cukup aktif dan agresif pada lawan jenis (kekasihnya) . Abel pun mulai bisa berjalan-jalan di taman dengan romantis walau kadang-kadang sedikit berpura-pura dengan wanita yang sudah dianggap sebagai pacarnya.

Akhirnya Abel menemui cintanya dan mulai melangkah serius untuk jenjang perkawinan. Ia rajin bertukar pengalaman tentang bagaimana untuk membina rumah tangga. Akhirnya cinta Abel dengan soulmatenya bias meningkat. Menjalin pertunangan dan melakukan pernikahan yang sangat direstui oleh keluarga menjelang usia 30 tahun.

Pesta sudah berakhir namun setelah dua minggu, Abel dan istrinya masih berstatus perawan-ting ting dan perjaka tulen secara biologis. Untung istrinya tidak banyak menuntut. Istrinya cuma hampir tiap malam membisikan ke telinga Abel “Tunaikanlah tugas mu pada ku Bang Abel !”. Abel pada mula merespon dengan keringat dingin, penuh cemas dan ereksinya malah hilang. Namun mereka berdua selalu rileks dan saling memahami karakter- karakter Abel sebagai pria yang mudah cemas.

“Bang Abel mungkin stress ya. Untuk itu kita sabar. Aku juga sabar dan aku kan istrimu, bang”. Wanita yang tenang, penuh pengertian dan tidak banyak menuntut sangat membantu dalam memulihkan rasa percaya diri atas kejantanan sang suami. Abel mulai mampu untuk mengontrol diri, menguasai emosi dan mengenal psikologi serta organ biologi pasanagn nya. Malam itu Abel bisa menunaikan tugas nya, walau belum seratus persen plong, sebagai lelaki tetapi dengan karakter yang cemas dan ketakutan akan gagal dalam menjalankan peran.

“Mengapa abang Abel serba terburu-buru dan ketakutan menunaikan tugas mu pada ku”, Kata istrinya, dan Abel menjelaskan latar belakang dirinya dengan karakter ayah yang kurang pasa untuk perkembangan jiwanya. Untuk memulihkan rasa percaya diri sebagai lelaki maka Abel juga mengkonsumsi tablet penambah hormone, melakukan olah raga agar membuat staminanya cukup bagus. Melalui beberapa kali terobosan cinta, Abel mampu membuktikan bahwa ia juga perkasa. Malam selanjutnya istrinya membisikan “Kenapa kau sekarang jadi hebat (perkasa) bang Abel ?” Pengakuan atas kehebatan dan keperkasaan atas suami oleh istri membuat harga diri pria (suami) kembali pulih. Efek positif tentu saja sang istri akan panen kehangatan.

Pada hari hari berikutnya dan hubungan cinta selanjutnya Abel dan istrinya bisa berjalan sangat normal. Beberapa bulan kemudian istri Abel mulai memperoleh “morning sickness” dan ia mual-mual dan ngidam. Abel menjadi bangga dan lebih percaya diri dan selalu berkomat-kami memuji Rabbi “Alhamdulillah- Tuhanku telah menormalkan emosiku, sehingga sekarang aku mampu menunaikan tugas ku sebagai suami dan kelak bila bayiku lahir aku insyallah menjadi ayah yang baik bagi bayi-ku”.

Abel mengatakan bahwa kehilangan figur ayah sempat membuat percaya dirinya sebagai lelaki berantakan. Namun masalah kejiwaan tentu bisa diatasi dengan ketekunan dalam mengubah cara pandang dan melakukan terapi bersama teman hidup (istri) yang dicintai.

Sekarang juga banyak laki-laki yang takut untuk menikah. Bila alasanya karena tidak mampu padahal karir dan ekonominya cukup mapan maka diperkirakan mereka mengalami krisis jati diri sebagai calon suami yang juga dialami oleh Abel, maka ada baiknya mereka belajar dari pengalaman Abel dalam jatuh cinta dan menikah. Kemudian juga diserukan kepada sang ayah dan sang ibu agar “jadilah figur membina rumah tangga yang baik bagi anak-anak” agar sang anak kelak tidak bermasalah dengan cinta dan perkawinan mereka. .

Selasa, 13 April 2010

Bagaimana Proses Belajar Kreatif Ilmuwan

Proses Belajar Kreatif Para Ilmuwan
Oleh: Marjohan M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar
SMA (Sekolah Menengah Atas) adalah sekolah yang sangat banyak dipilih untuk sekolah tingkat SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas). Di sekolah ini (SMA) dan juga di Madrasah Aliyah, jurusan sains dianggap jurusan paling favorit. Mula-mula jurusan ini bernama jurusan paspal, kemudian menjadi IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), kemudian jurusan ini pecah dua menjadi jurusan fisika dan jurusan biologi, kemudian menjadi jurusan IA (Ilmu Alam), ada lagi yang menyebutnya dengan jurusan sains. Bidang studi yang meliputi jurusan ini adalah matematika, biologi, fisika, kimia, dan matematika. Sekarang ke empat bidang studi ini tercakup ke dalam bidang studi yang diuji dalam UN (Ujian Nasional).

Alasan mengapa jurusan IPA banyak dipilih (menurut anggapan siswa) karena kemungkinan untuk meraih sukses kuliah di universitas dengan jurusan bergengsi lebih luas. Kemudian, kesempatan untuk merair sukses dalam karir juga lebih besar. Namun apakah hal ini benar dan apakah mereka telah belajar secara kreatif ?

Menjadi kreatif di zaman modern saat ini sudah menjadi sebuah kewajiban. Suaru negara tentu akan menghadapi banyak masalah jika negara tersebut kurang memberdayakan sumber daya manusianya untuk bisa menjadi kreatif. Menjadi kreatif itu luas maknannya. Kreatif dalam berkarya, kreatif dalam berpikir bahkan berkreatif dalam menyelesaikan masalah.

Dalam belajar sains atau IPA, guru dan siswa seharusnya perlu mengenal background dari ilmuwan dan bagaimana mereka bisa menciptakan konsep ilmu/ suatu rumus. Dalam realita bahwa umumnya guru dan siswa juga mengenal konsep dan rumus dan proses pembelajaran kerap kali bercorak membahas rumus dan soal-soal saja. Sangat tepat rasanya kalau guru dan siswa juga mengenal proses kreatif para ilmuwan (seperti Albert Einstein, Thomas Alfa Edison, Isaac Newton, Charles Darwin dan lain-lain) dalam menemukan suatu fenomena lewat membaca buku biografi mereka.

