Minggu, 20 Desember 2009

Saatnya Guru Sertifikasi Menjadi Learning Manager


Saatnya Guru Sertifikasi  Menjadi Learning Manager
Oleh. Marjohan M.Pd
Guru SMA Negeri 3 Batusangkar

            Topik tentang pendidikan sangat menarik untuk dibicarakan, karena berbicara tentang bagaimana melakukan perubahan terhadap diri, dari keadaan kurang berkualitas menjadi orang yang sangat berkualitas. Secara umum bahwa peran pendidikan adalah selalu menjadi tanggung jawab orang tua, guru/sekolah, pemerintah, dan individu yang bersangkutan.
Dari sudut pendidikan di rumah, peran orang tua adalah memberikan pembiasaan positif, bagaimana agar anak terbiasa membaca, terbiasa berkata sopan, terbiasa menolong terbiasa beribadah. Untuk hal ini orang tua harus memberikan model (contoh) terlebih dahulu dan juga menyediakan fasilitas belajar dan bermain, karena bermain juga sebagai kebutuhan primer sang anak.
Kalau ada kata ”education atau pendidikan” dan kata ”teaching atau pengajaran”, maka kata edukasi atau pendidikan ditujukan pada orang tua, sebagaimana peran mereka dalam mendidik keluarga. Namun ada juga orang yang mampu memberikan ”education” dan sekaligus memberika “teaching” pada keluarga. Tentu ini bagi mereka yang punya komitmen kuat dan mungkin mungkin orang tua menguasai Bahasa Arab, Bahasa China, Bahasa Inggris, atau menguasai matematik, fisika dan yang lain, atau orang tua sebagai pengajar seni baca A-Qur’an. Pendidikan itu memang bermula dari orang tua, kemudian sebahagian dilimpahkan pada sekolah dan mesjid (TPA atau Taman Baca Alqur’an) untuk pengajaran atau teaching.
Seperti yang telah dikatakan tadi bahwa peran guru adalah pelaksana teaching, yang umumnya bersifat kognitif, meskipun ada juga mata pelajaran yang bersifat afektif atau pembentukan sikap. Namun pembentukan afektif yang sempurna tentu saja di rumah melalui model dari orang tua dan suasana rumah.
Semua guru adalah pelayan publik, khususnya siswa-siswi mereka. Dalam mengajarkan suatu mata pelajaran (misal bahasa, sains atau ilmu sosial) pada siswa, maka guru dapat diibaratkan sebagai ”penjual barang”  yang sedang menawarkan barang dagangannya  pada pembeli dengan berbagai karakter. ”Ada yang melakukan pendekatan yang bagus, ada yang marah-marah, ada yang rada-rada cuek, ada yang menghardik-hardik”. Tentu saja guru yang bisa memberikan pengajaran dengan metode dan pendekatan yang memuaskan dan menyenangkan akan menjadi guru yang signifikan dalam menceradaskan anak-anak bangsa.
Kalau guru dalam mendidik adalah untuk mencerdaskan dan mencerahkan pemikiran, maka peran orang tua adalah dalam ranah ”afektif” atau sikap. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa peran orang tua dalam membina (mendidik) tingkahlaku anak adalah melalui pemberian contoh (teladan atau model) yang idealnya dijiwai oleh pengalaman beragama. Namun fenomena yang terpantau dalam zaman yang penuh dengan hiruk pikuk tekhnologi ini bahwa banyak orang tua mendidik afektif anak namun kurang memolesinya dengan jiwa agama. ”Di rumah jarang melantunkan bacaan Al-quran, membahas betapa pentingnya menyantuni fakir miskin dan anak yatim, betapa penting berpakaian yang rai dan sopan, betapa penting menjadi orang yang ramah dan suka saling membantu. Kalau demikian tidak perlu heran kalau mereka cenderung melahirkan  generasi yang miskin dengan spiritual quotient.
Oleh sebab itu sebelum afektif anak kita menjadi parah maka kita, sebagai orang tua dan guru, musti berubah fokus edukasi dan pengajaran- selalu menyisipkan pesan pesan moral dan nilai agama dalam setiap interaksi kita dengan anak. Agar pengajaran lebih berbekas dalam sanubari anak maka gaya pembelajaran dan pendekatan musti beralih dari teacher centered menjadi, dimana murid-murid aktif dan mandiri.
Kecerdasan yang dihargai dahulu, secara tradisionil, adalah kecerdasan lingustik dan logis atau matematik. ”Kalau anak jago matematik maka itulah yang diangga sebagai anak jagoan di kelas”. Dalam kenyataan hidup bahwa anak yang jago di kelas hanya gara-gara rajin menghafal namun pribadinya super kuper (kurang pergaulan) juga bisa tidak sukses setelah dewasa, ada yang ”pengangguran” karena tidak beruntung untuk bidang akademik, namun setelah banting stir (tambah semangat untuk berjuang) bisa menjadi pengusaha restoran, sukses melalui dunia hobinya.
Ternyata untuk bisa bertahan hidup, mengembangkan diri, seseorang akan rugi besar kalau hanya mengandalkan satu jenis kepintaran. Lebih lanjut bahwa yang diperlukan dalam hidup adalah seseorang yang memiliki kepintaran berganda, yaitu: kecerdasan space (visual), kinestetik, musik, intrapersonal, interpersonal, logika, visual, dan agama atau spiritual. Pelajaran olah raga dan seni, sebagai contoh, sebagai dua jenis mata pelajaran dengan bentuk kecerdasan yang berbeda, yang selama ini dianggap sebagai mata pelajaran kelas dua (rendahan) tenyata berguna untuk membentuk siswa memiliki  fisik yang kuat, jiwa demokrasi dan kreatif.
Menjadi cerdas adalah urusan ”fikiran” yang merupakan fungsi dari organ otak, yang salah satu fungsinya adalah untuk berfikir. Banyak orang tidak menyadari bahwa ternyata potensi otak kita sungguh luar biasa untuk mengubah wajah dunia. Tetapi potensi itu sia-sia saja karena kita belum bisa menggunakan dan memanfaatkannya. Karena sebagian besar kita tidak mengerti dan tidak mengetahui cara memotivasi otak tersebut.
Sekali lagi bahwa potensi otak itu sungguh luar biasa, ia ibarat raksasa tidur. Kalau tidak dikembangkan tentu tidak berfungsi. Mengaktifkan potensi otak harus dilakukan sejak dini, sejak bayi, atau sejak dalam kandungan dengan sikap sabar seorang ibu dan gizi yang dimakannya. Info yang perlu kita ketahui bahwa pertumbuhan otak anak usia 4 tahun baru mencapai 50 %, kemudian anak usia 8 tahun mencapai 80 %. Pertumbuhan ini terjadi dengan mengupaya dan mengaktifkan potensi otak lewat pemainan dan pengalaman atau eksplorasi (merangsang semua panca indera anak). Itulah gunanya anak harus masuk play group, TK- yaitu untuk melakuka proses bermain sambil belajar.
Di SD prestasi belajar anak yang pernah sekolah TK lebih baik dari pada yang tidak pernah. Namun kita perlu tahu bahwa yang paling penting untuk kita lakukan adalah pengelolaan emosi anak melalui seni dan gerak- olah raga. Memasukan anak dalamm usia dini ke sekolah bukan bermaksud untuk  memaksa mereka untuk mengingat sampai melelahkan otak.
Lihatlah, di TK mereka bermain sambil belajar, bernyanyi dan olah raga. Anak yang cerdas emosinya lebih kreatif, mandiri, inovatif, dapat menolong diri dan dapat menolong orang. Anak murid yang diberi kesempatan untk tampil di depan kelas akan memupuk rsa percaya diri. Usia SD, SLTP dan SLTA adalah usia pembentukan jati diri. 
Umumnya orang sepakat mengatakan bahwa memotivasi keja otak adalah urusan pendidikan, atau urusan orang tua, guru, masyarakat, pemerintah dan si pemilik otak itu sendiri. Dalam realita bahwa metode dan suasana pengajaran di sekolah sendiri sedikit memotivasi potenasi otak, itu kalau siswa hanya disiapkan untuk mendengar dan menerima seluruh informasi. Demikian pula halnya bila sebahagian orang tua di rumah ada yang kurang momotivasi otak anak untuk menjadi kreatif dan produktif dalam berfikir. Apalagi kalau sampai ada orang tua yang berotensi mematikan kreatifitas berfikir anak, gara-gara di rumah terbiasa banyak melarang, banyak mengejek, banyak mematikan semangat berjuang mereka.
Cara belajar kuno yang biasa kita terapkan di sekolah selama ini bisa tidak efektif buat mencerdaskan otak anak didik. Untuk menguasai materi di sekolah , kata Paulo Freire (dalam Indra Djati Sidi,2001:27)  bila siswa harus menghafal. Pendidikan seperti ini sangat analog dengan kegiatan menabung, atau belajar dengan gaya bank (bank system method) guru sebagai penabung dan murid sebagai celengan. Ini mengakibatkan murid tidak punya keberanian untuk menyampaikan pendapat, tidak kreatif dan tidak mandiri, apalagi untuk menjadi inovatif.
Suasana belajar yang penuh terpaksa berdampak pada hilangnya aktivitas potensi otak. Untuk mengaktifkan otak maka suasana belajar- di rumah, di sekolah, di tempat penitipan anak, dan di learning center- harus menyenangkan. Tentu saja guru harus punya wawasan luas, ceria, hangat dan berfungsi sebagai fasilitator untuk mengajak dan merangsang anak untuk belajar. Kalau demikian halnya sekolah atau guru harus mengubah paradigma dari teaching (mengajar) menjadi learning (belajar). Sekarang timbul pertanyaaan, ”apa sih beda teaching denga learning (?)”.
Learning adalah  usaha seseorang dalam membangun pemahaman sendiri terhadap suatu objek atau materi yang sedang dipelajari. Sementara teaching adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru terhadap siswa untuk memfokuskan perhatian atau memperoleh perhatian mereka (Mc. Inerney, 1998). Tentu saja makna kata ”learning dan teaching” di atas adalah bisa jadi masih sempit.
Sekolah dan guru sudah, sebagai penyelenggara kegiatang ”teaching and  learning” idealnya harus mendapat kepercayaan dari masyarakat untuk mendidik anak mereka. Seharusnya guru- guru, kepala sekolah dan komite sekolah berfikir dan prihatin kalau tiap awal tahun akademik banyak masyarakat kurang melirik sekolah mereka dan mempercayai (mendaftar) anak pada sekolah lain. ”Ada apa gerngan  dengan sekolah kita ini, kenapa anak bapak anu atau ibu anu kok tidak melirik sekolah kita ?”. Barangkali ada proses pembelajaran, pelayanan sekolah dan manajemen sekolah yang yang tidak layak dan kurang memuaskan. Maka dengan cara begini berarti sekolah dan guru ikut mempertanggung jawabkan pendidikan tersebut  pada masyarakat, dan  bukan pada pemerintah saja dalam bentuk laporan demi laporan yang kadang kala penuh dengan polesan.
Lebih lanjut tentang bagaimana arus kebijakan pendidikan sebelumnya di nusantara ini ? Tentu saja arus kebijakan atau arus komando selalu turun dari atas ke bawah. Arus komando atau birokrasi yang sebelumnya terlalu berkarakter sentralis yang panjang. Kebijakan dan keputusan dimulai dari pusat ke propinsi, ke kabupaten, ke sekolah dan ke guru. Dan ini terbukti tidak efektif lagi, sebab sering komando dari atas salah tafsir (karena tidak dimengerti setelah sampai di bawah, atau gara-gara guru kurang kreatif). Syukurlah bahwa rantai komanto atau birokrasi tersebut kini telah diputus menjadi desentralisasi dalam otoda- otonomi daerah. Maka peran pemerintah juga bergeser dari regulator menjadi facilitator. Itulah mengapa  pemerintah hanya menetapkan standar minimun untuk kelulusan (sebagai contoh).
Fenomena Otoda dan desentralisasi sangat tepat untuk era sekarang- era globalisasi. Era ini ditandai oleh komputerisasi, efisiensi, transparansi, profesionalime dan kualitas yang tinggi.  Untuk itu guru harus kompeten dan berkualitas yang ditandai dengan karakter ”komputerisasi, efisiensi, transparansi, profesionalime, berkualitas”, juga mampu berkomunikasi untuk membentuk anak didik yang matang intelektual, emosional, moral dan spiritual.
Guru zaman sekarang harus menjadi ”Guru profesional”. Apalagi bagi yang sudah mencicipi kue (uang) yang bernama sertifikasi, yang sudah mereka nikmati untuk renovasi rumah, mempermak mobil second, jalan-jalan ke mall, menabung untuk biaya kuliah, untuk bantu famili atau biaya pendidikan anak. Ada kesan bahwa sebahagian guru penerima sertifikasi adalah  sebagai ”guru profesional bual-bualan”. Tidak masalah, untuk selanjutnya kalau mereka mau, mereka bisa saja menjadi guru profesional benaran melalui pengembangan diri lewat buku, menulis, internet, seminar, kuliah, dan lain lain. Kalau mengajar atau berbahasa dalam sosial (di rumah dan di sekolah) mereka telah beralih dari gaya berkomunikasi satu arah menjadi komunikasi dua arah.
Kini semakin banyak guru yang kommit dengan kata ”guru profesional”. Guru profesional adalah ciri untuk guru masa depan atau guru pemberi pencerahan untuk pendidikan bangsa ini. Maka sangat tepat kalau kita para guru kini berfungsi sebagai coach (pelatih), counselor dan learning manager.
Tidak perlu dulu mencari teori, namun coba perhatikan bagaimana aktifitas seorang coach di lapangan. Guru dan siswa langsung turun ke lapangan pembelajaran, tidak beraksi sebagai penonton yang kerjanya cuma berteriak, berseru, bersuit-suit, asal memuji dan sampai memaki-maki, namun ikut mengawasi kualitas, langsung memberi contoh dan langsung memberi semangat lagi. Sambil berada di lapangan ia juga memberikan peran counselor.
Bukan bermaksud terlalu memuji sekolah sekolah berkualitas di negara tetangga (Australia) seperti diungkapkan oleh pengalaman teman yang telah melakukan studi banding ke sana. Bahwa guru-guru di sana, bila jam pembelajaran dimulai mereka segera  bergerak ibarat seorang pelatih. Berjalan tegap, cepat dan bersemangat. Di leher bergelantungan kunci untuk labor,dan  lemari dalam kelas. Karena mereka terbiasa melakukan sesuatu untuk pembelajaran sendirian, tanpa minta tolong, kecuali kalau ada assisten, apalagi minta tolong kepada siswa untuk menjemput itu dan ini yang sengaja ditinggalkan atau tertinggal, atau memasang hal hal kecil yang sangat sepele.
Selama pembelajaran amat jarang guru di sana yang terpaku duduk di depan. Aktifitas yang dilakukan adalah berbicara tentang apa dan bagaimana topic, memberikan model dan meminta respon siswa, kemudian memberi elayanan secara individual tanpa melupakan monitoring secara klasikal. Sekali-sekai sang guru berhenti dekat bangku siswa, sharing fikiran dan menulis sesuatu langsung di atas meja. Karena ternyata meja belajar siswa di sana terbuat dari bahan papan atau bahan yang bisa ditulis dan sekaligus bisa dihapus kembali. Suasana iklim kelas mencerminkan adanya pelayanan prima. Sang guru tentu sangat tahu bahwa mereka digaji oleh Negara untuk melayani dan mendidik dengan prima.
Peran guru masa kini, khusus bagi mereka yang sudah memperoleh pengalaman, traning, informasi apalagi yang sudah menikmati dana sertifikasi (sekali lagi) musti berperan sebagai learning manager. Sebagai pengelola (manager) untuk mencerdaskan siswa maka mereka musti kenal betul dengan siapa siswanya dan apa materi pembelajaran yang terbaik buat mereka. Apakah siswa memang belajar optimal ? Untuk itu mereka selalu memberikan motivasi, melakukan monitor dan evaluasi, kalau ada yang kurang diperbaiki dan kalau meningkat segera diberi reward.
Paling kurang guru yang bertinak sebagai learning manager memahami 4 pilar pendidikan yang dipopulerkan oleh oleh komisi Unesco yaitu setiap orang harus dapat; learning to think- creative thinking, learning to do- problem solving, learning to be- himself/ independent, dan learning to live together. Atau belajar untuk berfikir- yang berarti berfikir kreatif, belajar untuk berbuat yang berarti menyelesaikan masalah, belajar untuk mandiri, dan belajar untuk bisa hidup bersama-sama. Maka guru sebagai learning manager harus tidak mendorong pembelajaran yang membeo atau siswa yang pasif dengan kebiasaan siswa yang cuma sekedar menghafal menghafal sepanjang hari.
(Catatan: 1) Indra Djati Sidi. (2001). Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru. Jakarta: Logos. 2) McInerney, Denis. (1998). Educational Psychology, Constructing Learning, 2nd edition. New York: Prentice Hall) Marjohan M.Pd juga Penulis Buku School Healing Menyembuhkan Problem Sekolah.