1) Einstein, cara berbicaranya pada masa kecil tidak begitu menarik. Kemampuan berbahasa atau berbicaranya sangat lambat. Melihat kondisi itu orang tuanya sangat prihatin sehingga ia berkonsultasi dengan dokter. Karena kemampuan berbicaranya yang lambat membuatnya pernah gagal di sekolah dan kepala sekolah menyarankan agar ia keluar dari sekolah. Tentu saja ia memberontak kepada sekolah yang mengusirnya dan menganggapnya sebagai anak yang sangat bodoh.

Pada masa kecil, Einstein adalah anak yang baik dan ia punya karakter suka menolong, karakter ini membuatnya makin cerdas. Kemampuan berbahasanya memang lebih rendah dibandingkan kemampuan numerika atau matematika. Ia tidak pernah gagal dalam mata pelajaran matematika. Sebelum ia berumur lima belas tahun ia telah menguasai kalkulus diferensial dan integral yang dipelajarinya secara mandiri/ otodidak. Saat di sekolah dasar, dia berada di atas kemampuan rata-rata kelas, namun ia memiliki kegemaran untuk memecahkan masalah rumit dalam aritmatika terapan. Orang tuanya ikut mendukung minat Einstein dalam matematika. Ia membelikan buku-buku teks sehingga ia bisa menguasai pelajaran angka-angka selama liburan musim panas.

2) Thomas Alfa Edison, ia belajar bagaimana cara menemukan lampu. Sebelum lampu pertamanya menyala ia melakukan 5000 eksperimen yang selalu berakhir dengan kegagalan. Namun cara berpikir yang dimiliki oleh Thomas Alfa Edison sangatlah positive dan tahan banting, ini membawanya kepada kreativitas tingkat tinggi.

3) Isaac Newton, lahir di Woolsthorpe- Lincolnshire, Inggris. Ia adalah seorang fisikawan, matematikawan, ahli astronomi, filsuf alam, alkimiwan, dan teolog yang berasal dari Inggris. Ayahnya yang juga bernama Isaac Newton meninggal tiga bulan sebelum kelahiran Newton . Newton dilahirkan secara prematur; Ketika Newton berumur tiga tahun, ibunya menikah kembali dan meninggalkan Newton di bawah asuhan neneknya.

Newton memulai sekolah saat tinggal bersama neneknya di desa dan kemudian dikirimkan ke sekolah bahasa di daerah Grantham dimana dia akhirnya menjadi anak terpandai di sekolahnya. Saat bersekolah di Grantham dia tinggal di-kost milik apoteker lokal (William Clarke). Sebelum meneruskan kuliah di Universitas Cambridge (usia 19), Newton sempat menjalin kasih dengan adik angkat William Clarke, Anne Storer. Namun Newton memfokuskan dirinya pada pelajaran dan kisah cintanya menjadi semakin tidak menentu/ putus begitu saja.

Keluarganya mengeluarkan Newton dari sekolah dengan alasan agar dia menjadi petani saja, bagaimanapun Newton tidak menyukai pekerjaan barunya. Kepala sekolah King's School kemudian meyakinkan ibunya untuk mengirim Newton kembali ke sekolah sehingga ia dapat menamatkan pendidikannya. Newton dapat menamatkan sekolah pada usia 18 tahun dengan nilai yang memuaskan.

Newton diterima di Trinity College Universitas Cambridge (sebagai mahasiswa yang belajar sambil bekerja untuk mengatasi masalah keuangannya) . Pada saat itu, kurikulum universitas didasarkan pada ajaran Aristoteles, namun Newton lebih memilih untuk membaca gagasan-gagasan filsuf modern yang lebih maju seperti Descartes dan astronom seperti Copernicus, Galileo, dan Kepler. Ia kemudian menemukan teorema binomial umum dan mulai mengembangkan teori matematika yang pada akhirnya berkembang menjadi kalkulus.

4) Charles Darwin lahir tanggal 12 Februari 1809 di Shropshire , Inggris. Ia anak ke lima Robert Waring Darwin. Ia belajar sesuai dengan kurikulum berbahasa Yunani Klasik. Ia tidak memperlihatkan prestasi yang banyak secara akademik. Kemudian ia mengambil jurusan kedokteran tetapi tidak banyak memperoleh kemajuan. Untuk itu ia melakukan usaha lain agar bisa maju. Ayahnya menyarahkan Darwin untuk menjadi pendeta dan belajar di Christ's College untuk belajar teologi. Tetapi ia juga tidak memperoleh kemajuan, ia malah senang berburu dan permainan menembak.
Ternyata Darwin mempunyai minat dalam mengkoleksi tanaman, serangga, dan benda-benda geologi. Ia tertarik dengan bakat berburu sepupunya William Darwin.

Darwin mengembangkan minatnya dalam serangga dan spesies langka. Naluri ilmiah Darwin didorong oleh Alan Sedgewick, seorang ahli bumi, dan juga didorong oleh John Stevens Henslow, seorang professor botany. Darwin kemudian menjadi naturalist (pencinta alam) dan ikut melakukan ekspedisi dengan HMS Beagle. Tim ekspedisi HMS Beagle berlayar dan mengunjungi banyak negeri di lautan Pasifik Selatan sebelum kembali ke Inggris melalui Tanjung Harapan Baik di Afrika Selatan, dalam rangka mengelilingi dunia.

Darwin juga sangat dipengaruhi oleh pemikiran Thomas Malthus, dengan bukunya “Essay on the Principle of PopulationI”. Buku tersebut mengatakan bahwa populasi seharusnya bertambah sesuai dengan batas persediaan makanan, kalau tidak maka akan terjadi persaingan untuk memperebutkan makanan. Setelah membaca buku ini, Darwin memfokuskan teorinya bahwa “the diversity of species centered on the gaining of food - food being necessary both to survive and to breed”- semua jenis spesies terfokus dalam memenuhi kebutuhan makanan dan makanan berguna untuk kelangsungan hidup dan untuk berkembang biak.

Dari paparan di atas terlihat bahwa sukses seorang ilmuwan berskala dunia tidak jatuh dari langit, atau diperoleh saat kelahirannya. Kesukses sebagai ilmuwan diperoleh melalui proses kreatif (belajar kreatif) selama hidupnya.

Tidak semua orang memiliki kemampuan berganda yang hebat, Einstein misalnya pada masa kecil tidak beruntung dengan kemampuan bahasanya, namun ia mengembangkan kemampuan yang lain. Einstein bisa melejit pada bidang matematika. Bagi kita, mungkin bisa melejit pada bidang olah raga, musik, organisasi atau pada bidang lain.

Kesuksesan seorang anak juga akan terbentuk dengan dukungan orang tua seperti yang dialami Einstein, atau dukungan tokoh lain seperti yang dialami oleh Darwin . tidak mungkin seseorang bisa sukses untuk skala nasional, apalagi untuk skala internasional kalau mereka tidak betah membaca. Newton membaca gagasan-gagasan filsuf seperti Descartes dan astronom seperti Copernicus, Galileo, dan Kepler. Darwin dipengaruhi oleh pemikiran (buku) Thomas Malthus, nah bagaimana dengan anda ? Orang bisa sukses karena memiliki karakter tidak mudah putus asa, Thomas Alfa Edison, misalnya, sangat tahan banting dan tidak suka mengeluh. Sebelum menemui sebuah lampu pijar yang bisa menyala, ia harus melakukn 5 000 kali eksperimen di bengkel milik ayahnya.

Bagaimana proses belajar kreatif para ilmuwan berskala internasional ? Cukup simple yaitu miliki suatu bakat atau minat dalam bidang ilmu (misal dalam seni, fisika, kimia, sejarah, ekonomi, geografi, dll), kemudian kembangkan minat tersebut dengan belajar keras dan lakukan otodidak. Mintalah dukungan dari orang terdekat, termasuk guru. Miliki karakter yang tahan banting (tidak suka putus asa dan mengeluh), miliki minat dan kesenangan membaca yang mendalam untuk mnambah wawasan. Untuk sukses maka diperlukan puluhan, ratusan atau ribuan kali latihan.

Rabu, 07 April 2010

Kartini Tidak Butuh Nyanyian dan Kain Kebaya

Kartini Tidak Butuh Nyanyian dan Kain Kebaya
Oleh: Marjohan M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar

Sejak dulu sampai sekarang gaya kepemimpinan orang tua di rumah sangat mempengaruhi kualitas SDM sang anak. Secara umum ada gaya orang tua yang demokrasi (selalu bertukar pikiran dengan take and give). Ada orang tua yang laizess faire atau berkarakter masa bodoh, dan orang tua yang otoriter- yang selalu merasa menang sendiri.

Pembelajaran di zaman kuno yang miskin dengan fasilitas, lingkungan yang otoriter sangat lumrah membuat banyak orang jadi tertindas. Bila ada yang mampu dan maju pribadinya, maka ia perlu dijadikan sebagai model dalam kehidupan. Memang ada, dia adalah Raden Ajeng Kartini. Ia hidup dalam zaman pembelengguan/ pingitan atas kaum perempuan. Perempuan hanya layak sebagai tukang jaga dapur. Namun Kartini berjuang untuk bangkit, maju dan berusaha agar kaum perempuan juga jadi maju dan tidak dilecehkan oleh kaum pria sepanjang masa.

Kisah perjuangan Kartini menginspirasi kaum perempuan agar bangkit menjadi cerdas- punya emansipasi/ hal azazi yang layak - dapat dibaca dalam kumpulan tulisannya yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang- Door Duisternis Tot Licht”. Untuk mengingat jasanya maka Komposer menciptakan lagu “Ibu Kita Kartini”. Sejak lagu ini diciptakan sampai sekarang lagu ini dinyanyikan oleh banyak siswa di berbagai sekolah, lebih lebih dalam bulan April, karena hari lahir Kartini tanggal 21 April, maka lagu “Ibu Kita Kartini” makin bergema.

Juga untuk merayakan hari Kartni sebagai lambang perjuangan kaum perempuan untuk memperoleh hak azazi, nuansa lomba berkebaya dan bersanggul ala Kartini digelar di mana-mana. Sebuah refleksi untuk direnungkan bahwa “apakah Ibu Kartini memang butuh nyanyian dan butuh lomba bersanggul dan berkebaya seperti itu? Apakah kartini memang hanya mengajarkan kaumnya untuk pintar bersanggul, berkebaya dan bernyanyi, atau apakah ini yang dinamakan sebagai pemodelan atas karakter Kartini ?. Yang anggun jalannya, elok wajah, sanggul dan kebayanya adalah pemenang. Apakah yang begini yang patut diberi “Kartini Award” ?. Ada baiknya kaum perempuan kembali melakukan flash back (kilas balik) atas kehidupan Kartini.

Raden Ajeng Kartini lahir pada tahun 1879 di kota Rembang. Ia anak salah seorang bangsawan, masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari Sekolah Dasar ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orangtuanya. Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk menikah. Kartini kecil sangat sedih dengan hal tersebut, ia ingin menentang tapi tak berani karena takut dianggap anak durhaka. Untuk menghilangkan kesedihannya, ia mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang kemudian dibacanya di taman rumah yang ditemani Simbok (pembantunya) .

Akhirnya membaca menjadi kegemarannya, tiada hari tanpa membaca. Semua buku, termasuk surat kabar dibacanya. Kalau ada kesulitan dalam memahami buku-buku dan surat kabar yang dibacanya, ia selalu menanyakan kepada Bapaknya. Melalui buku inilah, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa (Belanda, yang waktu itu masih menjajah Indonesia ). Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan Indonesia . Perempuan tidak hanya di dapur tetapi juga harus mempunyai ilmu. Ia memulai dengan mengumpulkan teman-teman perempuannya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Ditengah kesibukannya ia tidak berhenti membaca dan juga menulis surat dengan teman-temannya yang berada di negeri Belanda. Tidak berapa lama ia menulis surat pada Mr.J.H Abendanon. Ia memohon diberikan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda.

Beasiswa yang didapatkan Kartini tidak sempat dimanfaatkannya karena ia dinikahkan oleh orangtuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat. Setelah menikah ia ikut suaminya ke daerah Rembang. Suaminya mengerti dan ikut mendukung Kartini untuk mendirikan sekolah perempuan. Berkat kegigihannya Kartini berhasil mendirikan Sekolah Perempuan di Semarang, Surabaya , Yogyakarta, Malang , Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Ketenarannya tidak membuat Kartini menjadi sombong, ia tetap santun, menghormati keluarga dan siapa saja, tidak membedakan antara yang miskin dan kaya.