Jumat, 27 November 2009

Naskah Buku Best Education Menjadi Pendidik Yang Hebat

Naskah Buku
Best Education
Menjadi Pendidik Yang Hebat

Ditulis oleh :
MARJOHAN M.Pd
Guru SMA Negeri 3 Batusangkar, Kab. Tanah Datar, SUMBAR
                                                                                                            

Kata Pengantar


Buku Best Education Menjadi Pendidik Yang Hebat adalah kompilasi artikel penulis yang pernah terbit pada surat kabar Sripo  (Sriwijaya Post), Haluan dan Singgalang. Tulisan ini berbicara tentang praktek edukasi dalam masyarakat, di rumah dan di sekolah. Tanpa disadari kadangkala anak didik terseret ke dalam praktek mal-edukasi dan kita perlu untuk segera mengatasinya.
Buku kecil ini perlu dibaca oleh para guru, orangtua, pelajar, mahasiswa dan siapa saja yang tertarik untuk memahami dunia pendidikan. Tentu saja dalam penulisan buku ini terdapat kesalahan di sana-sini. Saran- saran dan kritik yang membangun dapat disampaikan pada pnulis melalui e-mail marjohanusman@yahoo.com atau melalui mobile phone 085263537981. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak atas bantuan dari berbagai pihak.
                                                                                      Batusangkar, Desember 2009
                                                                                             Marjohan M.Pd