Pada tanggal 17 september 1904, Kartini meninggal dunia dalam usianya yang ke-25, setelah ia melahirkan putra pertamanya. Setelah Kartini wafat, Mr.J.H Abendanon memngumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada para teman-temannya di Eropa. Buku itu diberi judul “Door Duisternis Tot Licht” yang artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Raden Ajeng Kartini sudah lama meninggalkan kaumnya namun ide, fikiran dan cita-citanya tentu selalu relevan dengan zaman sekarang. Namun bagaimana realita perempuan sekarang kalau kita rujuk kepada pribadi Raden Ajeng Kartini ?.

Umumnya perempuan sekarang memang sudah banyak yang memperoleh pendidikan. Ada yang memperoleh emansipasi dan pendidikan tinggi. Namun sebahagian besar baru sebatas bisa membaca (melek huruf) dan sebatas bisa berhitung (melek angka) dengan cita-cita masih yang kerdil atau tidak memiliki cita-cita sama sekali, karena bingung dengan kondisi masa depan. Pribadi mereka pun banyak yang masih rapuh- mudah putus asa. Ada yang terlalu manja dan terlalu cengeng.

Beberapa karakter mereka yang lain yang perlu dikritik karena begitu kontra dengan karakter kartini. Yaitu gaya hidup hedonisme (terlalu memuja kemewahan dan kesenangan hidup) dan konsumerisme. Gejala-gejala ini sudah terlihat sejak kaum perempuan duduk di bangku SLTA, menjadi Mahasiswa dan setelah dewsa kelak. Agaknya Kartini tetap senang melihat kaumnnya menjadi cantik, namun ia akan gerah bila melihat para perempuan yang pemalas- malah bergerak, malas belajar, malas bekerja, banyak menggantungkan hidup pada orang tua, kakak atau terlalu menunggu komando dari suami. Karakter yang ideal dengan harapan Kartini- sesuai dengan kodrat perempuan timur/ perempuan Indonesia adalah seperti karakter yang terdapat dalam uraian singkat tentang Kartini tadi.

Bahwa Kartini tahu dengan adat istiadat dan tidak memungut adat/budaya luar tanpa filter- adat yang menjunjung tinggi etiket (tata krama berpakaian, berbicara, bersikap) tanpa harus memungut gaya hidup yang glamour hingga lupa diri. Kartini takut dianggap sebagai anak durhaka (maka ia tidak mau menentang orang tua) berarti ia bersikap bijaksana dalam mengangkat harga diri.

Meskipun Kartini menikah tapi ia tidak berhenti dalam belajar. Ia masih setia mengoleksi buku (mengumpulkan buku-buku yang berkualitas) dan melakukan otodidak- belajar mandiri atau belajar sepanjang hayat (long life education). Ia melakukan korespondensi untuk bertukar fikiran dengan orang yang juga punya wawasan dan malah membuka diri untuk menguasai bahasa Asing (Bahasa Belanda).

Cukup kontra dengan kebanyakan perempuan sekarang yang hanya belajar hingga universitas atau selagi masih bersekolah. Kemudian tidak pernah menyentuh buku lagi setelah dewasa atau setelah berkeluarga sehingga fikirannya membeku atau mengristal. Maka cukup berbanding lurus kalau ibu yang berhenti belajar menciptakan keluarga/anak- anak yang juga kurang berhasil dalam bidang akademik atau kehidupan, dan lantas kemudian menuduh sekolah sebagai biang kerok kegagalan.

Buku bacaan Kartini bisa jadi buku level orang orang yang hidup di Eropa (Belanda) pada masa itu. Sebab mayoritas kartini membaca buku terbitan Belanda dan menulis buat sahabatnya J.H Abendanon juga dalam Bahasa Belanda. Ini berarti bahwa dalam usia seputar 20 tahun, tanpa pergi Les Bahasa Inggris Kartini sudah menjadikan Bahasa Internasional (Bahasa Belanda) sebagai bahasa kedua dalam hidupnya. Sekali lagi bahwa cukup kontra dengan pemuda dan pemudi sekarang yang belajar bahasa asing yang hanya sekedar mampu bercakap dan mengatakan “hello, how are you….. what is your name”, namun tidak pernah membaca dan menamatkan buku-buku berskala internasional dalam bahasa Inggris/ Perancis, bahasa Jepang atau (juga) bahasa Arab- sesuai dengan bahasa yang mereka pelajari. Mereka menguasai bahasa asing cukup sederhana saja, hanya sekedar mencari muka dan mencar nilai buat rapor dan penyenang hati orang tua.

Karakter Kartini yang lain adalah bahwa ia tidak egois dan mengutamakan diri (self-fish). Walau ia cerdas namun ia dalam usianya yang muda sudah/ dan selalu mencerdaskan kaum perempuan dengan gratis/ penuh ikhlas dalam ruangan yang sederhana- hanya ada ruangan dengan bangku dan papan tulis- inilah disebut dengan sekolah kartini. Saat itu ia menjadi perempuan ternama karena usahanya, namun ia tetap rendah hati, dan tidak sombong.

Zaman begitu cepat berlalu, produk teknologi dan ICT saling berpacu. Tayangan program media cetak dan media elektronik dari berbagai stasiun televisi bukan membuat orang makin kenal dan akrab dengan Kartini. Apalagi nama, ide dan pemikiran Kartini jarang disinggung dan dikupas. Ini membuat sosok Kartini nyaris terlupakan kecuali hanya sekedar nyanyian “Ibu kita Kartini” yang dengan setia masih dilantun oleh anak-anak SD sambil berlarian atau hanya sekedar upacara seremonial tiap tanggal 21 April untuk memperebutkan kontes perempuan anggun dengan kebaya dan dan sanggul indah.

Terus terang pakaian kebaya dan sanggul yang besar tidak ada artinya apabila karakter hidup kontestan dan kaum perempuan yang lain sangat kontra dengan pribadi, prilaku atau karkter Kartini. Sebelum Kartini nyaris terlupakan maka buru burulah mencari biografi Kartini, temui hikmah darinya dan ikuti suri teladannya- jadikanlah gaya hidup Kartini sebagai gaya hidup kaum perempuan Indonesia kembali.