Daftar Isi
1.      Semangat Eksplorasi Dan Kualitas Pendidikan
2.      Bila Siswa Cerdas Enggan Jadi Guru
3.      Pola Belajar Siswa Cenderung Menunggu Komando Guru
4.      Orang tua Tanpa Konsep Pendidikan Cendrung Salah Didik

5. Panutan Dalam Otodidak
6.  Pustaka Sekolah Merupakan Gudang buku rongsokan
7. Bercermin Pada  Pendidikan Negara Lain
8. Mengoptimalkan Potensi Otak Untuk Pendidikan
9.  Suasana Pendidikan Di Rumah Yang Hiruk Pikuk
10. Peran Orang Tua Sebagai Pendidik Moral
11.  Pelajar Korban Gaya Hidup Hedonisme
12.  Membudayakan Penghargaan untuk Mendongkrak Motivasi Belajar Anak
13. Faktor-Faktor Penyebab “Karakter Ingin Jalan Pintas” di Kalangan Pelajar   
      dan Mahasiswa
14.  Sekolah Unggulan Jembatan Menuju PNS, Pengangguran Atau Wirausaha
15.  Saatnya Belajar Dengan Cara Yang Menyenangkan
16.  Mengapa SDM WNI Keturunan Lebih Tinggi
17.  Bila Media Televisi Kurang Memiliki Nilai Pendidikan
18.  Bila Bangsa Kita Kurang Diperhitungkan di Dunia
19.  Nilai Obralan Meruntuh Wibawa dan Kualitas Pendidikan
20. Prinsip Percepatan Pembelajaran Untuk Mengejar Ketertinggalan
21. Pentingnya Berjiwa Besar Bagi Guru
22.  Indonesia Berpotensi Lenyap Dari Peta Kesusasteraan Dunia
23. Buru-buru Ke Internet Untuk Tujuan Pendidikan atau Demoralized
24.  Pengembangan SDM Sedini Mungkin di Sekolah Dasar
25. Pendidikan Spiritual Yang Profesional Di Rumah
26.  Mendidik Anak Dengan Konsep Coba-Coba
27.  Internet Diserbu dan Perpustakaan Ditinggalkan
28.  Siswa Alergi Melihat Buku
29. Bila Bersekolah Hanya Untuk Untuk Mencari “Ranking Satu”.
30. Mendidik dan Membina Karakter Anak Sejak Dini
31. Pelajar Kurang Peduli  Terhadap Keselamatan Diri
32. Tuntutlah Semangat Kerja Keras Dari Korea
33. Mengoptimalkan Pendidikan Di Rumah
34. Apakah Pelajaran Matematika dan  Sains Memang Penting ?
35. Pengangguran Intelektual


1.      Semangat Eksplorasi Dan Kualitas Pendidikan

            Kata lain dari “eksplorasi” adalah menjelajah. Kegiatan eksplorasi tentu saja banyak dilakukan oleh petualang dan pengembara. Kisah –kisah mereka sangat menarik untuk dibaca dan didengar. Dalam pelajaran sejarah dan pelajaran ilmu sosial lain, kita telah mengenal berbagai “eksplorator hebat” melakukan petualangan atau pengembaraan keliling dunia. Vasco Da Gama, Magelhein dan Ferdinan De Lessep menjelajah lautan luas untuk memenuhi rasa ingin tahunya yang kemudian sangat bermanfaat bagi pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Yang lain seperti Ibnu Batutah menjelajah dan menemui negeri-negeri di benua Asia lewat jalan sutera. Imam Al Gazali juga melakukan penjelajahan, penjelajahan spiritual. Saat senggang ia melakukan perenungan dan menulis hingga melahirkan buku-buku, yang paling terkenal adalah seperti buku “Ihya Ulummiddin, Alcemy of Happiness, Ketajaman Mata Hati”, dan lain-lain. Kemudian Arkeolog Belanda, Dubois, juga melakukan penjelajahan hingga menemukan fossil-fossil manusia purba Indonesia di desa Trinil, Jawa Timur.
            Bagaimana kira-kira karakter dan pribadi dari penjelajah ulung seperti  “Vasco Da Gamma, Ferdinan De Lessep, Magelhein, Ibnu Batutah, Imam Al Gazali dan Dubois ? Apakah mereka mempunyai karakter yang cengeng, manja, mudah putus asa, suka mengeluh, suka membuang-buang waktu dan suka hidup dengan jalan pintas dengan motto “hidup santai masa depan cerah”?. Tentu saja tidak, karena pasti mereka mempunyai karakter yang positif, seperti suka bekerja keras, mempunyai pendirian yang teguh, percaya diri yang mantap, banyak wawasan dan pergaulan, serta semangat pantang mundur dan berjiwa besar.
            Kemudian bagaimana dengan karakter orang tua mereka sendiri ? Mereka pasti mempunyai orang tua yang juga mempunyai peran dan pengaruh besar terhadap perkembangan pribadi mereka- mengembangkan semangat percaya diri dan berjiwa besar.  Karakter penjelajah yang telah menjadikannya sebagai orang hebat adalah karena karakternya yang kontras dengan karakter sebahagian anak-anak muda yang hidup di seputar kita, atau mungkin  karakter kita sendiri. Bagaimana karakter tersebut ? Karakter seperti senang memanjakan diri dan menghibur diri.
            Misalnya, kita sering malas berjalan kaki. Menempuh jarak setengah kilometer saja untuk pergi ke sekolah, ke kampus dan ke pasar, kita selalu mengandalkan sarana transport umum, seperti ojek. “wah aku letih kalau jalan kaki sendirian…, wah aku malu dilihat orang kalau berjalan sendirian..!” Kalau makan dalam suatu pesta, sebahagian masyarakat kita  cenderung memperlihatkan karakter boros, mengambil semua hidangan dan kemudian separoh jalan, berhenti makan dan membiarkan makanan yang dipersiapkan oleh tuan rumah dengan harga mahal terbuang sia-sia, pada hal mereka mengaku sebagai orang Islam dan sangat tahu bahwa “almubazirun ikhwanusy syaitan- sikap hidup mubazir adalah sahabat syeitan”. Lagi lagi mereka merasa malu kalau dalam pesta menghabiskan hidangan yang ada dalam piring.
            Karakter negative sebahagian masyarakat kita yang lain adalah merasa takut kalau berbeda dengan kebiasaan orang lain. Misal, risih dan malu kalau membaca di tempat umum, malu kalau disebut sebagai orang yang sok rajin- pokoknya malu kalau tampil berbeda dari yang lain. Karakter malu yang begini adalah sebagai karakter yang salah tempat. Yaitu rasa malu yang menghalangi diri untuk maju.
            Kemudian , karakter-karakter negative lain yang juga berkembang dalam masyarakat kita adalah seperti karakter terlalu betah banyak menonton hingga menghabiskan waktu selama berjam-jam di depan layar kaca untuk menonton sinetron, iklan sampai kepada hiburan musik. Juga karakter yang mudah puas menjadi konsumen dan karakter terlalu suka membalut diri dengan penuh kepalsuan. Sebagian orang suka pamer kemewahan lewat property yang disewa atau dipinjam dari orang lain “hidup susah tetapi penampilan seperti toko mas berjalan”..
            Diperkirakan bahwa karakter negative yang berkembang dalam masyarakat kita bisa jadi tumbuh sebagai dampak dari cara mendidik orang tua kita. Misalnya akibat dari kebiasaan orang tua yang miskin dengan nilai pendidikan. Tidak mengkondisikan anak untuk banyak melakukan hal-hal positif- pengalaman berkarya dan berorganisasi/ bersosial di rumah hingga akibatnya anak miskin dengan life skill. Begitu pula dengan pola mendidik orang tua yang tidak menumbuhkan budaya berdialog atau berkomunikasi di rumah. Dimana orang tua cuma pintar menyuruh dan memerintah sang anak semata. Karakter orang tua yang lain adalah sikap masa bodoh- laizzes faire- atas perkembangan kognitif, sikap dan keterampilan anak-anak mereka, dan tidak mewariskan semangat gemar bekerja keras dan sabar dalam menghadapi lika-liku kehidupan ini.
            Suatu ketika dalam tahun 1990-an, penulis berkenalan dengan teman-teman dari Perancis (Francoise Brouquisse, Louis Deharven, dan Anne Bedos). Buat apa mereka susah payah, berjalan jauh, menghabiskan waktu dan dana yang banyak ?. Mereka mengatakan bahwa mereka melakukan eksplorasi sambil holiday untuk tujuan sains dan ilmu pengetahuan. Untuk melakukan perjalanan jauh dari Perancis menuju pedalaman Sumatera (Sijunjung, Lintau dan Halaban) mereka melengkapi diri dengan peta topografi yang diperoleh dari museum Belanda tentang Indonesia, kemampuan berbahasa Inggris dan bahasa Indonesia- mereka juga mengenal dasar-dasar bahasa Cina dan bahasa negara lain yang berguna saat mengunjungi negara-negara tersebut. Juga mempersiapkan diri dalam bentuk menjaga kesehatan badan dan keuangan yang cukup.
            Di sela-sela waktu istirahat mereka melakukan dialog, membaca dan menulis tentang informasi dan pengalaman yang mereka peroleh dalam perjalanan. Waktu mereka sangat teragenda- terjadwal. Walau berasal dari negara moderen dan dari pusat fashion di dunia, Perancis, namun mereka tampil sangat sederhana dan sangat alami. Cara makan sangat Islami (walau mereka bukan beragama Islam)- makan tidak mubazir (menyisakan makanan). Mereka menyukai kulit orang Indonesia sementara sebagian orang Indonesia merasa minder dengan warna kulit sendiri dan sengaja mekai whitening untuk memutihkan kulit “pour quoi les gens ici aimerent a blanchir leur peau ?- mengapa orang orang disini suka memutihkan kulit ?
            Tentu saja juga banyak orang-orang Indonesia yang memiliki pribadi kuat dan semangat eksplorasi yang tinggi dalam berbagai bidang kehidupan- seni, ekonomi, social, budaya, dan agama. Kisah kisah sukses eksplorasi mereka- para tokoh- tentu dapat kita baca lewat autobiografi mereka atau cerita dari mulut ke mulut. Lantas bagaimana implikasi eksplorasi terhadap pendidikan ? Eksplorasi membuat seseorang lebih cerdas, berwawasan luas dan bermental tangguh. Ekslorasi tidak harus dengan melakukan perjalanan jauh, melintasi bukit dan gunung, menyeberangi lembah dan lautan.
            Bayi kecil yang merangkak dan mencari  sesuatu tanpa henti-hentinya adalah juga sedang melakukan eksplorasi. Seorang siswa Sekolah Dasar yang asyik membaca kisah pertualangan tak pernah merasa terusik oleh kehadiran orang sekitar juga sedang melakukan tamasya jiwa. Seorang remaja yang duduk dan menuliskan buah fikiran dan pengalaman berarti mencurahkan pengalaman eksplorasinya. Ibu rumah tangga senang menawar harga di berbagai toko juga berarti sedang melakukan eksplorasi harga, agar tidak terjebak dalam permainan harga oleh pemilik toko. Begitu pula dengan seorang calon sarjana (magister dan doctoral) yang bergerak dari satu pustaka ke pustaka yang lain dan mengunjungi berbagai lokasi juga melakukan eksplorasi atau melakukan pencarian. Bangun di tengah malam- bertahajut dan bertanya jawab dalam hati tentang bagaimana seorang hamba menjalani waktu dan mengadukannya pada Ilahi berarti sedang melakukan eksplorasi spiritual.
            Pendidikan kita mungkin miskin dengan semangat eksplorasi. Di beberapa sekolah Dasar ada kalanya para siswa seolah-olah di sekap dari pagi hingga siang dan disuguhi hafalan- hafalan, tugas-tugas dan larangan-larangan (mengebiri rasa ingin tahu anak) tanpa mengoptimalkan pengenalan dunia buku. Coba lihat begitu banyak Sekolah Perpustakaan tanpa Perpustakaan dan sebahagian mereka menganggap membaca sebagai sesuatu yang membosankan. Di bangku SMP. SMA, MA dan SMK banyak siswa yang terbelenggu dengan latihan-latihan dan PR-PR, mengolah soal-soal ujian agar nilai UN (Ujian Nasional) tinggi, tanpa diperkenalkan tentang pengalaman hidup- bagaimana cara berdagang, bertani, belayar, beternak, memasak makanan, menjadi pemimpin dalam masyarakat sehingga membuat mereka miskin dalam life skill (keterampilan nilai hidup).
            Kemudian saat studi di universitas para dosen cuma menyuguhi dengan ratusan teori, tugas-tugas akademik dan hafalan. Malah banyak gaya belajar mahasiswa ibarat siswa Sekolah dasar dan pelajar yang cuma tahu mencatat dan menghafal. Hingga mereka mencadi penghafal ulung namun miskin pengalaman langsung. Begitu tamat dari perguruan tinggi telah menjadikan mereka sebagai pemimpi ulung yang cuma pintar menunggu seleksi masuk PNS (Pegawai Negeri Sipil) atau menjadi pegawai rendahan di kantor swasta dan BUMN lain.          
            Idealnya pendidikan kita tidak harus menghafal, menyelesakan soal soal ujian dan mengharapkan selembar ijazah atau sertifikat buat mencari kerja. Namun fenoma adalah banyak orang belajar dan kuliah cuma mengharapkan selembar ijazah. Banyak orang saat kuliah rajin ke perpustakaan, rajin baca buku, pergi kuliah dengan tas yang penuh berisi buku-buku. Namun begitu wisuda dan selesai kuliah maka semua buku disingkirkan dan memilih kesibukan dalam mencari gaya hidup yang lain- fashion, otomotif walau pun otomotif seken. Sehingga banyak yang mengaku sudah sarjana kembali menjadi melek huruf, melek ilmu pengetahuan dan gagap teknologi (gatek). Pembodohan diri dan kristalisasi (membekunya) ilmu pengetahuan bisa menjadi pemandangan. 
            Para pendidik (guru dan dosen) punya posisi penting untuk mendorong semangat eksplorasi anak didik mereka. Tentu saja para pendidik harus lebih cerdas-memiliki kepintaran berganda- lebih dahulu. Mereka harus melowongkan waktu di luar jam tatap muka untuk melakukan dialog yang berkualitas, mempunyai wawasan yang luas dan menerapkan metode belajar learning by doing, students centered, metode inkuiri, metode debat dan metode diskusi. Bukan metode ceramah melulu, menyuguhi materi hafalan dan menjawab soal soal UN melulu. Pendidik sangat patut menjadi model (berbuat untuk cerdas terlebih dahulu) dan menjadi fasilitator dan motivator.
            Orang tua harus pula cerdas karena mereka punya peran dalam mendidik anak- bukan orang tua ideal kalau cuma terlalu menyerahkan pendidikan anak pada sekolah. Orang tua punya peran strategis dalam mendidik anak dalam memanfaatkan waktu. Anak harus pintar belanjar dan pintar mengurus sendiri. Anak punya waktu untuk belajar dan menikmati hiburan dan ikut melakukan aktivitas social di rumah dan di lingkungan agar tidak kuper (kurang pergaulan) dan miskin pengalaman dan wawasan.
            Bagi mahasiswa, IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yang tinggi tidak punya arti kalau sikap mental tidak mendukung (susah berkomunikasi, takut mengambil resiko, takut mencoba) karena miskin eksplorasi (hingga miskin dengan pengalaman) maka ijazah sarjana yang diperoleh sangat bagus untuk di pajang saja di dinding rumah.
            Semangat eksplorasi untuk hal- hal yang positif sangat perlu dipertahankan. Eksplorasi telah membuat orang kaya dengan pengalaman langsung. Eksplorasi dapat dilakukan lewat menjelajah alam, kota, menjelajah berbagai  tempat- mengenal dan berhubungan dengan orang baru, tempat baru dan suasana baru. Orang orang yang gemar melakukan eksplorasi akan memiliki mental yang kuat dan pengalaman yang banyak. Pendidikan juga membutuhkan eksplorasi untuk membuat kualitas pendidikan yang dimiliki seseorang juga meningkat.
baca lagi : http://penulisbatusangkar.blogspot.com/

Selasa, 20 Oktober 2009

Judul Buku : School Healing Menyembuhkan Problem Sekolah


 Judul Buku   : School Healing Menyembuhkan Problem Sekolah
Pengarang   : Marjohan M.Pd
Penerbit       :Pustaka Insan Madani, Yogyakarta
Tahun Terbit : Oktober 2009
Ukuran         : 14,8 x 21 cm
Halaman       : 240

Marjohan yang saya kenal adalah salah satu guru "langka" yang tidak tenggelam dalam tugas kesehariannya di kelas saja. Dia patut diteladani dalam hal kreativitas, kerajinan memperluas wawasan, perhatiannya terhadap dunia pendidikan dalam arti dan lingkup yang lebih luas.

Membaca buku ini, kita mendapat gambaran beliau adalah seorang yang optimis sekaligus realistis. Saya menduga dan sekaligus berharap jika dunia pendidikan kita mempunyai cukup banyak guru seperti Marjohan, maka salah satu "penyakit" pendidikan kita akan terobati. Kita memerlukan lebih banyak guru seperti dia.

Dunia pendidikan kita sebetulnya menderita berbagai penyakit yang lebih parah dari sekadar penyakit yang disebabkan FLU Burung, Babi, dan Kuda. Bacalah berbagai tulisan Marjohan agar kita mendengar dari guru, tangan pertama di sekolah yang 'kepalanya tidak terpuruk saja di kelas'. Dia bercerita tentang berbagai problem pendidikan dan menawarkan 'obat-nya'!

(Drs. Fekrynur, M.Ed. Co-Moderator pakguruonline@ yahoogroups. com)

Tentang penulis:
Marjohan, M.Pd. adalah Guru SMA Negeri 3 Batusangkar sekaligus penulis freelance pada koran Singgalang, Mingguan Canang, dan E-newsletter (Situs Departemen Pendidikan Sumatra Barat). Ia pernah terpilih menjadi Guru Teladan Kabupaten Tanah Datar sekaligus Guru Teladan Provinsi Sumatra Barat.