Senin, 05 April 2010

Barrack Obama Memberi Inspirasi Para Remaja dari tiga Benua Dalam Menggapai Mimpi Di Masa Depan

Barrack Obama Memberi Inspirasi Para Remaja dari tiga Benua Dalam Menggapai Mimpi Di Masa Depan
Oleh; Marjohan M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar

Hampir semua anak-anak di seluruh dunia mengenal cerita Cinderella. Cerita tentang seorang gadis yang malang dan karena keajaiban ia bisa tinggal di istana sebagai istri pangeran. Kemudian bila ada tokoh anak laki laki yang biasa-biasa saja pada waktu kecil dan setelah dewasa menjadi presiden untuk negara super power (Amerika Serikat), maka ia dapat pula dijuluki sebagai “Cinderboy”. Dan ia adalah Barrack Obama. Kalau Cinderella adalah sebuah cerita dogeng dan Cindereboy adalah sebuah kisah nyata.

Nana Andoh Amankwando, teman penulis dalam face book, dari Ghana mengatakan bahwa figure Barrack Obama telah menjadi inspirator yang hebat bagi para remaja di kampong ayahnya Kenya an di seantaro Afrika. Kedatangannya (sebagai Presiden USA) sangat ditunggu-tunggu, memotivasi dan membangkitkan semangat para pemuda di benua Africa untuk memacu semangat menjadi maju menuju pentas dunia. Dan penulis juga mengatakan kepada temana dari Ghana tersebut bahwa sosok Barrack Obama juga menjadi motivasi dan inspirasi bagi pemuda di kawasan Asia, terutama dari Indonesia, apalagi ia sempat hidup, dan belajar di Jakarta pada masa kecilnya. Tentu saja para remaja yang ingin menggapai mimpi-mimpi yang hebatnya perlu belajar dari pengalam hebat Barrack Obama.

Barack Hussein Obama lahir di Honolulu, Hawaii, 4 Agustus 1961 (dari ayah orang Kenya) dan Ann Dunham (wanita Amerika Kansas), bertemu ketika bersekolah di Universitas Hawaii, ayahnya belajar dengan status sebagai murid asing. Keduanya berpisah ketika Obama berusia dua tahun dan akhirnya bercerai. Ayah Obama kembali ke Kenya dan melihat anaknya untuk terakhir kalinya sebelum meninggal dalam sebuah kecelakaan lalu lintas tahun 1982. Setelah bercerai, Dunham menikahi Lolo Soetoro (manager suatu perusahaan minyak, berkebangsaan Indonesia) dan keluarganya pindah ke Jakarta (1967). Obama bersekolah di SD Santo Fransiskus Asisi di Tebet selama tiga tahun, lalu pindah ke SD Negeri Menteng 1 (atau SD Besuki) di Menteng hingga berusia 10 tahun. Obama diketahui masih dapat memahami dan berbicara bahasa Indonesia secara sederhana.

Ia kembali ke Honolulu, tinggal bersama kakek dan neneknya. Ia belajar di Sekolah Punahou sejak kelas lima (1971) hingga lulus SMA (1979). Ibu Obama kembali ke Hawaii tahun 1972 selama beberapa tahun dan kemudian ke Indonesia untuk menyelesaikan kerja lapangan untuk disertasi doktoral. Ia meninggal karena kanker rahim tahun 1995. Sebagai seorang dewasa, Obama mengakui bahwa ketika SMA ia menggunakan mariyuana, kokain, dan alcohol (karena merasa broken home), ia jelaskan itu sebagai kesalahan moralnya yang terbesar.Setelah SMA, Obama belajar di Perguruan Tinggi Occidental selama dua (di Los Angeles) kemudian dipindahkan ke Universitas Columbia (New York City) kemudian ia lulus dalam bidang politik- hubungan internasional (1983).

Ia pernah bekerja di Business International Corporation dan kemudian di New York Public Interest Research Group. Obama kemudian pindah ke Chicago dan bekerja sebagai direktur Developing Communities Project (DCP), sebuah perkumpulan masyarakat berbasis gereja. Selama menjabat sebagai direktur DCP, stafnya bertambah dari satu menjadi tiga belas dan pendapatan per tahunnya meningkat (ini terjadi karena ia berhasil dengan program pelatihan kerja- pelatihan persiapan perguruan tinggi), ia juga bekerja sebagai konsultan dan instruktur untuk Gamaliel Foundation, sebuah institut perkumpulan masyarakat. Di pertengahan 1988, ia untuk pertama kalinya mengunjungi Eropa, dan Kenya untuk bertemu bertemu saudara Kenya-nya untuk pertama kalinya.

Obama masuk kuliah Hukum lagi di Universitas Harvard pada 1988. Sambil kuliah ia menulis dan sebagai editor Harvard Law Review, kemudian menjadi pimpinan editor. (walau posisi sukarela penuh waktu). Pada libur musim panas, ia kembali ke Chicago untuk bekerja sebagai associate musim panas di firma hukum Sidley & Austin (1989) dan Hopkins & Sutter (1990). Ia menyelesaikan program doctoral melalui belajar keras dan bekerja keras dengan nilai magna cum laude.

Lulus dari Harvard (1991) kembali ke Chicago. Ia terpilih sebagai presiden (pimpinan redaksi) majalah Harvard Law Review berkulit hitam pertama, ini membuat kontrak penerbitan dan pembuatan buku mengenai hubungan ras. Ia memperoleh beasiswa dari Universitas Chicago untuk membuat bukunya. Ia juga menulis memoir pribadi dan buku dengan judul Dreams from My Father.

Awal tahun 1992, Obama menjadi dosen hokum di Universitas Chicago selama dua belas tahun. Ia juga menjadi kelompok Penceramah (1992 hingga 1996) dan kemudian sebagai Penceramah Senior (1996 hingga 2004). Ia juga bergabung dengan sebuah firma hukum dengan dua belas pengacara yang berpengalaman.

Di pertengahan tahun 2002, Obama mulai melakukan kampanye menuju Senat AS. Ia aktif melakukan kampanye, ceramah dan debat dengan kontra partai atau grupnya. Ia bisa meyakinkan banyak orang dengan fakta dan argumennya. Obama berbicara mengenai perubahan prioritas ekonomi dan sosial pemerintah AS. Ia mempertanyakan Perang Irak oleh administrasi Bush dan memberii penghargaan pada tentaranya. ia mengkritik pandangan partisan terhadap elektorat dan meminta Amerika bersatu dalam perbedaan, dengan mengatakan, “Tidak ada yang namanya Amerika liberal dan Amerika konservatif; yang ada hanyalah Amerika Serikat.”