Selasa, 29 September 2009

Hidup Adalah Pilihan.......

Cerita adalah fiktif belaka, apabila terdpat kesamaan nama,tempat,gelar dan sejenisnya kami mohon yang yang sebesar-besarnya karena itu tidaklah suatu kesengajaan...



Anggi Septia Andike, seorang gadis muda belia yang sedang duduk di bangku SMA. Anggi tinggal bersama om dan tentenya, sedangkan orang tuanya telah meninggal dunia sejak 7 tahun yang lalu, karena kecelakaan di bandara. Mereka tewas karena pesawat yang mereka tumpangi jatuh saat pesawat itu landing.

Saat itu orang tua Anggi akan pergi ke Banjarmasin karena salah satu dari anggota keluarga ibunya meninggal dunia. mereka ingin menyampaikan rasa bela sungkawa mereka tetapi malah meraka yang akhirnya meninggal dunia karena kecelakaan itu, kadang memang apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Karena kecelakaan itu cukup tragis orang tua anggi pun tewas di tempat kejadian. Sejak saat itu Anggi tinggal bersama om dan tantenya. Om dan tantenya sangat menyayangi Anggi seperti anak mereka sendiri. Mungkin juga karena disebabkan oleh mereka tidak mempunyai anak seorang pun. Sepeninggal orang tuanya anggi tumbuh menjadi anak yang tidak manja, penurut, dan selalu menyenangkan hati om dan tantenya. Anggi adalah anak yang cerdas, sholehah dan tidak pernah memaksakan kehendaknya pada orang laun termasuk pada om dan tantenya, walaupun sebenarnya ia berasal dari kekuarga yang cukup berada. Meskipun ia adalah anak satu-satunya tetapi ia tidak pernah memperlihatkan kemanja-manjaannya itu kapada siapapun, mungkin karena ini juga yang membuat banyak orang menyukai anggi. Waktu yang terus berjalan mengajarkannya tentang banyak hal, tentang kesabaran, kehidupan, pengorbanan dan perjuanagn.

Tanpa terasa sekarang ia telah berusia 15 tahun. Usia 15 tahun bukanlah usia anak-anka lagi dan ia pun menyadari hal itu. Diusianya yang semakin tua ini tentu akan semakin banyak perjuangan-perjuangan kehidupan yang harus ia tempuh, ia merasa dirinya tidaklah muda lagi. Anggi sekarag telah duduk di kelas 1 SMA. Meskipun seusia ini adalah masa-masa emas bagi remaja dengan menghabiskan waktu mereka untuk berhuru-hara kasana kemari tetapi tidak dengan anggi. Ia merasa sangat rugi waktu mudanya di habiskan untuk hal-hal yang tidak ada gunanya seperti itu, ia tempuh kehidupan ini dengan mendengarkan nasehat dari om dan tantenya serta tentunya ia menyerahkan kehidupan dan kematiannya hanya kepada allah SWT. Ia tidak pernah meninggalkan shalat tahajjud-nya serta shalat dhuha, baginya sepintar dan sekuat apapun seorang itu hanya akan kembali kepada allah­­_tuhan seklalian manusia.

­­­­­­­­­­­­Anggi adalah cewe’ yang cerdas, rajin dan sungguh-sungguh, karena hal yang ia miliki inilah ia dapat menunjukkan prestasinya di SMA tempat ia bersekolah. Hanya dengan waktu 2 bulan ia dapat dengan mudah dikenal oleh guru-gurunya dan juga oleh teman-temannya karena keaktifannya dalam berorganisasi serta kemampuannya dalam berprestasi. Dalam waktu 2 bulan itu ia telah berhasil mengharumkam nama sekolahnya sampai ketingkat propinsi, prestasi yang sangat luar biasa bukan?? Meskipun begitu tersohornya ia di sekolahnya lantas tidak menjadikannya nenjadi seorang yang sombong, malah ia semakin dekat dengan teman-temannya dan membagi ilmu yang ia miliki kepada teman-temannya, karena itulah anggi sangat di senangi oleh banyak orang.

Sudah hampir 1 tahun Anggi menimba ilmu di sekilah itu dan saat menerima rapor semester kemaren anggi mendapatkan juara pertama di kelasnya. Tak satupun sifat yang berubah darinya, ia tetap sopan, baik, tidak sombong dan sangat taat beribadah. Beberapa hari kemudian datang seorang siswa baru pindahan dari Surabaya, namanya Alexander. Dia cukup tampan, cerdas dan agak pemalu, ia jga sopan terhadap siapa saja. Suatu ketika anggi dan alex berpapasan jalan di kantin, saat itu anggi belum mengenal siapa alex, kedua mata saling bertemu tetapi hati masing-masing berusaha menyngkirkan perasaan yang ada. Kamudian alex menyakan pada salah satu temannya,

”Ren,siapa sih cewe’ yang barusan lewat di samping ku itu?”

”OO..namanya Anggi, klo aku ngga’ alah nama lengkapnya Anggi Septia Andike. Emang kenapa? Kamu suka ya ma dia?”jawab rendi yang tepat berada di sebelah kanan alex.

”Ngga’ kok, aku cuma nanya aja kok. O...jadi itu toh Anggi Setia Andike yang slalu di banga-banggain ma bu Lisna?”jawab alex.

”Yeh..kamu jangan salah dulu ya, ia tu pakarnya matematika di angkatan kita. Jangan pelajaran kelas X kamu tanyain ma dia, pelajaran matematika kelas XII aja udah ada di kepalanya.”jawab Dio yang berada di sebelah Rendi.

”Yang bener tu di...?”balas alex dengan nada penasarannya.

”ya iyalah.... Masak iya aku bohong. Wong aku aja fans banget ma dia.’’kta dio jujur.

”Tapi lex biar pun dia pinter kayak gitu, anaknya ngga’ sombong kok. orangnya ramah, murah senyum, dan yang paling penting menurutku anaknya sholehah banget. Ia ngga’ kayak cewe’ cantik ’n pinter pada umumnya.”lukas rendi.

”Subhanallah....ternyata masih ada juga cewe’ cantik n perfect kayak dia di zaman yang edan ini ya... Semoga dia mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya.”alex pun mendoakan anggi, setelah mengusapkan kedua tangannya ke mukanya tanda bahwa doanya telah selasai di panjatkan lalu ia berkata pada kedua temannya tadi,”hey...bukannya tadi kita mau ke kantin.ayo buruan ntar bel bertanda masuk bunyi lagi.”

”Oh ya, tu kan jadi kelupaan gara-gara ngeliat anggi”jawab rendi memutar langkahnya ke arah kantin.

Lalu mereka pun menuju ke kantin, jauh di dalam lubuk hati alex yang paling dalam ia pun mengagumi anggi dengan segala kelembutan sifat anggi. Dua hari kemudian, anggi bertemu kembali dengan alex. Saat itu adalah tim olimpiade seklah tersebut di kumpulkan, berhubung karena sebentar lagi seleksi olimpiade akan di adakan untuk tigkat daerah. Diantara sekian banyak tim olimpiade tersebut tampaklah wajah alex anggi, karena ia merasa asing dengan wajah itu ia pun menyakan pada salah satu temannya, ”sih, coba deh kamu liat cowo’ itu”sambil menunjukkan tangannya kearah alex”kok aku ngga’ia pun menyakan pada salah satu temannya, ”sih, coba deh kamu liat cowo’ itu”sambil menunjukkan tangannya kearah alex”siapa sih?”lanjutnya.

”O...dia. Namanya Alex. Dia anak baru di sekolah kita ini. klo aku ngga’ salah dia pindahan dari Surabaya.”jawab temannya itu memberikan keterangan.

”Alex? Kok aku ngga’ tau ya klo ada anak baru di sekolah kita?”tanya anggi penasaran.

”Jelas aja kamu ngga’ nggi...wong kamu sibuk ma pelatihan ini dan pelatihan itulah. Mana sempat kamu dengarin informasi tentang anak baru itu.”asih pun pengertian atas kesibukan anggi.

”Iya ya...Tapi by the way udah lama belum alex tu pindah kesekolah kita sih?”tanya anggi lagi.

”Belum terlalu lama juga sih nggi, palingan baru 2 mingguan.”jelas asih.

”2 minggu? Udah lama juga ya?”

”Ya gitu deh”

Beberapa saat kemudian, alex dan salah seorang teman laki-lakinya mnghampiri anggi dan asih, “tuh kayaknya mereka bakal kesini deh nggi.”kata asih.

“Mana?”kata anggi sambil melirik kearah alex dan temannya itu.

“Hey nggi,,,hey sih....”sapa teman di sebelah alex ityu.

“hay,,,wan”balas asih.

“hay juga wan,kamu ikutan juga toh dalam olimpiade tahun ini?”tanya anggi mencairkan suasana.

“Iya dong nggi, emang kamu aja yang bisa ikut aku juga bisa ikut dong, meskipun ngga’ sepinter kamu,hehe.....”jawab siswa yang ternyata bernama Iwan itu.

“Kita sama aja lagi wan, kan sama-sama siswa SMA, ngga’ usah terlalu memujiku seperti itu. Ntar aku jadi sombong lagi”anggi pun merendah. Asih dan alex hanya menyaksikan percakapan itu.

”Oh ya...aku hampir lupa. Kenalin, ini teman aku. Namanya Alexander tapi cukup kalianpanggil alex aja biar ngga’ repot.”kata iwan sambil melucu. Alex pun mengulurkan tangannya pada asih terlebih dahulu sambil bilang

”Alex”.

”Asih”balas asih.

Kemudian tangan keduanya pun di lepas danalex beralih mengulurkan tangannya pada anggi,

”Alex.”

”Anggi.”jawab anggi.

”Lex,”alex dan anggi pun saling melepaskan tangan mereka yang sedang berjabad”kamu asli orang Indonesia kan, kok namanya nama kebarat-baratan?”asih memulai kedekatan mereka.

”Papa Alex orang Jerman tapi papa dah meninggal 4 tahun yang lalu karena serangan jantung. Tapi mama emang orang Indonesia Asli.”cerita alex.

”Upp’s...maaf ya lex aku buat kamu sedih.”asih merasa bersalah.

”O ya by the way, Alex ikutan olimpiade apa neh?”tanya anggi sambil mengalihkan pembicaraan.

”Kebetulan aku di tunjuk untuk ikut olimpiade pada bidang Biologi”jawab alex lugu.

”Woow...ternyata kamu pakar biologi juga ya?sama kayak asih?”puji anggi.

”ahh....ngga’ juga kok nggi,aku Cuma kebetulan dapat ikutan olimpiade ini. Aku ngga’ sehebat asih kok, klo asih mah udah di kenal di sekolah kita sebagai ’Master of Biology’ sedangkan aku baru coba-coba aja.”jawab alex menyadari kekurangannya.

”Duh...’Master of Biology’?aku jadi tersanjung. Itu terlalu berlebihan untukku, yang master tu anggi lagi lex. Coba deh alex tanya ma satu sekolahan ini, pasti kenal ma anggi sang ’Master of Mathemathic.”cerita asih.

”Alah...ngga’ usah di besar-besarin.”anggi jadi malu di buatnya.”Oh ya,,alex sekarang kelas berapa ya?”sambung anggi.

”X.9.”jawab alex singkat.”Anggi kelas X.2 kan?”lanjut alex.

”Iya..kok tau?”tanya anggi.

”Anggi gitu loh...siapa sih yang ngga’ kenal anggi?”jawab iwan menyelah.

”Udah dong wan, muji-mujinya.”anggi mulai ngga’ senang.

”Banyak yang bilang kok”jawab alex singkat.

Itulah awal dari pertemuan mereka, sejak saat itu mereka menjadi sering bertemu karena seringnya pelatihan bareng untuk olimpiade yang tidak akan lama lagi.

Waktu demi waktu terus bergulir, seiring dengan semakin dekatnya waktu untuk kompetinsi olimpiade maka antara Alex dan Anggi pun semakin dekat hingga tumbuh benih-benih cinta antara mereka. Cinta yang tersimpan di dalam hati masing-masing itu terus di pupuk dan disirami dengan kebersamaan yang sangat sering, dan benih-benih cinta itu semakin hari semakin tumbuh dan tumbuh hingga akhirnya berkembang. Sekarang telah resmilah mereka sebagai pasangan ’kekasih’,di usia muda mereka itu mereka tidak ingin terbawa oleh gairah keremajaan mereka. Mereka sangat berpegang teguh atas kepercayaannya dan agama mereka. Walaupun mereka saling mencintai tetapi cinta mereka itu tidak melebihi kecintaan mereka kepada sang khalik. Mereka tidak pernah berhenti berjusud dan bersyukur atas apa yang telah allah anugerahkan kepada mereka. Semua pihak mendukung perasaan mereka. Semua orang sangat senang melihat mereka, karena mereka tidak pernah sombong dengan apa yang mereka miliki serta keramahan pada semua orang. Pendapat orang lain tentang hubungan mereka hanyalah“sempurna”, meskipun ada Adi-seorang siswa yang cukup di kenal di SMA itu-yang juga diam-diam menyukai anggi. Namun anggi tidak pernah mengetahui itu dan hanya Iyanlah-teman dekat adi-yang mengetahui perasaan adi itu.

Waktu yang ditunggu untuk kompetisi olimpiade itupun telah datang, semua tim yang telah disiapkan oleh SMA itu telah bersiap di sekolah mereka dan sekarang tengah menunggu jemputan mereka untuk menuju ke tempat perlombaan tersebut. Sesampainya di tempat kompetisi masing-masing jurusan masuk kedalam ruangan masing-masing yang telah di tentukan. Anggi yang berada pada mata pelajaran matematika di tempatkan di ruangan 6, sedangkan alex dengan jurusannya biologi berada pada ruang 15 sedangkan adi dengan mata pelajarannya juga matematika berada pada ruang 7, sedangkan asih dengan biologinya berada pada ruang 17,iwan dengan kimianya berada pada ruangan 22 sedangkan iyan dengan fisikanya bertempat di ruangan 2 dan masih banyak lagi teman-teman mereka yang di utus oleh sekolah mereka untuk mengikuti olimpiade ini.

Bel tanda ujian dimulai telah berbunyi, itu berarti bahwa mereka telah mulai serius mengerjakan soal yang berada didepan mereka masing-masing. Tak lama waktu berselang, 180 menit kemudian bel tanda ujian telah selesai berbunyi dan ini menandakan bahwa paserta olimpiade sudah harus menyerahkan lembar jawabannya meskipun ada satu atau dua buah soal yang belum selesai. Begitu keluar dari ruangan anggi bertemu dengan adi yang kebetulan ruangan mereka bersebelahan,

”hi di...gimana tadi ujiannya?succes?” tanya anggi ramah.

“hey nggi...alhamdulillah. Tapi ngga’ optimis lolos akunya nggi. kamu sendiri gimana?”tanya adi balik.

“ya emang sih soalnya sulit-sulit banget, tapi ini kan olimpiade di. klo soalnya gampang-gampang susah dong milih siapa yang lebih berhak untuk ke tingkat berikutnya. ya ngga’ di?”tanya anggi balik.

“iya sih. tapi aku optimis kamu pasti lolos”

”amin...semaga aja gitu di. semoga kamu juga lolos ya”

“Amin....mm........”tiba-tiba alex muncul, bukan anggi yang pertama kali ia sapa melainkan adi.

“hi di, sukses tadi ujiannya bro?”

“hi lex,,alhamdulillah.kamu gimana bro?”

“susah banget...fren.”

“udah...optimis aja, allah slalu memberikan yang terbaik buat hambanya”

“ya..kamu bener bro”

“o ya...aku kesana dulu ya..aku mau cari iyan”adi pamit pada mereka.

“oke...hati-hati ya bro”kata alex

“thanks ya zob”jawab adi.adi mulai melangkah pergi, anggi hanya melepas kepergian adi dengan senyuman tanpa kata apa-apa. sekarang tinggallah mereka berdua meskipun banyak orang lain yang modak-mandir didepan mereka.

“nggi....gimana tadi ujiannya sukses?”alex memulai percakapan.

“alhamdulillah”jawab anggi singkat berbarengan dengan senyuman di bibirnya.

”aku lapar neh, kita cari makan yuk”ajak alex.

“boleh”.dan merekapun pergi makan dan langsung pulang kerumah setelah itu.

Hari demi hari berganti,minggu dan minggu juga ikut serta lenyap. Telah datang pengumuman hasil olimpiade kemaren anggi, iyan,adi dan beberapa orang dari SMA itu lolos untuk tingkat propinsi sedangkan alex belum berhasil ia hanya berada pada peringkat 6, tapi ia ikhlas menghadapinya dan ikhlas melepas anggi ke propinsi tanpa ada dirinya. Untuk menuju tingkat yang lebih besar lagi anggi lebih serius dalam belajar dan ia giat mengasah kemampuannya bersama adi. Mungkin ini adalah saat yang menakutkan sekaligus mengembirakan buat adi karena takut kalah pada persaingan di tingkat yang lebih besar serta membahagiakan karena bersama anggi-cewe’ yang selama ini ia kagumi. Namun ia tidak mau mengecewakan sekolahnya, ia tetap giat dan berusah menghilangkan perasaannya pada anggi. Hari kompetisi telah datang, mereka telah di karangtinakan pada tingkat propinsi. Anggi tidak merasa canggung karena sifatnya yang ramah membuat orang lain mudah menerimanya. Dan tak begitu terasa lama akhirnya seleksi untuk tingkat propisi telah berakhir juga dan semua kontinen dari tiap-tiap daerah di pulangkan. Diperjalanan pulang, anggi duduk di sebelah adi, mungkin karena sudah sangat kelelahan, ia tertidur diatas mobil. Adi yang melihat anggi sangat kelelahan merebahkan kepala anggi di bahunya agar anggi bisa tidur lebih baik lagi.