Obama dan Richard Lugar mengunjungi sebuah fasilitas perombakan misil bergerak Rusia. Ia kemudia terpilih sebagai anggota Komite Senat untuk Hubungan Luar Negeri, Obama melakukan perjalanan ke luar negeri menuju Eropa Timur, Timur Tengah, Asia Tengah dan Afrika. Ia bertemu dengan Mahmoud Abbas sebelum menjadi Presiden Palestina, dan menyampaikan pidato di Universitas Nairobi yang mengkritik korupsi dalam pemerintahan Kenya.

Tanggal 10 Februari 2007, Obama mengumumkan pencalonannya untuk Presiden Amerika Serikat. Obama mengangkat masalah pengakhiran Perang Irak, meningkatkan kebebasan energi, dan menyediakan perawatan kesehatan universal. Tanggal 19 Juni, Obama menjadi kandidat presiden partai besar pertama. Terdapat tiga debat presiden antara Obama dan McCain bulan September dan Oktober 2008. Setelah debat, Obama memenangi polling nasional. Dalam pidato kemenangannya yang disampaikan di depan ratusan ribu pendukungnya di Taman Grant di Chicago, Obama menyatakan bahwa “perubahan telah tiba di Amerika.” Lahir di Hawaii, Obama akan menjadi Presiden AS pertama yang lahir di luar Daratan Amerika Serikat.

Catatan lain tentang Obama bahwa ia menjalin komunikasi dan keakraban dengan semua familinya. Waktu kecil Obama bermain ditepi pantai bersama kakeknya, StanleyArmour Dunham. Kerika tinggal di Indonesia, seperti yang ia singgung “keluarga kami tidak berkecukupan pada tahun-tahun awal itu, karena angkata bersenjata Indonesia tidak membayar para letnannya dengan gaji besar. Kami tinggal di sebuah rumah sederhana, di pinggiran kota, tanpa pendingin udara, kulkas atau toilet siram. Kami tidak punya mobil. Ayah tiri saya mengendarai sepeda motor, sementara ibu saya naik bus umum setiap pagi ke kedutaan AS, tempatnya bekerja sebagai guru bahasa Inggris.” Obama bergaul dengan anak-anak tetangga seperti biasa. Justru ia cepat sekali populer, lantaran bentuk fisiknya yang lain dari anak kebanyakan. “Mainnya sama anak-anak kampung di sini seperti biasa. Yang saya ingat, dia biasa bermain gundu dan sepak bola,”

Para remaja (pelajar dan mahasiswa) di Indonesia sekarang perlu bercermin dari pengalam hebat Barrack Obama. Mereka perlu membaca biografinya dan memahami gaya belajarnya hingga bisa bersinar terang. Sebagian mahasiswa kita juga ada yang melakukan pengalaman belajar yang hebat: punya pengalaman hidup yang bervariasi, belajar serius dan aktif berorganisasi. Namun jumlah mahasiswa yang begini tidak banyak. Yang ramai populasinya adalah mahasiswa dan pelajar yang santai, letoi, kuliah jauh-jauh dari rumah tanpa aktif menimba pengalaman.

Mereka pergi kuliah sebagai pendengar ceramah dosen yang pasif. Pulang kuliah duduk duduk/ kongkow atau pergi pulang untuk menyelesaikan gunjingan, main kartu sambil menghisap rokok, atau menghabiskan waktu hanya dengan menggoda lawan jenis ala anak SMA. Waktu-waktu senggang mereka isi dengan mai handphone, main facebook, pergi mejeng ke mall/ hypermarket dan jarang sekali mereka melakukan debat serius/ debat formal. Sampai akhirnya mereka bingung dalam menyeleaikan skripsi atau Tugas Akhir. Kelak bila selesai kuliah dan wisuda tiba tiba menjadi bingung hendak mau bekerja dimana. Fenomena mereka sangat kontra dengan gaya belajar Barrack Obama dan para pemuda/ mahasiswa di seberang sana (ngara maju).

Barrack Obama bisa berhasil bukan karena factor kebetulan, atau factor keberuntungan. Jauh-jauh hari sejak kecil ia telah memiliki pengalaman hidup yang bervariasi- telah melakukan perjalan antar Negara, Amerika dan Indonesia. (Remaja kita seharusnya jangan banyak mengurung diri dalam rumah, tetapi juga harus banyak melakukan penjelajahan). Ia melakukan interaksi dengan banyak manusia secara aktif/ secara langsung. Orang tuanya memberi kebebasan untuk melakukan banyak pengalaman positif bersama teman budaya. Ia adalah juga pelajar yang aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan keagamaan, seni dan olah raga. Liburan kuliah/ sekolah digunakan untuk mencari pengalaman kerja dan mobilitas sosialnya sangat tinggi.

Obama juga peka dengan masalah kemanusiaan dan opininya sering ditulis, disampaikan dalam ceramah yang ia lakukan. Ia juga senang melakukan debat untuk menguji kemampuan logikanya. Ia juga mengasah kemampuan menulis- ia menulis memoir dan bekerja di penerbitan majalah. Ia juga jeli membaca peluang kerja dan bergabung dengan assosiasi dan bekerja dengan professional. Kemapuan berbicara, berdebat dan berpidatonya dan ditambah dengan pengalaman bergaulnya yang sangat luas membuatnya menjadi figure simpatik bagi kalangan orang berkulit berwarna di Amerika Serikat. Karakternya tidak kaku dan wawasannya luas.

Hal di ataslah yang mengantarkannya bisa menjadi senator dan selanjutnya menjadi President of USA yang ke 44 yang berasal dari warga kulit hitam dan yang berasal dari luar daratan Amerika, yaitu Hawaii. Sekali lagi bahwa terpilihnya Barrack Obama menjadi presiden termuda dan berkulit hitam telah mengilhami (member inspirasi) banyak orang terutama para kaum muda/ remaja di tiga benua yaitu Africa (Dimana ayahnya bearsal dari Kenya), Asia atau Indonesia (tempat masa kecilnya bersama ibu dan bapak tirinya), dan Amerika sebagaimana ia menjadi inspirtor bagi orang amerika non kulit putih. Kini pungutlah pengalaman hebat Barrack Obama untuk menggapai mimpi di masa depan.