”Andaikan bahu ini dapat selalu menahan kepalamu tentu hati kecil ini akan slalu merasakan kebahagiaan seperti ini. Anggi...seandainya kau tau betapa aku mengagumimu dari SMP dulu hingga ku menyayangimu seperti sekarang. Tapi....tidak perlulah engkau tau tentang itu, karena aku hanya ingin kau bahagia. Melihat kau tersenyum adalah bahagia untukku, aku akan selalu menyayangimu meskipun kau takkan pernah tau sampai kapanpun. Hati ini tidak akan menuntutmu untuk menyayanginya, biarkan hati ini bahagia meskipun hanya secercah karena aku sadari hatimu telah dimiliki oleh orang lain.”hati adi mulai berkata, tanpa ia sadari air matanya pun menetes hingga jatuh ke kening anggi. Merasa ada sesuatu yang membasahi keningnya anggipun terbangun dan melihat adi,

”kamu menangis di?”tanya anggi kaget.

”ngga’ kok. ini anu..aku..aku Cuma ngantuk aja kok”jawab adi dengan mencoba berdalih serta menghapus air matanya.

”o....klo kamu ngantuk tidur aja, biar sekarang aku yang bangun”

”eh...ngga’,,aku ngga’ bisa tidur di atas mobil, kamu aja yang tidur aku ngga’ pa-pa kok”

”bener nih kamu ngga’ pa-pa?”

”bener...kamu tidur aja lagi, perjalanan kita masih jauh”.kata adi. Adi benar-benar kaget waktu anggi terbangun tadi, ia hampir ketahuan untung saja ia bisa dengan cepat berdalih. Ternyata dari sebelah kiri iyan slalu memperhatikan tingkah adi dari tadi, ia tau persis bagaimana perasaan temannya itu sekarang. Ia ingin membantu adi tetapi adi tidak pernah mengizinkannya, bahkan adi mengancam tidak akan lagi menganggap iyan sebagai temannya apabila ada orang lain tau tentang perasaannya pada anggi, termasuk anggi sendiri. Meskipun berbeda agama iyan dan adi saling solidaritas, tidak pernah mencelah.

”Semoga tuhan bersamamu,kawanku.” gumam iyan dalam hatinya untuk mendoakan adi. Adi tak menyadari bahwa dari tadi iyan memperhatikannya, sekarang ia hanya terus menikmati detik-detik terakhir bersama anggi karena sebentar lagi anggi akan bertemu alex dan sangat tidak mungkin ia menyediakan bahunya lagi untuk anggi seperti yang ia lakukan sekarang karena ia bukan siapa-siapanya anggi.

Senang sekali hati anggi pulang dari karangtina olimpiade itu karena sudah 2 minggu ia tidak bertemu tante dan omnya serta tidak juga bertemu dengan alex, tapi disisi lain dengan pulangnya anggi ke sekolahnya ia berpisah dengan teman-teman barunya yang ia kenal di karangtina kemaren karena mereka harus kembali kedaerah mereka masing-masing untuk melanjutkan pembelajaran mereka di sekolah. Jika ada untung mereka akan bertemu beberapa minggu lagi untuk mengikuti olimpiade ke tingkat nasional tapi rasanya sangat sulit untuk meraih itu. Tapi yakinlah bisa karena allah cerderung akan kata-kata hambanya, jika hambanya yakin pada kemampuan sendiri maka allah akan mewujudkannya. Tak lama mengikuti pelajaran di sekolah tibalah waktunya ujian naik kelas, meskipun anggi sering ketinggalan pelajarannya tapi ia berusaha untuk tetap jadi yang terbaik, dengan tekunnya ia mempelajari pelajarannya sendiri dan ia pun tak segan-segan untuk bertanya pada teman-teman atau guru tentang pelajaran yang ia tidak mengerti sama sekali. Akhirnya ujian semester 2 selesai juga, anggi kembali berhasil menyabet peringkat 1 dikelasnya dengan usaha keras serta kesungguh-sungguhannya. Saat penerimaan rapor telah selesai terlihatlah anggi dan alex berjalan berdua,

”Nggi...aku lupa bilang ma kamu klo kemaren lusa Randy ngajak aku liburan di rumah neneknya, di kampung. boleh ngga’?alex memulai pembicaraan.

”Loh kok kamu nanyanya ma aku, minta izinnya ke mama kamu dong.”jawab anggi.

”Aku dah tanya ma mama, mama ngizinin kok lagi pula liburan kali ini aku n keluarga mang ngga’ ada acara kemana- mana”

”Ya udah klo mama dah ngizinin, aku ngizinin juga kok.”

”bener...kamu ngga’ marah kan nggi?”

”Ngga’..kenapa aku mesti marah. aku hanya ingin liat kamu bahagia.”anggi memutar badannya ke arah alex dan menyentuh pipi alex dengan tangan kanannya.

”Makasih ya sayang....aku janji akan cepat pulang, bertemu ma kamu cintaku”alex memegang tangan anggi yang berada di pipinya dengan tangan kirinya. Sentuhan kelembutan terasa sangat halus, mereka terbawa oleh angin bahagia mereka. mereka sadar mereka saling menyayangi.

”Lex,,kamu nikmati aja dulu liburannya di desa itu, jangan pikirkan aku.aku percaya kok ma kamu.”

”Nggi,,sekedar kamu tau aja, aku sayang ma kamu, aku pasti cepat kembali buat kamu. percayalah sayang...”lugas alex mencoba meyakinkan anggi.

”ya..aku tau itu kok lex karena aku dapat merasakan tulusnya kasih-sayangmu padaku.i love u too”.kemudian mereka kembali melanjutkan perjalanan pulang mereka. tak lama kemudian mereka bertemu dengan iyan yang pulang bareng asih dan randy.

”hey lex. hay nggi”sapa iyan.

“hey guys....”jawab alex

“hey....”jawab anggi senyum.

“Selamat ya nggi atas prestasinya di kelas, meskipun sibuk ma kegiatan ini-itu tapi kamu tetap yang terbaik. aku salut ma kamu nggi..”kata iyan.

“makasih ya yan.kamu terlalu berlebihan”anggi mulai merendah.

“Kamu emang hebat lagi nggi”kata asih menyambungnya.

”kamu bisa aja sih”

”selamat ya nggi...”lanjut randy,”oh ya by the way, soal yang kemaren kamu dah minta izin ma anggi belum lex”eandy menggoda sambil bermaksud untuk bertanya.

”udah kok, n anggi ngizinin kok. Pacarku ini kan pacar ter baik didunia”

anggi jadi malu dibuatnya, mukanya berubah merah merona,

”Aku janji deh nggi jagain alex biar ngga’ ke cantol ma cewe’ desa yang ayu-ayu itu”kata randy.

”kamu bisa aja, aku ngga’ punya hati lagi untuk di kasihkan keorang lain, karena hatiku dah ku kasihkan ke anggi semuanya’’alex pun mulai menggoda anggi.

”kamu aa-apaan sih lex,’’anggi malu.

”cieee.....dah terjamin ni ye..”randy ngeledek dan iyan serta asih ikut menertawakan alex. anggi makin yambah malu di buatnya.

Esok harinya Alex dan randy telah siap-siap berangkat, begitu motor yang akan mereka pakai telah dinyalakan, handphone alex berbunyi.tertulis di layar handphone itu 1 pesan diterima.alex segera nembuka pesan itu dan membacanya, ternyat sms dari belahan jiwanya-anggi-yang berisikan ”Ass....Dirimu laksana embun pagiku yang memberikan kesejukan pagi padaku, dirimu adalah mentariku yang memberikan cahaya pada siangku, engkau adalah bintang malamku yang memberikan banyak cahaya pada malam hariku, kaulah pelita yang menerangi langkah hidupku, kau adalah pelangi yang membawa warna untuk hidupku. cepat pulang sayang,aku menunggumu. semoga allh slalu melindungimu.Wassalam...”

Senang bukanmain hatinya alex membaca pasen itu, sagera ia balas pasan itu ”Wass...duhai wanitaku,dirimulah kekuatanku,engkaulah anugrah terindah untukku, aku pergi untuk kembali padamu duhai kekasih.tetaplah menanti sampai aku kembali,aku mencintaimu wahai bungaku,tunggulah aku sayangku..salam rindu orang yang mencintaimu”dan hanya berselang beberapa detik pesan itu telah dibaca oeh anggi.setelah membaca pesan itu, anggi langsung mengangkat tangannya tanda ia berdoa kepada allah,”ya allah..berikanlah keselamatan padanya ya robbi, kembalikan ia seperti ia pergi ini ya salam.sesungguhnya engkau maha berbuat.amin...”lalu ia mengusapkan kedua tangannya ke pipinya tanda ia menyudahi doanya.

Randy adalah Sahabat Alex yang sangat baik dan juga sopan. Mereka pergi ke kampung nenek Randy karena nenek randy telah sakit-sakitan,beliau sangat ingin bertemu dengan cucunya karena sudah lam tidak bertemu selain karena itu, Randy dan Alex juga ingin berlibur di kampung yang indah dan permai itu,mumpung mereka sedang libur. Jarak yang ditempuh antara kota dan kampung itu hunya 40 KM. Tidak terlalu jauh memang apalagi menggunakan sepeda motor, tapi perjalanan ini cukup melelahkan. Sesampainya di desa yang di maksud,

”Assalamu’alaikum nek,,,”randy berdiri di depan pintu sebuah rumah yang sederhana.

”Waalaikum salam”terdengar suara seorang wanita yang sudah agak tua sepertinya.

”Nek,”sapa randy pada wanita tua itu.