Sabtu, 03 April 2010

Meniru Kreatifitas Belajar Bung Karno

Meniru Kreatifitas Belajar Bung Karno
Oleh: Marjohan, M.Pd
SMA Negeri 3 Batusangkar

Semua orang yakin bahwa belajar adalah cara yang jitu untuk mengubah hidup. Belajar mengubah seseorang menjadi lebih cerdas dan lebih berkualitas. Belajar bisa membuat seseorang menjadi kaya dalam pengalaman atau dalam finansial. Oleh karena itu banyak orang memandang belajar sebagai investasi untuk meraih masa depan.
Belajar dengan sarana lengkap dan moderen bisa membuat seseorang jadi sukses, itu adalah hal yang biasa. Namun belajar dengan suasana bersahaja, dukungan lingkungan juga bersahaja namun oleh prakarsa dan proses kreatifitas yang dilakukan hingga menghasilkan kesuksesan yang luar biasa. Ini baru namanya suatu hal yang hebat. Itulah yang dilakukan oleh tokoh tokoh hebat dalam sejarah dunia, seperti Abraham Lincoln (presiden pertama Amerika Serikat), Thomas Alfa Edison (penemu listrik), Albert Einstein (Ahli Fisika), Bung Karno (Presiden pertama Indonesia), dan beberapa tokoh besar lainnya. Mereka menjadi tokoh besar bukan diperoleh secara kebetulan, tetapi diperoleh melalui proses kreatif yang selalu mereka lakukan, dan proses kreatif yang sudah menjadi gaya hidup mereka.
Banyak pelajar sekarang yang belum mengenal bagaimana proses belajar yang hebat itu. Paling sering mereka hanya terbiasa belajar karena selalu diberi komando dalam belajar oleh orang tua dan guru. Atau mereka pergi ke pusat Bimbel (bimbingan belajar) atau pergi belajar ke rumah guru agar jadi pintar. Di pusat bimbinan belajar atau di rumah guru merekapun hanya sebatas mengolah soal soal ujian matematika, fisika, kimia, biologi, dan bahasa Inggris, pokoknya pelajaran yang menjadi acuan dalam ujian nasional. Namun apakah ini yang dinamakan sebagai proses belajar yang kreatif ?
Belajar sebagaimana yang digambarkan di atas baru hanya sebahagian kecil dari proses belajar, hanya sekedar menguasai konsep, dan belum lagi disebut sebagai belajar yang sejati. Untuk melakukan proses belajar yang hakiki atau belajar yang sejati maka kita bisa mengambil cermin diri dari tokoh sejarah, misal bagaimana Presiden Sukarno (Bung Karno) pada waktu kecil belajar dan melakukan proses kreatifitas yang lain (?).
Membaca adalah kebiasaan positif yang selalu dilakukan Bung Karno sejak kecil. Apa alasan mengapa Bung Karno harus gemar membaca, rajin belajar dan belajar tentang segala sesuatu ? Didorong oleh ego yang meluap-luap untuk bisa bersaing dengan siswa-siswa bule, maka Bung Karno sangat tekun membaca, dan sangat serius dalam belajar. Ketika belajar di HBS- Hoogere Burger School Surabaya, dari 300 murid yang ada dan hanya 20 murid saja yang pribumi (satu di antaranya adalah Bung Karno) yang sulit menarik simpati teman-teman sekelas. Mereka memandang rendah kepada anak pribumi sebagai anak kampungan. Namun Bung Karno adalah murid yang hebat sehingga satu atau dua guru menaruh rasa simpati padanya.
Rasa simpati gurunya, membuat Bung Karno bisa memperoleh fasilitas yang lebih untuk “mengacak-acak atau memanfaatkan” perpustakaan dan membaca segala buku, baik yang ia gemari maupun yang tidak ia sukai. Umumnya buku ditulis dalam bahasa Belanda. Problem berbahasa Belanda menghambat rasa haus ilmunya (membaca buku yang ditulis dalam bahasa Belanda). Entah strategi apa yang ia peroleh secara kebetulan, namun Bung Karno punya jalan pintas (cara cepat) dalam menguasai bahasa Belanda. Bung karno menjadi akrab dengan noni Belanda sebagai kekasihnya. Berkomunikasi langsung dalam bahasa asing (Bahasa Belanda) adalah cara praktis untuk lekas mahir berbahasa Belanda. Mien Hessels, adalah salah satu kekasih Bung Karno yang berkebangsaan Belanda.
Dalam usia 16 tahun, Bung Karno fasih berbahasa dan membaca dalam Bahasa Belanda. Ia sudah membaca karya besar orang-orang besar dunia. Di antaranya dalah Thomas Jefferson dengan bukunya Declaration of Independence. Bung Karno muda, juga mengkaji gagasan-gagasan George Washington, Paul Revere, hingga Abraham Lincoln, mereka adalah tokoh hebat dari Amerika Serikat. Tokoh pemikir bangsa lain adalah seperti Gladstone, Sidney dan Beatrice Webb juga dipelajarinya. Bung Karno juga mempelajari ‘Gerakan Buruh Inggris” dari tokoh-tokoh tadi. Bung Karno juga membaca tentang Tokoh Italia, dan ia sudah bersentuhan dengan karya Mazzini, Cavour, dan Garibaldi. Tidak berhenti di situ, Bung Karno bahkan sudah menelan habis ajaran Karl Marx, Friedrich Engels, dan Lenin. Semua tokoh besar tadi, menginspirasi Bung Karno muda untuk menjadi maju dan smart.
Penelusuran atas dokumen barang-barang milik Bung Karno di Istana Negara, yang diinventarisasi oleh aparat Negara yang ditemukan setelah ia digulingkan. Dari ribuan item miliknya, hampir 70 persen adalah buku. Sisanya adalah pakaian, lukisan, mata uang receh, dan pernak-pernik lainnya. Harta Bung Karno yang terbesar memang buku.
Dari biografinya (Sukarno As retold to Cindy Adams) diketahui bahwa betapa dalam setiap pengasingan dirinya, baik dari Jakarta ke Ende, dari Ende ke Bengkulu, maupun dari Bengkulu kembali ke Jakarta, maka bagian terbesar dari barang-barang bawaannya adalah buku. Semua itu, belum termasuk buku-buku yang dirampas dan dimusnahkan penguasa penjajah. Apa muara dari proses belajar sepanjang hidup yang sangat kreatif adalah mengantarkan Bung Karno menjadi Presiden yang pernah memperoleh 26 gelar Doktor Honoris Causa. Jumlah gelar doktor yang ia terima dari seluruh penjuru dunia, 26 gelar doktor HC yang rinciannya, 19 dari luar negeri, 7 dari dalam negeri. Ia memperoleh gelar doctor HC dari Far Eastern University, Manila: Universias Gadjah Mada, Yogyakarta: Universitas Berlin: Universitas Budapest: Institut Teknologi Bandung: Universitas Al Azhar, Kairo: IAIN Jakarta: Universitas Muhammadiyah Jakarta: dan universitas dari negaralain seperti Amerika Serikat, Kanada, Jerman Barat, Uni Soviet, Yugoslavia, Cekoslovakia, Turki, Polandia, Brazil, Bulgaria, Rumania, Hongaria, RPA, Bolivia, Kamboja, dan Korea Utara.
Kemudian, bagaimana masa kecil dan proses kreatifitas Bung Karno yang lain? Agaknya Bung Karno telah memiliki jiwa leadership (kepemimpinan) sejak kecil, karena apa saja yang diperbuat Bung Karno kecil, maka teman-temannya akan mengikuti. Apa saja yang diceritakan Bung Karno kecil, maka teman-teman akan patuh mendengarkannya. Oleh teman-temannya, Bung Karno bahkan dijuluki “jago”. karena gayanya yang begitu “pe de”. Itu pula yang mengakibatkan ia sering berkelahi dengan anak anak Belanda.
Ada satu karakter yang tidak berubah selama enam dasawarsa kehidupannya. Salah satunya adalah karakter pemuja seni. Ekspresinya disalurkan dengan cara mengumpulkan gambar bintang-bintang terkenal. Karena kecerdasan dan keluasan wawasannya sejak kecil maka pada usia 12 tahun, Bung Karno sudah punya gang (pasukan pengikut yang setia). Kalau Bung Karno bermain jangkrik di tengah lapangan yang berdebu, segera teman temanya mengikuti. Kalau Karno diketahui mengumpulkan prangko, mereka juga mengumpulkannya. Kalau “gang” mereka bermain panjat pohon, maka Bung Karno akan memanjat ke dahan paling tinggi. Itu artinya, ketika jatuh Bung Karno pun jatuh paling keras daripada anak-anak yang lain. Dalam segala hal, Bung Karno selalu menjadi yang pertama mencoba. “Nasib Bung Karno adalah untuk menaklukkan, bukan untuk ditaklukkan”.
Bung karno menganut ideologi ‘berdiri di atas kaki sendiri’. Saat menjadi presiden Bung Karno dengan gagah mengejek Amerika Serikat dan negara kapitalis lainnya: “Go to hell with your aid.” Persetan dengan bantuanmu.
Ia mengajak negara-nega- ra sedang berkembang (baru merdeka) bersatu. Pemimpin Besar Revolusi ini juga berhasil mengge-lorakan semangat revolusi bagi bangsanya, serta menjaga keutuhan NKRI. Bung Karno juga memiliki slogan yang kuat yaitu “gantungkan cita-cita setinggi bintang untuk membawa rakyatnya menuju kehidupan sejahtera, adil makmur”.
Bung Karno adalah juga orator Ulung. Gejala berbahasa Bung Karno merupakan fenomena langka yang mengundang kagum banyak orang. Kemahirannya menggunakan bahasa dengan segala macam gayanya berhubungan dengan kepribadiannya dan latihan latihan berpidato yang ia lakukan. Ketika masih belajar Bung Karno sering berlatih berpidato sendirian di depan kaca dan juga berbicara di depan gang nya. Bung Karno juga gemar menuliskan opini-opininya dalam bentuk artikel. Kumpulan tulisannya dengan judul “Dibawah Bendera Revolusi”, dua jilid. Jilid pertama boleh dikatakan paling menarik dan paling penting karena mewakili diri Soekarno sebagai Soekarno. Tulisanya yang lain dengan judul “Nasionalis-me, Islamisme, dan Marxisme” adalah paling menarik dan mungkin paling penting sebagai titik-tolak dalam upaya memahami Soekarno dalam gelora masa mudanya.
Apa yang dapat kita jadikan I’tibar (pembelajaran) dari uraian di atas (dari kehidupan Bung Karno) dan kita hubungkan dengan cara belajar dan gaya hidupm kita ? Bahwa membaca adalah kebiasaan positif yang perlu selalu dilakukan. Sebagaimana halnya Bung Karno membaca buku-buku berbahasa asing (bahasa Belanda). Untuk membuat bahasa asingnya lancar adalah dengan mempraktekan/ menggunakan bahasa tersebut dengan orang yang mahir (pribumi maupun orang asing). Setelah lancar berbahasa asing/ bahasa Belanda, ia tidak cepat merasa puas dan berhenti belajar. Ia malah membaca biografi tokoh tokoh besar di dunia dan juga buku buku berpengaruh di dunia sehingga ia memiliki wawasan dan cara pandang yang luas.
Untuk menjadi sukses maka juga perlu punya prinsip hidup “mandiri atau berdikari (berdiri pada kaki sendiri), jangan terlaku suka untuk mencari bantuan. Kemudian juga penting untuk mengembangkan pergaulan/ teman yang banyak untuk melakukan proses bertukar fikiran. Juga penting untuk melatih jiwa pemimpin- bukan jiwa penurut, pasif atau pendengar abadi.
Selanjutnya bahwa juga penting mengembang kemampuan berbicara/ berpidato lewat latihan sendiri dan berpidato didepan kelompok. Kemampuan berbicara/ berpito perlu didukung oleh kemampun menulis, karena membuat pidatio punya kharismatik an menarik. Ini dapat dikembankan melalui latihan demi lathan. Untuk menjadi maju maka kita perlu pula memiliki keterampilan berganda (menguasai seni, olah raga, dekat dengan Manusia dan dengan Sang pencipta (Allah Azza Wajalla) serta mencari inspirasi dari tokoh hebat. Maka salah satunya gaya atau kreatifitas belajar Bung Karno juga bisa menjadi inspirasi bagi kita.