”kamu siapa anak muda”tanya nenek itu keliru.

”saya randy nek, cucumu”jawab randy.

”randy cucuku”nenek itu segera memeluk randy”kamu sudah besar toh nak,sampai nenek lupa sama kamu”

”kata mama nenek sakit ya?”tanya randy.

”sakit biasa cu...maklum nenek sudah tua”jawab nenek itu.

”nek,aku bawa teman, namanya alex”randy mengenalkan alex pada neneknya.

”assalamu’alaikum nek.”sapa alex sambil bersalaman dengan nenek randy serta mencium tangan nenek itu sebagai tanda sopan santun.

”waalaikum salam cu...”jawab nenek itu ramah”ayo masuk kalian pasti lelah sekali

Merekapun masuk kerumah yang sederhana itu,kemudian nenek mangambilkan minum buat mereka, sementara nenek membuatkan minum randy mengambil telepon genggamnya untuk memberi tahukan pada mama dan papanya klo ia telah sampai dirumah nenek dan setelahitu ia memberi kabar pada pacarnya yang bernam Luna. Luna merupakan teman satu kelas anggi dan ia juga kenal baik dengan anggi. Begitupun alex,ia mengeluarkan hp-nya dan memberitahukan mamanya bahwa ia telah sampai di desa yang di tuju setelah menelpon mamanya ia menelpon anggi untuk memberitahukan hal yang sama. Setelah istirahat beberapa saat lalu nenek menyuruh mereka mandi dan setelah itu makan. Esok harinya Randy dan Alex terlihat sangat menikmati suasana alam yang sangat bersahabat, dan penduduknya yang ramah tamah dan juga para gadis yang polos dan pemalu. Namun para gadis itu tidak mampu menggantikan Anggi di hati Alex, Anggi tetap perempuan yang sangat dicintainya, suatu ketika ia sedang bermain di tepi sawah bersam penduduk setempat,

”Anak muda...adakah niatmu untuk tinggal didesa ini?”tanya salah seorang ibu-ibu.

”Desa ini sangatlah menyenangkan bagi saya,alamnya sangat bersahabat, penduduknya yang ramah-tamah membuat siapa saja yang datang ke desa ini akan merasa betah dan kerasan di desa ini begitupun dengan say, saya mau saja tinggal disini tapi saya punya kehidupan lain di kota bu”jawab alex.

”Engkau pemuda yang baik anak muda,,”

”Terima kasih bu”

Kemudian terdengar suara randy memanggil alex dari tepi sawah sebelah sana”lex....nenek menarimu,katanya ada yang mau di katakannya padamu”teriak randy.

”ya...aku segera kesana”jawab alex mulai beranjak berdiri”Saya pamit dulu ibu-ibu, nenek memanggil saya, kata randy ada yang penting yang mau di omongin katanya. permisi. assalamu’alaikum”alex beranjak pergi.

”waalaikum salam”jawab ibu-ibu itu.

Seperginya alex, ibu-ibu yang masih tinggal tadi membicarakan alex, mereka begitu terkagum akan keramahan anak muda itu, sopannya tutur bahasanya dan sikapnya yang santun membuat ibu-ibu itu terkagum dan bahkan ada yang mau mengangkat alex menjadi menantunya. sementara itu,di rumah nenek dan randy telah duduk di sofa tamu, mereka tengah menunggu alex. tak lama kemudian alexpun datang dan langsung memasuki rumah setelah mencuci kakikya di kali tadi.

”assalamu’alaikim”kata alex”ada apa nenek memanggil saya.

”waalaikum salam, duduklah dulu cu..”kemudian nenek melanjutkan”nenek sudah dengar kata-kata orang kampung ini tentang pergaulan kalian, mereka sangat senang dengan kedatangan kalian kekampung ini. Mereka juga berharap kalian lebih lama lagi tinggal di kampung ini,bagaimana menurut kalian?”

”Bukannya kami tidak mau leih lama lagi disini nek, tapi sebentar lagi sekolah kami akan dimulai. Jadi kami harus kembali ke kota sebelum sekolah di mulai”jawab randy terlebih dahulu.

”Lagi pula nek,saya cuma beberapa hari minta izin pada orang tua saya untuk menginap disini. Saya takut mereka khawatir nek.”sambung alex.

”ya,,nenek mengerti dengan kalian. Kalian berencana 4 hari saja disini, bagaimana jika kalian tambah 1 hari lagi agar orang di kampung ini meresa kalian hargai.”

”baiklah nek, kami akan kembali ke kota lusa pagi saja.”kata alex sambil melirik ke arah randy.

”Tidak apa-apa kan nek,?”tanya randy.

”ya tidak apa-apa”jawab nenek.

Malam itu alex dan randy sibuk menelpon ke kota untuk menghubungi orang-orang yang menurut mereka patut untuk di beri tahu tentang pembatalan pulang mereka kekota besok pagi, sebenarnya ada rasa sedih di hati alex karena ia semakin lam bertemu dengan anggi, tap apalah daya ia tidak mau di anggap sombong oleh orang-orang di kampung itu. Biarlah ia tahan rindunya pada anggi barang sehari saja.

Akhirnya hari yang di tunggu untuk pulang ke kota datang sudah,sudah 5 hari Randy dan Alex berada di kampung itu. Mereka juga dapat dengan tenang berangkat ke kota karena sepertinya nenek Randy sudah sangat baik, mungkin karena ia telah bertemu dengan cucu kesayangannya. Dan juga tanpa ada beban atau omongan-omongan dari orang-orang di kampung itu tentang sikap mereka. Mereka telah ikuti permintaan orang-orang itu agar lebih lam lagi tinggal di desa itu. Pagi hari yang di maksudkan alex dengan segala kegembiraannya sedang berkemas-kemas untuk pulang. tiba-tiba randy masuk,

”Kayaknya sang arjuna dah ngga’ tahanlagi nih bertemu ma sang dewinya”randy mengejutkan alex.

alex terhenti dari bersiulnya”udah lam ya kita disina dan ngga’ ketemu ma pacar kita. ngomong kamu rindu ngga’ sih ma luna, ran?”

”ya rindulah tapi mau giman lagi, bagiku nenek lebih penting”

”iya juga sih.....,oh ran, sekarang kamu aja ya yang bawa motornya kan waktu kesini aku yang bawa motornya”

”iya deh...tapi aku agak pelan ya bawanya”

It’s oklah ran, yang penting kita pulang”

Kemudian randy dan Alex pun pamit untuk ke kota, lagi pula sekolah mereka juga akan segera di mulai. Alex sangat merindukan Anggi dan begitu juga dengan anggi. Sudah lama sekali rasanya insan yang dimabuk asmara ini tidak bertemu, sama halnya dengan yang di rasakan oleh alex dan anggi, randy juga sudah sangat merindukan kekasih hatinya-Luna. Bukan hanya anggi yang di rindukan oleh alex tetapi ada ibu dan adik kecilnya-Mita, alex sangat menyayangi mita, mita sangat di manja oleh papanya karena itu sejak papa mereka meninggal mita merasa sangat kehilangan. Sejak saat itu pulalah alex merangkap menjadi papa buat mita,ia sangat memanjakan mita. Jika ia di suruh memilih antara anggi dan mita sangat sulit baginya memilih karena alex sama-sama menyayangi mereka berdua.

Baru kira-kira 19km dari rumah nenek Randy, sepeda motor yang mereka kendarai itu tiba-tiba di sambar truk yang sangat besar, truk itu melaju dengan sangat kencangnya. Pengemudi truk itu tidak mengalami luka yang telalu serius meskipun bagian dahinya mengalami luka-luka dan lebam-lebam sementara itu, sepeda motor yang di kendarai oleh randy jatuh ke sungai dan salah satu dari mereka juga jatuh ke sungai sedangkan yang lainnya terhalang oleh tepi jembatan itu,hingga ia dapat dengan segera di selamatkan. Ialah randy sedangkan alex jatuh ke sungai yang airnya mengalir sangat deras.

Seketika polisi tiba di tempat kejadian peristiwa, dan langsung menurunkan tim sars untuk menelusuri sungai guna mencari tubuh ale yang telah terbawa oleh arus air bersama bangkai sepeda motor yang mereka gunakan. Tubuh randy yang tidak sadar itu segera di bawa ke Rumah Sakit sedangkan tim sars masih serius untuk menemukan tubuh alex serta bangkai motornya. Hingga malam tiba, randy belum juga sadarkan diri serta tubuh alex dan bangkai motor itu belum juga ditemukan. Sementara itu tumpahan air mata terus bertumpahan dalam keluarga alex,

”Ya allah cobaan apa yang engkau berikan pada kami ini?alex itu anak laki-laki satu-satunya kami, tolong selamatkanlah ia ya allah”minta ibu alex yang terus berurai air mata.

”Ma...mama yang sabar ya. Kita tunggu kabar dari polisi dulu ma. Semoga aja mereka berhasil menemukan bang alex dengan selamat.”mita terus menghibur mamanya, meskipun didalam hatinya sangat pedih mendengar berita kecelakaan alex itu tapi ia mencoba untuk tegar dan siap mental menghadapinya. hatinya hancur tapi ia harus tetap kuat agar mamanya juga bisa sabar menghadapi cobaan itu.

Bersambung........